Chereads / Amanda Mencari Cinta / Chapter 3 - Masa Lalu Amanda

Chapter 3 - Masa Lalu Amanda

"Hmmm, Maaf Bu, mengenai kontrak dengan Adrianne, ada yang belum saya sampaikan" ucap Sari. Akhirnya esok harinya dia kembali mendatangi bos cantiknya itu setelah kemarin batal. Amanda tidak menjawab, dia hanya menatap lurus wajah Sari.

"Jadi..., Adrianne minta satu syarat Bu" lanjut Sari lagi. Gadis itu diam sejenak, ragu-ragu menyampaikan kalimatnya.

"Apa? Ayo cepetan waktu saya enggak banyak" balas Amanda akhirnya, mulai tidak sabar melihat Sari yang sedari tadi hanya berputar-putar tanpa maksud yang jelas.

"Jadi, Adrianne minta waktu Ibu untuk diwawancarai secara ekslusif mengenai kehidupan Ibu di vlog pribadinya Bu, katanya dia penasaran dengan sosok pemilik perusahaan yang akan mengontrak dirinya" jawab Sari. Dia menundukkan kepalanya.

Amanda menghembuskan napas sedikit berat. Dia tidak menyangka permintaan Adrianne akan seperti ini. Dia pikir, gadis muda itu minta isi kontrak dengan bonus jalan-jalan keluar negeri, atau hadiah-hadiah tertentu. Wawancara eksklusif adalah suatu hal yang paling Amanda takuti. Dia benci siapapun yang menanyakan mengenai kehidupan pribadinya. Amanda tidak suka. Di setiap wawancara dengan media apapun, Amanda selalu menekankan hanya fokus dengan produk yang dia promosikan, bukan kehidupan pribadinya.

"Emmm, jadi.. Gimana Bu? Kalau Ibu tidak bersedia, Adrianne ingin membatalkan kontraknya" tanya Dari dengan wajah bingung karena bosnya hanya berdiam diri tanpa menjawab apapun.

"Tanya Adrianne kapan mau wawancara vlog nya itu" balas Amanda sambil menghela napas berat. Mau tidak mau dia terpaksa setuju. Para pemegang saham dan investor memaksa dirinya untuk mendapatkan Adrianne sebagai model produk parfume yang akan launching itu. Tampilan polos dari Adrianne dan namanya yang kini sedang naik daun, membuat mereka berpikir Adrianne cocok dengan perfume yang akan mereka keluarkan. Banyak merk lain dari rival mereka yang sedang mencoba untuk mendapatkan kontrak eksklusif dengan Adrianne, tentu saja Amanda tidak boleh melepaskan Adrianne begitu saja, terlalu egois kalau dia menolak hal yang dia sangat benci itu, sementara karyawan yang ada dihadapannya sudah bersusah payah mati-matian untuk mendapatkan kontrak itu. Amanda masih ingat tampilan Sari yang terlambat masuk ke ruangan rapat, penampilan gadis itu kacau sekali, bahkan Amanda melihat ada bekas luka di lutut Sari, mungkin dia terjatuh sebelumnya karena sangat terburu-buru, pikir Amanda kala itu.

"Jadi.. Ibu bersedia, Bu?" tanya Sari lagi, dia tersenyum senang, mata sipitnya nyaris tidak terlihat karena senyum lebarnya.

"Ya, kabari Latissa kapan waktunya, biar dicocokkan dengan jadwal saya" jawab Amanda.

"Baik, Bu. Terimakasih banyak Bu" balas Sari, menunduk dengan hormat lalu pamit pergi.

Pikiran Amanda melayang-layang, membayangkan masa lalunya yang suram. Amanda tidak pernah tahu siapa Ayah dan Ibu kandungnya. Dia juga tidak tahu kapan hari ulang tahunnya. Yang Amanda tahu, pada hari Kamis, tanggal 16 Agustus 30 tahun yang lalu, ketika semua orang sedang sibuk untuk mempersiapkan perayaan hari kemerdekaan, dia ditemukan didepan pintu panti asuhan. Ibunya menaruh dirinya yang saat itu masih bayi merah, didalam keranjang bayi, ditutupi selimut hangat dan satu tas yang berisi perlengkapan bayi dan beberapa kaleng susu bayi, beserta sejumlah uang dan catatan kecil yang meminta agar bayi mungil ini diberikan nama Amanda. Mulai sejak itu, ibu panti asuhan mulai mengurus Amanda.

Kehidupan panti asuhan sangat sulit. Pengurus panti asuhan selanjutnya bukanlah orang yang menyenangkan. Setelah Ibu panti asuhan yang bernama Ibu Nining meninggal dunia, panti asuhan dikelola oleh adiknya, bernama Ibu Nita. Orangnya sangat keras dan disiplin. Hari-hari Amanda saat masih balita jauh dari bahagia. Dia hanya bisa makan dengan porsi sedikit, tidak jarang kelaparan, apalagi bila donasi panti asuhan tidak banyak. Uang dari ibu kandungnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan Amanda selama 1 tahun saja. Setiap hari di masa kecilnya, Amanda selalu berdoa ada pasangan orang tua yang mau mengambil dirinya. Doa Amanda terkabul, saat usianya 5 tahun, sepasang suami istri mengadopsi dirinya. Pasangan itu baru saja kehilangan anak perempuan mereka, dan sang Istri tidak bisa mengandung.

