Aku melihat ibu ku yang melangkah ke sebuah kotak besi dan membuka kotak itu. Ibu terlihat menekan tombol yang ada di dalam kotak besi itu. Trolli di depanku menyala dengan tanda sorotan sinar dari sebuah lampu. Kakak ku berjalan di depanku dan membuka sebuah pintu trolli. Kakak ku menjulurkan tanganya dengan niat membantuku naik ke trolli. Trolli ini jika di lihat nampak seperti bak mandi yang biasa ku pakai saat mandi. Trolli ini lebih besar dan lebih panjang dari sebuah bak mandi.
"Disa kakak duluan"
"Kak tunggu..."
Kreek pintu di dalam trolli berhasil di buka.
"Dik Disa kemarilah"
Danar menjulurkan tangannya kepada Disa.
"Baik kak"
"Pegang tangan kakak, bagus Disa... naik ... bagus"
Disa berhasil naik ke trolli.
"Huft ...." Disa menghela nafas dan berusaha mengelap keringat yang tiba-tiba muncul di dahinya.
"Apa kamu baik saja, adikku ?"
"Iya kak Disa baik"
Kreek suara pintu trolli kembali terbuka. Aku menengok arah suara itu dan ibuku sudah menaiki trolli ini.
"Hmm, ini dia tombol untuk jalan kedepan."
Amanda menekan tombol yang mengarah kedepan, tombol itu akan mengarah kan trolli itu maju dan menaiki bukit.
"Danar, Dinda ayo duduk jangan berdiri terus. Sekalipun tidak ibu operasikan ini akan tetap jalan dan naik ke kebun kita"
"Sini kak duduk di dekat Disa..."
"Ya Adikku"
"Kalau begitu ibu akan duduk di disini saja."
Danar dan Disa duduk di depan ibunya dan saling bertatap muka.
" Bu tanaman yang di tanam di kebun apa saja jenis nya?"
Disa bertanya dengan rasa ingin tau.
"Ada buah strawberry, murbey, blackberry, blueberry masih banyak lagi dan untuk sayurannya ada sawi, kubis, bayam,...dan.. ."
"Wah banyak sekali bu.."
"Tentu banyak lah..."
"Disa lihat di sana!"
"Mana kak?"
"Disana!"
"Waah luar biasa.... pemandanganya bagus tapi..."
"Disa di sini selalu berkabut jadi pemandangan sering terlihat begitu, di tengah perjalanan ke atas akan selalu tertutup kabut"
"Padahal pemandangannya bagus banget tapi... hanya sebentar sekali."
Grekk trolli telah sampai di puncak bumit dan juga sebagai kebun khusus rumah Amanda yang tertutupi oleh rumah kaca yang juga termasuk kedalam bagunan konservatori.
"Kemari turun dengan hati-hati terutama Dinda... sini Dinda biar ibu bantu turun"
Ibuku yang sudah turun dari trolli membantuku turun. Kakakku yah... dia bisa melakukannya sendiri. Aku sangat kagum pada kakakku luar biasa.
"Wah luasnya dan itu berjejer sangat rapi... hijau dan segar, ibu di sana ada kubis... besar sekali..."
"Dik Disa hehe..."
"Apa sih kak?"
"Lihat kakak dapat ulat hijau...."
"Iii itu terlihat menjijikan, kak kenapa kakak pegang. Apa kakak tidak takut?"
"Takut...ya tidak lah"
Amanda sedang memegang, melihat dan memperhatikan daun sayuran sawi sendok.
"Umm sepertinya ini memang waktu yang pas untuk memanennya."
Ibu terlihat serius...
"Ibu..."
"Iya Dinda ada apa?"
"Kita akan mulai panen dari mana ibu ? ".
" Hmm kita akan mulai dari sini, tapi Disa dan kak Danar bisa mulai dari manapun. Di sebelah sana Disa dapat memetik buah berry"
"Di sana ya... Disa suka dengan buah berry apa lagi ibu sering buat juzz berry itu enak sekali apa lagi jika di buat ice cream. Nyammm Disa jadi ingin bu"
"Begitu ya, di kulkas sepertinya ice cream buatan ibu dan Bi Linda sudah habis. Mungkin nanti Ibu akan buat ice cream lagi sebagian buah berry nya..."
"Waahh asik, iya juga bu yang rasa buah berry udah habis, paling hanya ada coklat kesukaan kakak yang masih banyak"
"Kakak hampir lupa sama ice cream..."
"Pantas saja, milik kakak masih banyak"
"Disa juga suka rasa coklat, nanti milik kakak akan Disa habiskan"
"Eeh... jangan dong, tapi yah tidak apa-apa kalau itu buat Disa ... asikku"
"Bener yah bukan bohongan loh kak?"
"Bener Disa..."
Mereka berdua berjalan menjauhi ibunya dan mulai memetik buah beri yang sudah matang di petakan khusus kategori buah-buahan sedangkan ibu Amanda masih memanen sayuran hijau.
"Sawi, kubis, kangkung, bayam, kapri, mentimun, beet, daun bawang ini juga sudah bisa di panen, seledri juga... sampai menguning karena semakin tua dan jumlahnya banyak. Aku harus memangkasnya agar keluar cabang-cabang baru"
---
Setelah panen di sebuah dapur.
"Maaf nyonya Amanda karena saya tadi tidak menemani panen di kebun".
