Manere
*10*
Happy Reading
Mata Kira membulat tak percaya berbanding terbalik dengan Atha yang hanya menampilkan wajah lempengnya.
"Kita yakin naik ini?" ujar Kira yang hanya dijawab sebuah deheman olah Atha.
"Udah ayo naik." ujar Atha menarik tangan Kira untuk mengikutinya menaiki sebuah mini bus yang sejak 5 menit yang lalu bertengger manis didepan sepasang kekasih ini jangan tanyakan dimana Zefan karena saat keluar dari apartemen Atha maupun Kira tidak menemukan wujud seorang Zefangga Aldebaran itu.
"Lo punya motor kenapa pakai bus sih?!" tutur Kira mulai kesal, seingatnya Atha itu punya motor.
"Males make." Kira yang mendengarnya hanya mendengus kesal, merasa heran dengan pemikiran laki laki ini.
"Nggak nggak kita naik taksi aja ya Tha." bujuk Kira setidaknya jika gak mau pake motor bisa naik taksi kan? Atha yang mendengar hal tersebut menghela nafasnya dan dengan sekali hentakan melepaskan genggamannya dan menatap Kira sejenak.
"Iya, tapi lo yang naik taksi." ujar Atha dan segera menaiki mini bus didepannya dengan santai membuat Kira berdecak sebal.
"Nggak! Gue ikut lo!" ujar Kira segera mengikuti Atha dari belakang menaiki mini bus dengan perasaan dongkolnya. Sebenarnya bisa saja Kira menaiki taksi sendirian tapi Kira hanya terlalu malas menunggu apalagi menunggu sendirian didepan halte.
"Atha nyebelin! Nggak tau diri!" gumam Kira dibelakang berjalan menunduk tanpa mempedulikan sekitar bahkan hingga mini bus itu berjalan yang membuat keseimbangan Kira seketika terganggu.
"WAAA ATHHAA" teriak Kira spontan saat merasakan keseimbangan dalam tubuhnya goyah.
Kira memejamkan matanya bayangan rasa ngilu telah menghantui gadis itu. Hingga beberapa detik kemudian dirinya tidak merasakan rasa ngilu yang menghantuinya itu.
"Buka mata lo."
Sebuah suara mengintrupsi Kira hingga Kira akhirnya membuka matanya dan menemukan wajah datar Atha tepat didepan matanya.
"Gue nggak jadi jatuh?" tanya Kira membuat Atha ingin sekali memukul kepala gadis itu. Sayangnya kini kedua tangannya sedang sibuk menahan dan menggenggam sesuatu.
Tangan kiri Atha memegang pegangan yang ada didalam mini bus itu dan tangan kanannya ia gunakan untuk menahan tubuh Kira yang hampir jatuh.
"Mau gue jatohin?" ujar Atha membuat Kira dengan spontan menggelang dan berdiri tegap dengan cepat walau pada akhirnya tubuhnya terdorong kedepan memeluk Atha karena mini bus itu tiba-tiba berhenti.
"PAK KALO BERHENTI BILANG-BILANG DONG! UDAH BERANGKAT TADI GUE MAU JATUH SEKARANG JUGA" teriak Kira sebal membuat seluruh penumpang yang lumayan ramai menatap Kira dengan ekspresi yang beragam.
Ada yang menatapnya sinis karena perilaku Kira yang tidak punya sopan santun ada juga yang menatapnya kagum karena kecantikannya ditambah kini Kira sedang memeluk Atha yang bisa dibilang Atha juga tampan ralat sangat tampan.
"Yaelah neng namanya juga naik angkutan umum udah biasa gitupan." ujar supir mini bus dengan santai membuat Kira ingin menghampiri supir yang menurutnya kurang ajar itu jika saja tiba-tiba Atha menahan tubuh Kira tetap berada dipelukannya dengan wajah datar.
"Pak abaikan ucapan pacar saya dia baru saja keluar dari rumah sakit jiwa soalnya." ujar Atha datar membuat seluruh penumpang manahan tawanya termasuk pak supir yang akhirnya melanjutkan mini bus dengan wajah gembiranya.
"Lo apa-apaan sih! Malu-maluin gue tau nggak!" ujar Kira mendongkak menatap Atha dengan wajah garangnya namun Atha sama sekali tidak berminat menatap balik gadis direngkuhannya itu.
"Bukannya lo nggak punya malu." ujar Atha datar tanpa menatap Kira membuat gadis itu gemas dan mengulurkan tangannya menarik hidung mancung laki-laki itu kebawah agar kepalanya menunduk.
"Kalo diajak ngomong lihat orangnya bego!" ujar Kira namun, tetap saja walau Kira menarik hidung laki-laki itu saat dilepas kepalanya akan kembali menatap lurus kedepan.
"Nggak penting." jawab Atha singkat membuat Kira brengut tak suka. Laki-laki yang kini sedang ia peluk sangat menguji kesabaran Kira sedangkan Kira saja tidak memiliki rasa sabar sedikitpun.
