Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

VAMPIRE NEGERI ATAS AWAN

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉTinta_Arang
--
chs / week
--
NOT RATINGS
32.9k
Views
Synopsis
Aku adalah Disa seorang perempuan yang menyukai kakak dia bernama Danar. Kami selalu hidup bahagia karena keluarga kami tergolong mampu. Kebahagiaanku berakhir akibat keluarga ku di bantai dan Aku melarikan diri bersama kakak ku seorang. Ia kakak yang ingin Aku nikahi. Tapi semua itu.... Seperti apakah kisah Disa dengan kakaknya apa akan terwujud atau sebaliknya?
VIEW MORE

Chapter 1 - Hari Pertamaku Melihat Dunia Luar

"Hari ini adalah hari pertamaku masuk TK"

"Ini adalah hari pertama Adikku masuk TK kecil. Aku akan bersinar seperti pahlawan di film itu. Aku pasti akan menjaga Adik perempuanku yang sangat manis senyumannya. Aku pasti akan melindungi senyuman itu. Pasti, pasti...."

"Danar...! kenapa kamu belum keluar kamar. Cepat keluar... Dinda sudah siap kenapa kamu lama sekaliii"

Teriak Ibu dari dua anak itu cukup keras hingga orang yang berada di seisi ruangan itu bisa mendengarnya. Bahkan petugas kebun yang membersihkan halaman rumah bisa mendengarnya dengan jelas dari luar.

"Haha... Nyonya Amanda selalu ribut di pagi hari, ini sudah terjadi sejak tahun kemarin"

Tukang kebun itu sudah terbiasa mendengar hal seperti ini tiap pagi jadi sudah tidak asing di telingannya.

"Kakak ayo cepat keluar Kak... nanti aku telat dihari pertama nih".

Disa menggelembungkan pipinya yang terlihat kenyal dan menggemaskan.

"Dinda yang sabar yah, nanti Ibu jewer telinga Kakakmu (Jewer=Tarik) " ucap Ibu pada anak perempuannya.

"Ibu jangan..."

"Baiklah Dinda, karena anak Ibu yang manis...Ibu tidak akan menjewer kakakmu"

"Terima kasih Ibu..." ucap Dinda kecil.

"Ibu sama Dinda tidak perlu heboh dan teriak-teriak Aku dari dalam sudah dengar tau..."

"Kakak sudah ku bilang kalau Kakak panggil Aku Disa titik"

"Agh... maaf-maaf Adikku Disa, jangan cemberut dong. Kakak Danar benar-benar minta maaf yah!"

Anak laki-laki itu tiba keluar dari kamarnya. Dia sudah mulai mandiri dari mandi sendiri, makan sendiri, tidur sendiri dan sudah berpakaiian sendiri. Pakaiannya jika dilihat sudah cukup rapi yang di lakukan oleh seorang anak-anak di bandingkan dengan anak seusiannya pada umumnya. Anak ini mulai menginjak usia 5 tahun, sedangkan adik perempuannya 4 tahun. Mereka berdua terpaut satu tahun dan juga mereka memiliki bulan kelahiran yang sama yaitu September. Walaupun berbeda tanggal mereka selalu merayakannya bersama-sama.

"Disa nggak mau maafin Kakak, humm".

Disa terlihat cemberut tapi jika di lihat dari ekspresi cemberutnya sangat manis dan imut, bahkan Ibunya yang melihatnya seperti orang aneh. Di pikiran Ibu Amanda dia berpikir anak ku benar-benar sangat manis kelak dia pasti jadi anak yang Cantik dan keimutannya akan menjadi perebutan semua cowok di disekitarnya. Sambil membayangkan sosok anak perempuannya dia tersenyum meneramkan .

"Baiklah Disa Kakak punya hadiah untukmu jadi kamu tutup mata dulu yah"

"Baiklah kak, hadiahnya yang bagus yah..."

