Chereads / VAMPIRE NEGERI ATAS AWAN / Chapter 6 - Suami Istri

Chapter 6 - Suami Istri

Kami pulang, kakakku kali ini membantu turun dari mobil yang kami kendarai selepas dari lab. Kakak Danar sangat memerhatikan diriku, aku sangat menyukai sikapnya itu padaku.

"Disa kemari turun dengan hat-hati"

"Danar pegang tangan adikmu dengan erat dan jangan sampai jatuh".

Ibuku yang didalam mobil berusaha mengingatkan kakakku dan aku berusaha turun lepas dari pangkuan ibuku.

"Kakak, Disa akan turun..."

"Sini pegang tangan kakak".

Disa yang berusaha memegang tangan kakaknya dan kaki kirinya tak sengaja terpeleset kedepan dari pintu mobil. Kakaknya yang melihat terkejut dengan tiba-tiba.

"Disa awa-..."

Kakaknya tidak bisa melanjutkan kata-katanya dan kakaknya yang sigap secara reflek menangkap adiknya agar tidak terbentur dengan tanah. Tapi kakaknya berhasil menangkapnya dan posisi kakaknya tertindih adiknya. Ibunya yang melihat keseimbangan anaknya yang goyah saat turun berusaha memegang tangannya tapi tak sampai tepat waktu.

"Dinda..."

Ucap Ibu Amanda.

"Aduh-duh"

Ucap Kakakku.

Kakak terjatuh dan pantatnya menyentuh aspal jalan didepan rumah, saat diriku kehilangan keseimbangan dan jatuh, sedangkan aku tidak merasa sakit sedikitpun.

"Kak apa kakak baik-baik saja"

"Tentu saja dik Disa, kakakmu ini kuat haha ..."

Danar tertawa dengan menahan rasa sakit benturan di pantatnya.

"Agh kakak jangan bohong...Disa lihat muka kakak terasa kesakitan"

"Tidak adikku ini hanya sebentar dan sekarang sudah sembuh dan tidak terasa sakit"

Dengan meyakinkan adiknya, sehingga adiknya tak merasa khawatir padanya.

"Disa apa kamu ada yang lecet atau sakit ?"

Danar bertanya dengan rasa cemas pada Disa, posisi mereka masih sama dan tidak beranjak untuk berdiri.

"Aku baik kak, apalagi kakak yang membuatku tidak merasa sakit. Kakak-kan menolongku, lihat Disa merasa nyaman karena kakak menjadi bantalku "

Disa sambil senyum manis dan memeluk kakaknya serentak.

"Disa sayang kakak"

"Eeeh...kalau Disa baik-baik saja, segeralah berdiri dan jangan peluk kakak terus seperti ini"

"Kenapa kak? Disa kan masih ingin memuluk kakak... kalau kakak tidak memeluk Disa juga, Disa tidak akan melepaskannya".

Aku berusaha menjaili kakakku hehe...

"Ternayata begitu ya...adikku suka dipeluk kakak yah?"

"Nggak lah... Disa hanya lagi ingin"

Disa sambil berekspresi seperti mengejek dengan menjulurkan lidah.

"Dasar Disa, baiklah kakak akan memelukmu.."

Danar akhirnya memeluk Disa dan setelah itu menggelitiki perut adiknya.

"Kakak cukup, Disa geli...hahahihi"

Disa tertawa-tertiwi karena kegelian.

"Apa kamu sudah puas dipeluk kakakmu ini Disa..?"

"Ya sangat cukup kak, tapi kakak curang karena menggelitiki Disa, Disa sampai ingin pipis kak"

"Eeh!, cepat berdiri dan kekamar mandi...Bu tolong bantu dek Disa..."

Ibunya keluar dari mobil dan membantu anaknya berdiri. Ibunya menggandeng Disa kedalam rumah.

Disa melihat kakaknya

"Kak nanti kekamar Disa temani Disa main ya"

"Ok"

Danar membalas dengan tambahan senyuman dan jempol tangannya menunjukkan setuju.

Bi Linda yang sudah ada diluar, membantu Danar untuk berdiri setelah kejadian tadi.

"Ayo Danar berdiri biar Bibi bantu...nanti pakaianmu bisa kotor dan juga apa kamu baik saja?"

"Iya bi saya baik-baik saja, terimakasih bi Linda"

Danar akhirnya dibantu berdiri dan dia bersama Bi Linda mulai melangkah dan bersama masuk rumah.

----

"Pak Parno Terima kasih atas kerjasamanya hingga saat ini, karena Pak Parno perusahaan kami masih survive hingga sekarang. Apalagi kita berhasil menjalin hubungan bisnis dengan negara timur tengah sekarang".

"Sama-sama Pak Andi semua ini karena hasil dari para karywan kita semua yang gigih dalam menjalankan pekerjaan. Mereka yang bekerja dikantor maupun di pabrik semuanya sangat berjasa, jadi pak Andi tidak perlu berterima kasih pada saya".

Perusahaan yang mereka kelola saat ini menjadi salah satu cabang dari Amanda Grup.

Amanda Grup bergerak dalam cabang bisnis Pertambangan, Pengolahan Bahan Makanan, Farmasi, Pertanian, Perkebunan dan juga Texstile. Untuk saat ini yang sedang dibahas oleh Pak Andi dan Pak Parno adalah di cabang bisnis Farmasi, dan kantor pusat di cabang ini berada di Ibukota Indonesia.

