Manere
-14-
Kini Kira sedang menatap dirinya dibalik cermin yang memantulkan dirinya menatap dirinya dengan senyum puasnya.
Lo emang ratunya Kir." ujar Kira menatap penampilannya yang terlihat sangat seksi dengan gaun biru terusan yang melekat ditubuhnya dan sebuah tas kecil ditangannya.
Kira mengeluarkan smirknya ini adalah style yang dia suka entah mengapa Kira sangat menyukai penampilan dirinya sekarang.
Kira berjalan menuju pintu apartemennya. Jam sudah menunjukan pukul 7 malam dan pasti Atha tengah menunggunya.
Ceklek.
Pintu terbuka Kira berjalan keluar dan menemukan Atha yang tengah bersandar disamping pintu apartemennya dengan pakaian casualnya.
"Kenapa nggak masuk aja?" tanya Kira membuat Atha membuka matanya dan menatap Kira datar.
"Males, lagian kita nggak jadi ngedate." ujar Atha membuat Kira melotot pertanda ia terkejut sekarang.
"YA MAKSUD LO APAAN!" teriak Kira tak trima dirinya sudah berdandan dengan cantik dan dengan santainya Atha membatalkan acara mereka jika begitu lebih baik Kira ke party teman seclubnya.
"Ganti baju atau batal?" ujar Atha menatap Kira datar. Dirinya tak suka dengan penampilan Kira sekarang. Kekasihnya ini mau mangkal atau ngedate?
"Ada apa sama penampilan gue bangsat." umpat Kira kesal ini adalah penampilan yang dia suka dan dengan seenaknya Atha menyuruhnya ganti baju.
"Lo mau jadi cabe apa mau ngedate sama gue? Ganti baju sekarang atau nggak jadi." ujar Atha pedas membuat Kira mendengus kesal.
"Yaudah nggak jadi aja mending gue ke party temen gue! Bye!" ujar Kira dan hendak pergi meninggalkan apartemennya jika saja Atha tidak menariknya dan menghimpitnya ketembok dengan mata tajamnya.
Kira terkejut dan menelan ludahnya menatap Atha yang kini sudah menyatukan hidung mereka bahkan hembusan nafasnya kini saling beradu dengan hembusan nafas Kira. Atha memajukan wajahnya membuat Kira menahan nafasnya dan memejamkan matanya.
"Ganti baju sekarang." bisik Atha tepat ditelinga Kira dan memundurkan tubuhnya membuat Kira segera membuka matanya dan lari masuk keapartemennya dan membanting pintu dengan keras membuat Atha yang masih didepan apartemen hanya tersenyum tipis tidak memikirkan Kira yang kini sedang berusaha menetralkan nafasnya.
5 menit kemudian
Ceklek
Kira keluar apartemennya dengan wajah kesalnya yang justru membuat Atha berusaha menahan tawanya melihat wajah gadis itu.
"Udah puas?" ujar Kira kesal dirinya tak suka dengan apa yang ia kenakan sekarang. Sebuah baju crop yang melekat pas ditubuhnya dengan sebuah jaket yang hanya ia sampirkan dengan sebuah jeans panjang dikakinya.
Setidaknya itu pakaian yang cukup tertutup yang ia punya sekarang.
"Pokoknya gue nggak mau ganti titik!" ujar Kira yang hanya diangguki oleh Atha. Laki-laki itu paham style yang dimiliki gadis seperti Kira, pakaian yang gadis itu kenakan adalah pakaian yang cukup tertutup bagi gadis liar seperti kekasihnya itu.
Atha menjulurkan tangannya mengambil jaket yang disampirkan dikedua bahu Kira dan mengintrupsi Kira untuk memakainya dengan benar dan dengan terpaksa gadis itu menurut.
"Gue naik motor." ujar Atha menjelaskan alasan mengapa gadis itu untuk berganti pakaian dan menggunakan jaket dengan benar.
Agar gadis itu tidak kedinginan.
Setelah itu Atha menggenggam tangan Kira dan mengajaknya untuk keluar dari gedung apartemen.
"Kita mau kemana?" tanya Kira menatap Atha dari samping. Atha meliriknya dari kaca spion melihat Kira yang meletakan dagunya dibahunya setelah itu tersenyum tipis.
"Bisu dasar." ujar Kira kesal karena Atha hanya diam. Kira lebih memilih memejamkan matanya menikmati angin yang menyapu wajahnya dengan senyum tipis diwajahnya.
Kira tak pernah merasakan kebebasan seperti ini sebelumnya.
Kira membuka matanya saat merasakan motor yang ia tumpangi berhenti. Gadis itu mengedarkan pandangannya.
"Kita ke pasar malem?" ujar Kira dengan wajah berbinarnya. Sudah lama gadis itu tidak mengunjungi tempat seperti ini terakhir kali Kira kesini itu saat berumur 5 tahun bersama kedua orang tuanya.
