Pagi ini, di sebuah gedung megah di pusat kota, sejak pukul 7 pagi, semua karyawan sedang sibuk menyiapkan dirinya. Hari Senin ini adalah hari yang paling berbahaya bagi mereka. Hari Senin di Minggu ketiga setiap tiga bulan sekali, adalah hari dimana mereka akan mendapat evaluasi dari pimpinan perusahaan mereka.
Sementara itu, tepat pukul 7.30 pagi, di halaman depan, seorang wanita turun dari mobil hitam mewah. Tubuhnya semampainya dibalut busana mahal dari merk terkenal, berwarna sama dengan mobil yang mengantarnya. Dress berwarna hitam itu seakan diciptakan khusus untuk tubuhnya. Wanita itu mengibaskan anak rambut, dengan gaya elegan, yang menutupi sebagian wajahnya yang tertiup angin saat baru keluar dari mobil.
"Pak, nanti jemput saya malam saja, saya ada rapat dulu," ucapnya pada supir pribadinya, Pak Salim, yang sudah berkerja bertahun-tahun dengannya. Pria paruh baya itu mengangguk dengan sopan sambil menunggu nona nya melangkah masuk ke gedung tempatnya berkerja.
Amanda, nama wanita cantik itu. Usianya sudah genap 30 tahun tahun ini. Dia adalah pemilik perusahaan kosmetik terkenal. Perusahaannya itu saat ini sudah merambah ke bisnis lain, salah satunya adalah bisnis fashion dan parfum. Hanya melihat sekilas dari wajahnya saja, semua orang sudah bisa membaca bagaimana sifat dan perangai Amanda. Gadis itu sangat disiplin dalam bekerja, bagaimana tidak, hanya dalam waktu 5 tahun, dia sudah bisa merintis satu brand yang awalnya hanya brand biasa, kini berubah menjadi salah satu brand kosmetik yang diperhitungkan di Indonesia dan dalam 5 tahun juga, Amanda berhasil membangun anak perusahaan yang bergerak di bidang lain, hampir semuanya masuk dalam kategori merk terkenal di Indonesia dan di Asia Tenggara.
Amanda berjalan dengan anggun menuju kantornya yang terletak di lantai 10. Setiap dia melewati bagian gedung, semua lelaki yang berpapasan dengannya tidak ada yang sanggup untuk tidak menatap kecantikan wanita muda ini. Tubuh tinggi semampai, rambut hitam panjang bergelombang, mata bulat yang indah, serta kulitnya yang putih bersih, semua itu menambah kecantikan Amanda. Wanita itu melangkah dengan mantap menuju ruangan kantornya. Tanpa dia ketahui didalam kantornya sedang terjadi kepanikan karena menunggu kedatangan dirinya. Amanda masuk ke lift khusus, dia tidak mau berbagi lift dengan karyawan lain, jadi pemilik gedung ini menyediakan lift yang dibuat khusus untuk dirinya. Hanya dalam beberapa menit Amanda sudah berada di depan ruangan perusahaannya yang terletak di lantai 9. Gedung ini seluruhnya ada 12 lantai. Mulai lantai 9-12 milik Amanda. Disana dia menjalankan semua bisnisnya dari 4 lantai itu. Lantai 12 sendiri adalah kantor pribadinya lengkap dengan asisten dan orang-orang kepercayaannya. Rutinitas Amanda setiap pagi adalah memeriksa kinerja karyawannya di setiap gedung. Amanda mulai dari lantai 9, ini adalah perusahaannya yang bergerak di bidang parfume. Amanda sedang mengeluarkan produk baru dan sedang susah payah mencoba mendapatkan kontrak eksklusif dengan penyanyi wanita yang sedang naik daun, Adrianne. Pagi ini dia ingin mengecek bagaimana nasib kontrak tersebut.
Di dalam lantai 9, semua orang sedang merapihkan penampilannya masing-masing. Sari pimpinan proyek baru divisi perfume sudah merasakan sangat cemas sejak semalam. Rasanya dia ingin sekali resign dari pekerjaan ini berbulan-bulan yang lalu. Bagaimana tidak, setiap tiga bulan sekali ada evaluasi dari Amanda yang benar-benar menakutkan. Wanita berusia 28 tahun itu sudah tidak tahan, tapi tuntutan ekonomi yang membuat dirinya terpaksa bertahan di pekerjaan yang terkadang mirip seperti neraka ini. Sari berulang kali menarik napas dan membuang napas panjang. Dia benar-benar lelah secara jiwa dan raga. Sari baru saja berusaha menenangkan pikirannya, ketika tiba-tiba ada seruan dari Fariz, yang bertugas untuk memantau kedatangan Amanda, mengatakan kalau Amanda sudah keluar dari lift.
"Bu Amanda datang, ayo semuanya, siaga satu!" teriak Fariz. Lelaki itu juga langsung kembali ke meja kerjanya. Semua karyawan juga langsung kembali ke meja mereka masing-masing.
