Sebuah bangunan megah dengan kaca-kaca tembus pandang menunjukan kilauan indah sedap di pandang. Menampakkan akan keindahan selayaknya perhiasan mahal yang mewah, pesonanya akan menggiurkan tenggorokan dan mata. Batinya akan tergugah dan terpuaskan dengan kilauan kaca seakan berlian besar yang di jadikan sebuah bangunan megah.
Di sebuah tempat di dalam rumah kaca. Kakak adik itu memasuki greenhouse ini. Greenhouse ini sebelum memasukinnya ada sebuah tulisan yang tertulis dikotak papan itu adalah konservatori. Konservatori ialah tempat yang digunakan untuk melindungi tanaman atau tempat untuk membudidayakan tanaman yang terlindungi oleh rumah kaca dari efek luar. Rumah kaca ini akan melindungi dari terpaan angin, tetesan hujan lebat, suhu tinggi, suhu rendah maupun terserangnya dari hama dan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri maupun virus. Rumah kaca ini suhu didalamyana akan selalu stabil sekalipun suhu diluar ekstrim.
"Wah ini kah greenhouse di rumah kita?"
Ucap Dinda dengan perasaan kagum, walaupun rumah kaca ini tidak sebesar dilab penelitian Amanda yang disinggahi Dinda dan keluarganya tadi.
"Itu betul anakku, lihat lumayan besar kan..."
Ucap ibunya dengan banggaa.
"Ini luar biasa bu... terlihat agak lebih kecil dari yang ada dilab tapi ini tetap besar dan luas..."
"Tentu adikku rumah kaca kita walaupun sedikit kecil tetapi tetap bagus dan megah"
"Iya kak"
"Dinda kamu mqin dengan kakakmu dulu, Ibu mau ambil peralatan dulu"
"Siap Ibu ku..."
"Disa diam sebentar...ststs".
"Ada apa kak?"
"Dengar stst... perhatikan suara apa itu dik Disa?".
Danar menyuruh adiknya untuk fokus mendengarkan suara yang ada didalam greenhouse itu. Sedangkan ibunya berjalan menjauh dan masuk kedalam ruangan yang berisi peralatan bercocok tanam. Ibu Amanda juga mengganti pakaian didalam ruangan itu disana ada loker khusus untuk keluarganya. Didalam loker-loker itu adalah pakaian berkebun. Dia berganti pakaian atasnya dan bawahannya. Amanda juga mengambil topi seperti topi rimba. Didalam sini walaupun tidak terik atau panas karena sinar matahari yang masuk tapi Amanda selalu memakai pakaian lengkap berkebunya, dari set pakaian, topi, sarung tangan karet, sepatu boot dan sehelai lap keringat.
Didalam kebun ini Mba Linda tidak ikut karena Linda sedang ijin karena sore hari ini dia ingin keluar bersama teman cowoknya. Amanda tau perasaan anak muda jadi dia mengizinkannya dari sore hingga esok pagi.
"Aku mau bawa yang mana ya? yang ini sudah berkarat, hmm...ambil yang ini aja deh. Yang masih baru sepertinta lebih baik. Apa lagi masih ada banyak stok yang baru, masih ada 4 kardus besar yang isinya baru semua".
Amanda sedang memilih gunting kebun, dia berencana memotong ranting-ranting yang perlu dipotong. Akhirnya dia ambil yang masih baru dan Amanda tak khawatir karena didalam ruangan itu masih ada 4 kardus gunting kebun yang baru. Setiap kardus isinya 20 buah gunting dan total masih ada 80 gunting didalam kardus yang tersegel.
Gunting-gunting yang di telantarkan bagaimanapun terlihat masih baru untuk orang umum, tapi bagi Amanda satu karat dibesi walaupun hanya sebesar sebutir nasi itu terlihat fungsi kualitas guntingya turun dimatanya. Daripada mengganggu aktifitasnya lebih baik mengantisipasinya menurut Amanda.
Gunting baru yang Amanda ambil itu berada dikotak kardus yang sudah terbuka segelnya.
Amanda juga mengambil dua keranjang anyaman bambu. Sedangkan aku akan memangkas yang tidak diperlukan juga aku ingin menyirami untuk sore ini.
"Aku ambil dua keranjang agh, biar Danar dan Dinda membantuku memanen beberapa sayuran atau buah yang sudah siap panen, biar tidak busuk cuma-cuma. Tadi Bi Yani sama Bi Ina sudah kusuruh kemari buat bantu, kok belum dateng ya...? Biarlah, aku akan membawa keranjang ini kesana dulu. Owh iya guntingnya hampir lupa, udah kutaruh tapi kalau nggak kebawa kan males bolak-baliknya".