Kira tersenyum miris mengingat saat terakhit dirinya dan kedua orang tuanya pergi bersama.
"Cuma ini yang ada dipikiran gue." jawab Atha dan segera menggenggam tangan Kira untuk memasuki pasar malam tersebut. Sejujurnya Atha tidak terlalu menyukai keramaian namun hanya tempat ini yang Atha pikirkan untuk jalan berdua dengan Kira itupun Atha mengetahui tempat ini karena Zefan memberi taunya dan mengajaknya juga namun Atha menolak.
"Tha lo lihat deh badutnya lucu." seru Kira membuyarkan lamunan Atha dan mengikuti Kira yang tengah menghampiri badut berwujud kumamon itu dengan senang bahkan memeluknya dengan spontan.
Atha hanya tersenyum saat melihat Kira tengah tertawa melihat tingkah laku kumamon. Atha secara diam-diam memotret gadis itu dalam diam.
"THA FOTOIN GUE!!!" seru Kira saat melihat Atha mengangkat handphone miliknya. Atha dengan senang hati mengarahkan kameranya untuk memfoto gadis itu toh dia tidak perlu mengambil foto gadis itu secara diam-diam bukan.
Setelah berfoto ria dengan badut kini Kira menarik Atha menuju sebuah permainan yang ada disebuah kedai.
"Kalau lo bisa jatuhin botol itu 3 kali berturut-turut gue kasih 3 permintaan gimana? Tapi kalo lo nggak bisa lo harus nurutin apapun ucapan gue." ujar Kira.
"Lo ngeremehin gue?" jawab Atha.
"Nggak tuh lo aja yang ngerasa." cletuk Kira menjulurkan lidahnya mengejek Atha yang justru kini tengah memasang smirk tipisnya.
"Satu." ujar Atha melempat satu bola kearah gelas namun dengan menatap Kira tanpa menatap gelas didepannya.
"Dua." ujar Atha sekali lagi masih dengan menatap Kira.
"Tiga." ujar Atha membuat mata Kira melotot tak percaya pasalnya gelas yang tersusun semuanya terjatuh.
"K KOK BISA?!!!" pekik Kira tak percaya apalagi ditambah Atha tidak menatap gelas tersebut justru menatapnya.
"Wah masnya keren, masnya boleh milih hadiah disini terserah?" ujar penjaga toko yang Atha dan Kira kunjungi.
"Saya nggak perlu hadiah disana mas karena saya sudah memiliki hadiah saya sendiri." ujar Atha menatap Kira dengan senyum tipisnya yang terkesan horor bagi Kira.
"So? 3 permintaan itu gue simpen karena malam ini malam kita ngedate bukan malam kita ngelakuin tantangan." ujar Atha dan berjalan meninggalkan gadis itu dengan tenang.
"Dia kok kek anjing sih!" umpat Kira kesal dan segera menyusul Atha yang sudah jauh mendahuluinya.
"Bianglalanya indah ya." ujar Kira yang kini tengah menyenderkan kepalanya dibahu Atha.
Atha dan Kira kini tengah duduk lesehan menatap bianglala yang bercahaya karena lampu dengan sebuah jagung bakar menemani mereka.
"Mau naik?" tawar Atha yang langsung mendapat gelengan cepat dari Kira.
"Nggak, nggak gue takut ketinggian apalagi bianglala tu muter-muter bikin pusing." terang Kira yang justru mendapat kekehan dari Atha.
Atha menundukkan kepalanya mencium rambut Kira dengan tenang tidak mempedulikan Kira yang sedang sibuk memakan jagung bakar ditangannya.
"Lo tau? Sekarang sepertinya gue udah mulai jatuh cinta sama lo Kir." ungkap Atha membuat Kira yang tengah memakan jagungnya terhenti dan segera mendongkak menatap Atha yang tengah menunduk menatapnya.
"Omongan lo itu palsu." ujar Kira dengan wajah tak percayanya. Mempercayai pengakuan seorang laki-laki adalah hal yang mustahil bagi Kira.
"Gue nggak perlu lo percaya sama omongan gue, karena gue cuma ngomong apa yang ada dipikiran gue sekarang." terang Atha tak peduli dengan Kira. Toh dirinya hanya mengatakan apa yang ia katakan.
"Kalau gue jawab gue belum jatuh cinta lo gimana?" tanya Kira, entah apa yang ada dipikirannya hanya saja Kira ingin mengatakan yang sejujurnya seperti yang dilakukan Atha sekarang mengatakan apa yang ingin dikatakan.
"Itu tugas gue ngebuat lo jatuh cinta sama gue." jawab Atha santai.
Dan Kira hanya tersenyum mendengarnya lalu memejamkan matanya menikmati suasana malam yang terasa begitu beda baginya hanya karena bersama Atha dan kata-kata Atha tentunya.
'Gue tunggu lo ngebuat gue jatuh cinta sama lo Tha.' batin Kira.