"Tok..tok..tok.." suara sepatu stiletto Amanda semakin lama semakin terdengar. Degup jantung seluruh karyawan berpacu bersamaan dengan semakin jelasnya suara sepatu bos mereka.
"Selamat pagi semuanya" sapa Amanda. Dia memamerkan senyuman manisnya. Beberapa karyawan pria sempat terpukau dengan kecantikan bos mereka pagi ini. Tapi mereka cepat-cepat kembali pada kesadaran mereka. Hari ini bukan saatnya terbuai dengan kecantikan bos mereka yang terkenal kejam.
"Pagi Bu" sapa seluruh karyawan.
"Bagaimana kabar parfume kita yang akan launching dua bulan lagi?" tanya Amanda. Dia langsung menatap lekat wajah Sari. Amanda sendiri yang menunjuk Sari untuk menjadi pimpinan proyek parfume ini.
"Ada masalah?" tanya Amanda lagi. Sari menelan ludah dengan susah payah. Mendapatkan promosi sebagai pimpinan proyek parfume ini bagaikan anugerah sekaligus bencana dalam hidupnya.
"A.. Ada sedikit masalah Bu" jawab Sari dengan terbata-bata. Dia mengucapkan dengan wajah pucat, jantungnya berdebar kencang, perutnya terasa tidak karuan, dia mendadak merasa mual. Kalau saja dia bisa menghentikan waktu dan langsung kabur dari tempat ini detik ini juga.
"Masalah? Masalah apa?" Amanda balik bertanya, dia sudah tepat berada dihadapan Sari. Wanita cantik itu melipat tangannya didepan dada dan menatap lurus kearah Sari. Jantung Sari serasa berhenti berdetak.
"Mengenai..., mengenai kontrak dengan.. dengan Adrianne Bu" jawab Sari, menunduk dengan ketakutan.
"Hmm. Saya enggak mau tahu apa masalahnya, yang pasti, jam 3 nanti, saat rapat sudah ada laporan dan hasilnya ya. Jika tidak, kamu bisa sertakan surat pengunduran diri sore nanti" balas Amanda dengan wajah dingin. Sari hanya bisa mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya. Dia ketakutan. Semua orang tahu kalau Amanda tidak pernah main-main dengan ucapannya.
"Iya, baik Bu" jawab Sari, suaranya pelan sekali. Setengah dari jiwanya melayang begitu saja saat Amanda menyebutkan tentang surat pengunduran diri.
"Oke, selamat bekerja semuanya" ucap Amanda lagi, dia keluar dari lantai pertamanya. Amanda menuju ke lantai berikutnya, lantai 10 dan 11. Disana wanita cantik itu juga kembali menebarkan teror pagi harinya. Tidak ada satu pun karyawannya yang tidak gelisah dengan rapat nanti sore. Nasib mereka ditentukan oleh rapat.
Tepat pukul 8, Amanda masuk kedalam kantor pribadinya. Tepat di lantai 12. Lantai yang besar itu adalah pusat dari perusahaannya. Disana hanya ada beberapa karyawan yang sudah bekerja dengannya sejak 5 tahun yang lalu. Berbeda dengan tiga lantai sebelumnya. Karyawan di lantai ini jauh lebih tenang, karena mereka sudah hapal dengan kebiasaan Amanda, tapi mereka juga tidak pernah sekalipun mengecewakan bos cantik mereka ini. Sebagai gantinya, Amanda memberikan mereka gaji yang cukup besar, dengan catatan mereka harus loyal dan menyerahkan seluruh kemampuannya sampai batas terakhir untuk perusahaan Amanda.
"Selamat pagi Bu, teh hijau hangat sudah tersedia di meja Ibu. Hari ini ada beberapa jadwal rapat Bu dengan investor asing, lalu seperti biasa, nanti sore ada rapat evaluasi, saya sudah atur jadwalnya, kita usahakan tidak akan lebih dari jam 7." jelas Latissa, asisten pribadi Amanda, yang sudah mengikuti Amanda sejak kantor mereka masih menyewa saat pertama Amanda membuka usaha dulu. Latissa hampir sama seperti Amanda, gila kerja. Usianya hanya berbeda sekitar 3 tahun dari Amanda dan dia sama sekali belum berniat untuk melepas masa lajangnya. Cita-cita Latissa adalah memiliki karir yang bisa menyamai Amanda.
"Oke, terimakasih, atur jadwal meetingnya ya Tis" jawab Amanda. Gadis itu memasuki ruangan kerjanya yang besar, dilengkapi dengan jendela berukuran setengah dari ruangan itu. Amanda duduk di kursi kerjanya yang nyaman, dia mulai memutar simfoni musik klasik dari laptop kerjanya, memejamkan kedua matanya sesaat, terlalu banyak kebodohan pagi ini, batinnya dalam hati. Bagaimana bisa dulu dia menerima para karyawan itu dulu, ucapnya lagi. Amanda perlu menenangkan diri sejenak dari semua kebodohan karyawannya pagi ini, sebelum dia akan memecat beberapa diantara mereka sore nanti.