Amanda berbicara pada dirinya sendiri dan
Amanda keluar dari ruang peralatan dan mulai berjalan menemui Danar dan Dinda yang sedang duduk di kursi itu.
"Hmmm, itu suara kakak kan?".
"Bukan Disa... dengarkan lagi yang lebih fokus lagi dan sangat-sangat fokus".
"Ok kak Disa akan lebih fokus".
Terdengar ada banyak suara didalam Konservatori ini, Disa mulai memfokuskan dirinya ketingkat keheningan.
"Itu suara burung kak"
Disa mulai menunjukan arah-arah suara yang dia dengar menggunakan jari telunjuknya.
"Kak Danar disana ada suara burung lagi"
Menunjukan suara burung yang berada di sisi kanan diatas pohon cemara.
"Itu benar adikku, sekarang kakak mau tanya sama Disa. Pohon yang di hinggapi burung itu tau namanya nggak?"
Ucap Danar yang sedang memberi pertanyaan pada adik kecilnya.
"Disa tidak tau kak... pohon apa itu kak?"
Disa yang tidak tau kembali tanya kepada kakaknya yang bertanya duluan.
"Itu adalah pohon cemara Disa...lengkapnya pohon cemara lilin kalau nama ilmiahnya adalah Casuarina Equisetifolia.Disa lihat bentuk pohon itu, bentuknya seperti lilin karena itulah dinamakan cemara lilin. Disa ingat yah...!"
"Baik kak Disa pasti akan ingat-ingat"
"Bagus...sekarang suara apa lagi yang Disa dengar disini?"
Danar kembali memberi pertanyaan pada adiknya sebelum melangkah untuk melihat dan berkeliling didalam Konservatori.
"Ada suara gemercik air kak, apa disini ada sungai kak?"
"Jawabanya hampir benar sekali adikku tapi yang kamu dengar itu suara dari gemercik pancuran air. Memang benar disini ada aliran sungai kecil dan disana ada ikannya. Sungainya terhubung keluar hingga mengitari rumah kita".
"Pancuran air kak? dan sungainya ada ikan juga... Disa ingin lihat dong kak!"
"Kalau begitu, ayo kita jalan kesana dik"
"Ayo-ayo kak"
Disa bersemangat sekali dan mereka berjalan secara perlahan-lahan. Disa tidak tau apa yang ada di dekat pancuran air karena pandangannya yang tidak bisa melihat sisi yang lain karena terhalang oleh tanaman semak atau tanaman perdu yang lebih tinggi dari tinggi badannya.
"Kak bukannya itu bunga sepatu kak?"
"Owh itu, Disa tau ya ternyata kalau tanaman itu bunga kembang sepatu"
"Disa tau dong kak... Disasa kan baca buku yang dibawa kakak kedalam kamar adik".
"Kalau begitu, Disa tau rinciannya tidak?"
"Tau kak, Disa tau rinciannya, kembang sepatu atau bunga sepatu memiliki nama ilmiah Hibiscus rosa sinensis L. Tanaman bunga sepatu atau kembang sepatu termasuk tanaman perdu 'tanaman semak'. Bunganya besar, berwarna merah tua hingga muda seperti merah jambu, warna kuning, oranye juga warna putih dan bunganya tidak berbau. Selain itu kembang sepatu juga sering disebut sebagai kembang worawari dan di negara Malaysia disebut sebagi bunga raya. Di Malaysia juga telah dijadikan bunga nasional".
"Wah...kakak Danar benar-benar kagum pada adik Disa, karena bisa menjelaskan sebanyak itu. Kakak benar-benar tidak menyangka..."
"Hehe...itukan karena Disa sering membaca dari kecil. Disa kan udah dibantu belajar membaca dan menulis sama kakak sebelum Disa masuk TK. Kakak Disa sangat sayang kakak...kecup ❤"
Disa yang membalas ucapan Danar dengan akhiran kecupan manis dari Disa dipipi sisi kiri kakaknya.
"Haha adikku suka sekali memuji kakak, kakak jadi malu nih..."
Danar berhenti melangkah dan adiknya juga ikut berhenti melangkah sejenak. Danar mengelus-elus rambut panjang adiknya yang halus itu. Disa melihat kakaknya dan tersenyum manis karena merasa senang dengan tingkah kakaknya itu.
"Hehe, Disa kan sangat sayang kakak Danar".
Mereka mulai berjalan lagi dan melihat-lihat yang ada disekitarnya dengan saling berpegangan tangan kembali karena tadi kakaknya melepas tangan adiknya.