"Iya tidak apa-apa bi, tapi nanti bantu saya buat ice cream yah!, apa lagi Dinda sangat suka juga Danar"
"Baik nyonya, sekarang sudah sore apa mau saya siapkan air hangat di bathtube?"
"Ok bi, saya juga agak bau keringat dan lengket tapi sebelum itu.... hasil panen yang di ranjang-ranjang ini di tata rapi juga di bersihkan dulu yah..!"
"Baik nyonya..."
Amanda meninggalkan ruang dapur dan menemui kedua anaknya yang sedang asik membaca buku di perpustakaan rumah.
"Dinda... ayo mandi bersama ibu karena bi linda lagi keluar sama temenya!"
"Bentar lagi bu... 3 halaman lagi"
"Disa sana mandi, Disa bau loh..." Ucap sang kakak pada adiknya Disa.
"Baik kak tinggal 2 halaman lagi"
"Ibu akan tunggu, jadi tidak perlu buru-buru ok"
"Wah ibu... Dinda sayang ibu..." Disa memeluk ibunya yang sedang duduk di samping Disa dan melihat buku bacaan Disa.
"Yah kalau begitu, Danar mau ke kamar duluan yah Disa. Kakak mau mandi biar segerrr"
"Baik kak"
"Maaf nyonya..."
"Ada apa bi?"
"Anu... air hangatnya sudah saya siapin"
"Owh, terimakasih bi"
"Baik nyonya, kalau begitu saya akan melanjutkan tugas saya yang lain"
"Ok bi"
Si bibi menjauh dan terlihat Disa sedang serius. Disa kembali melanjutkan membaca buku bacaanya setelah percakapan tadi hingga 5 menit berselang .
"Yeah, bu Disa sudah selesai baca bukunya. Ayo kita mandi bu!"
"Ayo sini anak ibu"
Amanda mengankat Disa dan menggendongnya menuju kamar mandi di ruangan kamar ibunya.
"Disa tadi kamu baca buku apa?"
Ibu Amanda bertanya sambil membawa anaknya dan berjalan menuju kamar besarnya.
"Tadi bu, Dinda baca buku tentang Vampire... itu terlihat sereem ilustrasi gambarnya. Disa sedikit takut karena gigi taring tajamnya dan vampirenya tertulis kalau mereka bisa meminum darah kita bu..."
"Eehhh vampire... Disa baca buku vampire?"
"Iya bu"
"Begitukah..."
Krek... Amanda membuka pintu kamarnya.
Amanda juga sedang berpikir bahwa Disa belum tau seluk beluk dari keluarga dan dirinya. Amanda brfikir kalau suatu saat ia dan suaminya akan mengatakan fakta keluarganya di depan anak-anaknya.
"Owh iya bu Ayah kapan akan pulang?"
"Hmm itu, satu minggu lagi"
"Masih lama"
"Emang kenapa Dinda? bertanya tentang Ayah"
"Yah Dinda kangen sama Ayah"
"Biasanya kan Dinda telfonan sama Ayah kan pakai panggilan tatap muka"
"Iya memang sih bu... tapi Dinda ingin di peluk Ayah. Hehe"
"Kalau begitu sebagai gantinya Dinda di peluk ibu saja yah!"
"Kan ibu sudah biasa"
"Ya apa ibu tidak boleh memeluk anak sendiri"
Amanda menampilkan ekspresi wajah seperti meminta belas kasih dan jika tidak ia akan terlihat sedih.
"Tentu boleh bu... ini Dinda peluk terus"
"Sayangku Dinda... kecup"
Ibu Amanda membalas kecupan sayang di dahi anaknya.
"Kalau begitu... kita masuk kamar mandi"
Suara pintu kamar mandi yang telah di geser membuka batas dengan kamar tidur. Amanda sekali lagi menutup koridor kamar mandi dengan ruang kamar tidurnya.
"Yey..."
Dinda yang tadi masih di gendong sekarang sudah di turun kan. Amanda sedang berusaha melepas pakaian Dinda.
"Dinda sekarang waktunya melepas pakaian"
"Ok bu"
Setelah Dinda berhasil di lucuti pakaianyya. Terlihat jelas tubuh anaknya yang putih mulus kulitnya dan rambut anaknya yang berwarna hitam pekat dengan panjang rambut hingga menyentuh tulang ekornya.
"Tunggu sebentar ya Dinda... sekarang gantian Ibu mau lepas pakaiaan"
"Baik bu"
Amanda mulai melepas pakaian luarnya dari atas dan bawah menyisakan bra dan celana dalamnya. Bra nya berwarna ungu dengan hiasan bungai, jika di lihat dari mata suaminya ini sungguh mempesona dan tentu menggairahkan. Anaknya yang sedang melihat hanya diam dan mrngamati, pertama ibunya melepas pakaian dan buah dada ibu terlihat besar. Saat kancing bajunya di buka satu persatu seakan buah dadanya merasa lega setelah berlari dan menghela nafas. Setelah pakaian atas dan celana bawah, Amanda melanjutkan membuka bra dan celana dalmnya yang warnanya se paket keduanya dengan warna ungu gelap dengan hiasan mawar. Hiasan mawar pada bra dan celana dalamnya merumbai-rumbai terlihat indah.
"Ayo Dinda ibu sudah selesai"