"Tentu saja Adikku ini adalah hadiah terbaik dari Kakakmu"

Disa akhirnya menutup matanya, dan Ibu Amanda melihat tingkat kedua anaknya dengan seksama setelah tersenyum aneh tadi.

"Apa yang ingin diberikan Kakak ini?"

Ibunya sambil bergumam lirih dengan menaruh tangan dan jarinnya di dagunya. Sambil mengamati dan Ibu Amanda cukup kaget melihat si kakak yang memberikan hadiah untuk meminta maaf kepada Adiknya. Anakku mereka semua benar-benar luar biasa.

"Adikku ini adalah hadiah dariku...kecup..."โค

Danar mencium adik di kening kepalanya. Ibu Amanda yang melihat merasa senang, ini seperti adegan film romantis anak. Di berpikir bahwa anak-anaknya pasti akan tumbuh dengan baik kakaknya pasti bisa melindungi adiknya yang cengeng ini.

"Eeh..., Kakak apa yang kakak lakukan dahi Disa jadi basah nih...yah tepi terima kasih kak. Disa tidak marah kok sebenarnya, Disa juga minta maaf".

"Adikku memang pinter buat Kakak merasa bersalah, tetapi itu tidak apa karena Kakak sayang sama Adik Disa. Kakak pasti memaafkan Adik walaupun bercanda".

"Terima kasih Kak... ".

Sambil memeluk dan membalas ciuman dari bibir kecilnya ke pipi kakaknya. Karena tinggi Disa lebih pendek dari kakaknya dia hanya bisa membalas di pipi kakaknya.

Ibu Amanda yang melihat merasa iri melihat anaknya yang saling berpelukan.

"Danar, Disa... Ibu juga dong sini peluk Ibu dan Ibu minta ciuman di pipi kanan dan kiri Ibu"

"Tentu Ibu..."

Ucap kakak beradik ini sambil bersautan, setelah berpelukan bertiga, Ibu Amanda berdiri.

"Terima kasih anakku, karena kalian sudah berbaikkan maka sekarang waktunya berangkat"

Setelah melihat jam tangan kirinya, Ibu Amanda terkejut karena jam sudah menunjukan 07.30 WIB.

"Ayo kita berangkat anakku..."

"Yoo"

Kedua anak kecil ini kompak membalas ucapan dari Ibunya. Mereka bertiga berjalan dan menuruni anak tangga sambil berhati-hati. Dibawah sudah ada yang menunggu yaitu Pak Hasyim dan Bibi Linda.

Pak Hasyim bekerja dirumah ini sebagai sopir pribadi Ibu Amanda. Sedangkan Bibi Linda bekerja sebagai assisten khusus Ibu Amanda. Mereka berdua selalu menemani Ibu Amanda kemanapun, karena mereka sudah menjadi kepercayaan oleh pemilik rumah besar ini. Untuk sekarang tuan rumah besar ini sedang tidak dirumah karena sedang pergi ke Ibu Kota Jakarta untuk mengurus surat-surat izin.

Di saat sudah menyentuh lantai pertama dan dua orang kepercayaan pribadi Ibu Amanda saling menyapa.

"Selamat pagi Nyonya"

"Selamat pagi juga Pak Hasyim dan Mbak Linda, apa semua persiapan sudah selesai?"

Ibu Amanda memanggil Pak Hasyim dengan 'Pak' karena usianya lebih tua dari Ibu Amanda terpaut sekitar 25 tahun. Sedangkan untuk Linda di panggil 'Mbak' karena dia masih muda dan baru lulus SMA.

"Sudah Nyonya kami sudah mempersiapkannya"

"Bibi Linda... Aku ingin bawa botol minumku sendiri"

Ucap dari anak kecil yang bernama Danar.

"Aku juga Bi Linda"

Ucap Disa seperti tidak mau kalah dengan kakaknya.

"Nyonya apa boleh?"

Ucap Linda sambil bertanya pada Nyonya Amanda.