Saat itu, kehidupan Amanda mulai berubah. Gadis kecil itu melihat secercah harapan saat melihat orang tuanya yang sayang pada dirinya, tapi hanya sebentar saja. Setelah Ayahnya mulai terlibat hutang, kehidupan Amanda kembali berubah menjadi sulit. Mereka pindah ke tempat yang lebih kecil, semua harta benda dijual, hanya tersisa perabotan sederhana dan baju saja. Sejak itu, orang tua angkatnya sering bertengkar dan pertengkaran itu sering diakhiri dengan kekerasan rumah tangga. Kedua orang tuanya kerap memukul atau memarahi dirinya untuk hal-hal kecil atau sebagai pelampiasan kekesalan mereka. Karena hutang yang besar Amanda hanya bisa bersekolah di dekat rumah saja. Dia belajar dengan keras dengan fasilitas sekolah yang minim. Sejak kecil Amanda juga sudah diperintahkan oleh ibunya untuk berjualan. Beruntung Amanda sepertinya sudah punya bakat dalam berbisnis sejak kecil. Setiap barang yang dia jual, Amanda selalu menaikkan harganya sekitar 100 sampai 500 rupiah, keuntungan itu Amanda kumpulkan, ditambah dengan yang jajannya yang pas-pasan. Amanda berharap suatu saat ada waktu dimana dia bisa terlepas dari orang tuanya ini.

Saat duduk di bangku SMA, Amanda juga sering bekerja menjadi sales promotion girl. Dia rela dibayar jauh lebih kecil dibanding rekan-rekan kerjanya, karena usianya yang sebenarnya belum cukup umur, asalkan bisa bekerja. Amanda punya kerja sampingan yang banyak kala itu. Untung saja otaknya cukup pintar sehingga Amanda masih bisa mendapatkan peringkat di kelas. Amanda berjuang sekuat tenaga untuk menghasilkan uang diusianya yang masih belia. Beruntung Ayah dan Ibu angkatnya sudah tidak lagi memukul dirinya, karena dia bisa menghasilkan uang yang cukup membantu untuk melunasi hutang Ayahnya. Masa remaja Amanda yang harusnya dihiasi dengan kebahagiaan berubah menjadi kerja keras. Banyak teman sekolahnya yang menaksir dirinya bahkan sampai berani menyatakan cinta kepadanya, semua Amanda abaikan karena dia tidak punya waktu. Hadiah yang Amanda terima dari para lelaki yang menaruh hati padanya sebagian besar Amanda jual kembali. Hidupnya hanya berisi kerja dan uang.

Kehidupan Amanda berubah saat dia bertemu dengan Ibu Angella. Seorang pengusaha wanita yang sukses, tanpa keluarga. Pengusaha itu merasa sangat kesepian. Hidupnya hanya kerja dan kerja saja. Amanda waktu itu melamar menjadi SPG. Dia memohon dengan sangat pada karyawan HRD agar bisa bekerja walaupun usianya masih di bawah umur. Keberuntungan berpihak pada Amanda. Ibu Angella melihat dirinya, wanita itu terpukau dengan wajah cantik Amanda. Dia justru menawarkan Amanda menjadi model iklan produk yang saat itu akan launching. Amanda bukan pemain utama iklannya, tapi penghasil dari model iklan itu cukup membantu kedua orang tuanya untuk terbebas dari hutang yang sudah bertahun-tahun membelit keluarga angkatnya.

Karena sudah jatuh hati pada Amanda, Ibu Angella meminta Amanda untuk menjadi anak angkatnya yang sebenarnya lebih mirip asisten pribadi daripada anak. Angella menyerahkan sejumlah uang pada orang tua angkat Amanda, agar Amanda bisa ikut dengannya. Angella mengajarkan Amanda dengan cukup keras, bagaimana cara berbisnis dan bertahan hidup. Tidak ada kata manis atau tingkah manja apalagi barang-barang mewah, Amanda menuruti dan mempelajari semua yang diajarkan Ibu Angella. Dari penghasilan kerjanya, setelah tamat sekolah, Amanda minta izin untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Dia mengambil jurusan bisnis, Amanda pikir cocok untuk dia. Amanda kuliah sambil tetap menjadi asisten pribadi Angella, dia mengatur jadwalnya dengan rapi dan teliti. Amanda juga magang di perusahaan Angella pada liburan kuliahnya.

Sampai saat Amanda baru dua tahun lulus, Angella meninggal dunia. Dia sudah menuliskan wasiat untuk mewariskan seluruh hartanya untuk Amanda dan beberapa perusahaan miliknya. Keluarga besar Angella tiba-tiba hadir dan menuntut hak mereka akan harta kekayaan Angella. Amanda tidak bisa berkata apa-apa, dia memberikan kepada keluarga tamak itu semua harta dan perusahaan Angella, keluarga Angella memberikan satu perusahaan yang mereka pikir paling tidak menguntungkan, yaitu perusahaan kosmetik yang kecil, tidak terlalu menghasilkan memang. Kantornya pun hanya sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Disinilah Amanda mulai merintis karirnya sampai perusahaannya bisa sebesar ini. Itu sebabnya Amanda sangat tertutup dengan masa lalunya.

"Bu, Bu Amanda..?" panggil Latissa. Suara Latissa membuyarkan lamunan masa lalu Amanda.

"Ya?" balas Amanda.

"Ini jadwal ibu buat minggu depan. Sari sudah mengkonfirmasi Adrianne, ibu wawancara di vlognya minggu depan, hari Senin Bu, jadwal ibu sudah saya kosongkan, jadi hari Senin sudah aman Bu" jelas Latissa sambil menyerahkan print out jadwal Amanda untuk satu Minggu kedepan.

"Oke, makasih Tis" balas Amanda. Matanya menatap lurus pada tulisan di kolom hari Senin. "Wawancara vlog Adrianne". Cepat atau lambat, Amanda memang harus membuka kehidupan masa lalunya, batinnya.