"Pak Parno memang luar biasa, sangat rendah hati... saya semakin suka menjalin kerjasama bisnis kita".

"Saya juga merasakan yang sama pak Andi, semoga kita bisa saling melanjutkan hubungan baik ini hingga masa depan ke anak maupun cucu-cucu kita".

"Iya pak"

Mereka berdua saling berjabat tangan dan saling tersenyum bangga karena hubungan kerjasama setelah satu tahun berjalan, lebih dari atas semua ekspetasi atau batas target keuntungan yang ditentukan. Kerjasama mereka bisa dikatakan sukses berat.

Setelah berjabat tangan mereka Pak Parno keluar dari kantor itu dan sudah siap sopirnya yang menunggu Pak Parno yang keluar dari gedung kantor itu. Pak Parno telah masuk kedalam mobil dan sudah tidak ada acara lagi hari ini. Siang ini Pak Parno berpikir akan istirahat di salah satu rumahnya yang ada di Ibukota Jakarta.

"Kita pulang kerumah..."

Rumah disini yaitu rumah yang bukan di Wonosobo melainkan salah satu rumah yang berlokasi di Jakarta milik keluarga Amanda Grup.

"Baik Pak"

Ucap si sopir itu. Pak Parno teringat istrinya dan mengambil ponsel disaku bajunya. Mobil mewah berwarna hitam itu sudah mulai bergerak maju dan berjalan menuju rumah singgahnya di Jakarta.

Pak parno membuka ponselnya dan dikotak telepon itu hanya terlihat nomer ponsel istrinya saja. Dia langsung menyentuh nomer ponsel istrinya ,dan melanjutkan mendekatkan ponselnya ketelinga kirinya. Ponselnya jika dilihat jarang atau sedikit dan sulit ditemukan di toko-toko penjualan ponsel biasa. Ponselnya hitam polos telihat biasa tapi tombol di sampingya berkilau dengan diamond sebagai part ponselnya. Ponselnya sudah mengikuti tren jaman sekarang, tapi ponsel itu dipesan secara khusus dan sangat langka karena si pembuat menggunakan bahan-bahan kualitas tinggi dan sangat bernilai.

"Hallo Sayang..."

Ucap Pak Parno pada istrinya.

"Baik Sayangku..."

Nada suara Bu Amanda benar-benar menggoda jika didengar seksama.

"Apa aku mengganggumu saat ini?"

"Tentu tidak, aku hanya sedang memeriksa berkas-berkas di ruang kerja rumah, kamu saat ini sedang apa Sayang?..."

"Aku saat ini sedang diperjalanan pulang kerumah singgah, karena hari ini tidak ada acara aku akan pulang dan beristirahat dulu. Owh iya bagaimana kabar anak kita... kamu kemarin bilang kalau hari ini adalah hari Dinda pertama masuk sekolah TK?"

"Anak kita baik keduanya dan iya ini adalah hari pertama Dinda masuk TK, aku cukup terkejut dengan tingkah kedua anak kita....Mereka berdua sangat dekat dan aku tak tahan melihatnya... Mereka berdua menggemaskan dan saling pengertian, melihatnya seperti itu aku merasa senang sekali..."

"Sayang sekali diriku tak melihatnya, aku sedikit iri denganmu Sayang"

"Yah sayangku, kamu pasti sangat kecewa karena melewatkan pertumbuhan anak kita"

"Aghhh aku ingin pulang..."

Sopir pribadi yang mendengarnya seperti teriakan anak kecil dari Pak Parno, membuat sopir itu ingin senyum dan tertawa tapi sopir itu berhasil menahannya dengan baik sehingga tidak mengeluarkan suara yang bisa membuat majikannya marah karena mengganggu percakapan dengan istrinya.

"Hhh Sayangku suarama terdengar lucu"

"Kamu ini Amanda, kamu tidak perlu mengingatkan hal kecil seperti ini...aku jadi merasa malu. Kalau begitu sudah dulu ya sayang nanti malam akan ku telpon lagi tapi lewat Zoom saja"

Zoom adalah salah satu app di playstore seperti yang bisa melakukan panggilan tatap muka hingga 100 orang, biasanya guru yang melakukan pembelajaran online akan menggunakan ini karena lebih stabil jaringannya dan ringan. Selain itu juga sering digunakan untuk tatap muka seminar maupun dosen yang memberi tatap muka dengan mahasiswa dan mahasiswinya juga.

"Baik Sayangku sampai jumpa"

"Sampai jumpa"

Amanda kembali melanjutkan kegiatannya dalam memeriksa berkas- berkas.

Pak Andi adalah teman bisnis yang memiliki perusahaan kecil yang tadinya hampir bangkrut, dan sekarang perusahaan itu berhasil bangkit karena suntikan dana yang besar yang diberikan oleh Pak Parno. Secara automatis perusahaannya telah dibeli oleh Pak Parno akan tetapi Pak Andi masih bekerja didalam perusahaan tersebut dan juga sebagai ketua pengelola atau CEO, sedangkan Pak Pak Parno jabatannya lebih tinggi sebagai presiden di perusahaan tersebut. Disetiap perusahaan akan memiliki bagan jabatan yang berbeda dengan perusahaan ini. Terkadang presiden dengan CEO sama tingkatnya dan ada juga yang lebih tinggi atau lebih rendah tergantung seseorang yang berkepentingan didalamnya.