"Dasar cowok nggak tau diri! Nyesel seketika gue jadi pacar lo bangsat!" ujar Kira mendumel setelah itu medongkakkan wajahnya dan menemukan Atha yang menunduk menatapnya.
Kedua pasang netra itu saling bersitubruk dan seketika suara hiruk pikuk jalan raya dan penumpang yang saling berbicara hilang dalam sekejap.
Mereka tenggelam dengan dunia mereka masing-masing.
"Ehem! Dek kalau pacaran jangan disini!" ujar seorang penumpang yang berada tepat disamping mereka berdua duduk dengan tenang namun, pada akhirnya jengah juga dengan sepasang kekasih yang tidak tau tempat ini.
Atha yang akhirnya tersadarpun memutus kontak dan segera melepaskan tangannya yang merengkuh Kira.
"Lepas Kir." ujar Atha mencoba menyadarkan Kira yang justru menenggelamkan wajahnya kedada Atha setelah sesi saling menatap itu.
"Nggak." ucap Kira menggeleng-gelengkan kepalanya dan makin mempererat pelukannya membuat Atha hanya menghela nafas beratnya. Mau mendorong Kirapun dirinya harus berpikir dua kali karena kemungkinan gadisnya itu jatuh bisa saja terjadi. Tunggu, gadisnya? Otak Atha sedang bermasalah mungkin hingga berpikir Kira adalah gadisnya tapi memang seperti itu kenyataannya.
Akh kepala Atha ingin meledak rasanya.
''Tengsin tengsin! Aaa malu!!"
Batin Kira berteriak. Gadis itu merasa malu sekarang. Entah mengapa hanya sekedar bersitatap dengan Atha membuat pipinya seketika memanas dan itu alasan Kira tidak ingin menampakan wajahnya dan memilih menenggelamkan wajahnya kedada laki-laki dingin itu.
Bodoamat tentang pemikiran orang melihatnya. Toh Atha sekarang pacarnya berarti itu hak miliknya dan nggak bisa diganggu gugat.
"Kir." suara Atha memanggilnya namun Kira tetap tidak ingin memunculkan wajahnya sedikitpun.
"Nggak mau Atha!" suara yang teredam karena Kira yang masih asyik bersembunyi didada Athapun masih bisa terdengar.
"Lo nggak mau turun?" ujar Atha membuat Kira menampakan wajahnya menoleh sekitar dan ternyata mini bus berhenti tepat didepan halte sekolahnya.
"Ayo turun." ujar Atha melepaskan pelukan Kira dan berjalan mendahului Kira dengan santai meninggalkan Kira yang masih bengong.
"Cih anak sekolah jaman sekarang pacaran nggak tau tempatnya."
Suara itu menyadarkan Kira dan membuat Kira mencari sumber suara dan menemukan mbak-mbak yang tadi juga menegurnya saat sedang beromantis ria dengan Atha menatapnya sinis.
"Iri bilang aja mbak! Jomblo ngenes emang." nyinyir Kira dengan wajah mengejeknya membuat wanita yang menegurnya itu berdiri menatap Kira garang.
"Apa huh? Kenyataan kan? Kalau nggak kenapa marah cih." ujar Kira menatap sinis wanita itu membuat wanita itu hilang kesabaran.
"Jaga ucapan kamu ya! Saya disini memberitahu kamu dengan pacarmu itu untuk tau tempat bodoh!" ujar wanita itu yang sudah terlanjur emosi.
"Mbaknya bego apa emang goblok? Suruh jaga ucapan tapi kok ucapannya sendiri masih kayak gitu! Face Yourself deh mbak sebelum asal jeplak!" ujar Kira sebelum berjalan menuruni mini bus dengan wajah dongkolnya.
-0-
"Mbak mbak nggak tau diri emang! Nggak punya kaca apa dirumah apa terlalu miskin sampe nggak bisa beli kaca!" ujar Kira berjalan memasuki gerbang dengan perasaan dongkol bahkan Atha yang sengaja menunggu gadis itu diluar mini bus karena menghargai Kira sebagai pacarnya Kira hiraukan membuat laki-laki itu mengernyit heran.
Ada apa lagi dengan gadis itu?
"Bego!"
"Goblok!"
"Nggak tau diri!"
Umpatan demi umpatan Kira keluarkan yang tentunya didengar oleh Atha yang ternyata berjalan dibelakang gadis itu dengan kedua tangan yang berada dikedua saku celananya menatap punggung kecil yang berbalut hoodie miliknya dengan senyum tipisnya.
Namun tak berapa lama senyum tipis yang terukir dibibir Atha luntur saat menatap pemandangan menjijikan didepan matanya.
Seseorang telah berani menyentuh apa yang sekarang menjadi miliknya.
Dan Atha tidak suka itu.
Seseorang telah berani menyentuh hak miliknya.
Seseorang telah berani memeluk Kira.
Dan Atha tidak suka melihatnya.