"Aghh... yah tidak apa Mbak Linda"

Ucap Ibu Amanda kepada Linda sambil ragu, Ibh Amanda merasa cemas melihat anaknya jika tas yang di bawa anaknya terlalu berat. Tapi melihat raut anaknya yang seperti memaksa teruma Disa dengan keimutannya itu sulit sekali jika hatus berkata tidak boleh.

"Ini Tuan Danar dan Putri Dinda, Bibi akan memasukkannya kedalam kantung minum samping di tas yah..."

"Bibi botol yang pink itu milikku bukan milik kakak"

Ucap Disa kepada Bi Linda.

"Iya Bi.., yang merah milik Danar yang ada gambar superheronya"

"Maaf Tuan Danar, Bibi sulit membedakkan warna merah dengan pink"

Ibu Amanda mengamati Linda, dan bertanya pada diri pribadinya. Mungkinkah Linda ini punya masalah dalam melihat warna? apa dia buta warna? hmm. Ibu Amanda sambil berpikir dalam kepalanya. Mungkin dia harus di belikan kacamata.

"Bi Linda, Bi Linda tolong panggil Saya Dinda saja jangan pakai tambahan putri... itu sedikit aneh untukku"

Ucap Disa sambil menggelembungkan pipinya lagi. Bagk Disa ini menggelembungkan pipinya yang imut adalah senjata paling ampuh untuk menaklukan orang lain saat ini.

"Bibi Linda, Danar juga jangan ada tambahan Tuan. Danar ini masih kecil dan Aku tidak mau dipanggil Tuan seperti Ayah. Danar seperti di ejek sudah tua saja"

Linda menengok kearah Ibu Amanda dengan tatapan seperti meminta persetujuan darinya. Ibu Amanda membalas dengan anggukan kepala menandakan membolehkan.

"Baiklah!, Danar dan Dinda akan Bibi panggil dengan nama kalian saja yah"

"Iya Bi Linda, Terima kasih"

Ucap Disa.

"Itu baru bagus Bibi...."

Ucap Danar.

Merekapun mulai berjalan keluar rumah dan melewati ruang tamu yang cukup luas, dan pintu besar berukiran kayu. Pintu ini setinggi 4 meter dengan lebar 3 meter dengan ukiran yang berhiaskan gambar wayang Anoman di masing-masing kedua daun pintunya. Disamping pintu terlihat jelas jendela besar dengan kaca yang tembus pandang bersih nan mengkilap. Rumah ini berada di daerah pegunungan tepatnya di daerah Dieng Wonosobo. Rumah ini berada di dekat gunung Bismo, dan rumah ini memiliki luas lahan kurang lebih 25 hektar termasuk hutan pribadi. Rumah ini cukup jauh jaraknya dari pemukiman penduduk sekitar karena rumah ini berada di tengah-tengah hutan pribadi.

Walaupun rumah ini berada jauh di tengah hutan jalan menuju kerumah ini sangat bagus, sudah dicor dan di aspal dengan mulus dan rata. Rumah ini memiliki empat gerbang pintu penjaga. Gerbang belakang sering ditutup karena jalan yang dibelakang hanya akan menuju ke hutan pribadi dan juga mengarah ke Gunung Bismo. Sedangkan gerbang depan juga disebut sebagai gerbang utama akan menuju ke dekat pemukiman di daerah Dieng. Digerbang utama memiliki dua pos penjagaan pos pertama yaitu pos didepan rumah yaitu pos paling besar di bandingkan dengan pos yang lain. Sedangkan pos depan yang lain lebih dekat dengan pemukiman penduduk. Pos yang dekat dengan pemukiman biasanya sering dibuka, tapi untuk pos depan yang dekat dengan rumah sering di tutup rapat dan banyak kamera CCTV di sekitar rumah ini.

Siapapun yang datang kemari harus memiliki ijin khusus, untuk mengurus ijin untuk berkunjung biasanya tamu harus melakukannya di pos kedua yang berada didekat pemukiman. Tujuan dari semua penjagaan ini sudah jelas untuk melindungi mereka yang tinggal di dalam rumah tersebut.