-18-
Manere
Klik.
Suara pintu terbuka memecah keheningan yang terjadi dilorong apartemen. Kira menyembulkan kepalanya menatap sekitar terutama keadaan apartemen didepannya yang ternyata sangat sunyi.
Gotcha!
Kira berseru gembira dirinya bebas untuk malam ini. Tidak ada Atha yang selalu mengawasinya dan melarangnya pergi kemanapun terutama keclub.
Kira membuka pintu apartemennya semakin lebar secara perlahan dan melangkah keluar dari apartemennya dengan perasaan gembira. Malam ini akhirnya gadis itu bisa pergi ketempat favoritnya. Dimana lagi jika bukan club castle tempat favoritnya hingga saat ini.
Masih ingat dikepalanya saat Natasha menelponnya dan berteriak kesal saat tidak menemukan Kira diparkiran tadi siang hingga telinga Kira dibuat pengang mendengar omelan gadis itu dan sambungan terputus dengan cepat saat Kira pada akhirnya mengajaknya keluar malam ini untuk party tentunya Kira yang membayar semua kebutuhan Natasha saat diclub nanti.
Sungguh hubungan pertemanan yang simbiosis mutualisme. Natasha yang terbilang pelit dan perhitungan ditambah Kira yang loyal dan membutuhkan Natasha atau lebih tepatnya otak gadis itu.
Kira berjalan menuju lift dengan siulan gembiranya menunggu pintu lift terbuka dengan sabar. Hingga akhirnya pintu besi itu terbuka membuat matanya membulat dengan sempurna saat melihat seseorang yang ada didalam lift tersebut.
"Mau kemana?" Kira nyengir saat mendengar pertanyaan tersebut yang mengenai gendang telinganya dengan amat jelas.
"Mau belajar kelompok dong guekan anak rajin." ujar Kira dengan wajah yang dibuat semanis mungkin agar orang didepannya itu percaya.
"Nggak boleh." mata Kira membulat saat mendengarnya. Apa-apaan ini? Kira ingin bebas untuk malam ini saja namun naasnya kekasihnya justru kini tengah berdiri didepannya wajahnya dengan raut yang sangat menyebalkan padahal Atha hanya menampilkan wajah datarnya saja.
"Tha ayolah temen-temen gue nunggu itu dicafe buat belajar kelompok." bujuk Kira dengan wajah melasnya.
Dengan sekali hentakan Atha menarik tubuh Kira untuk masuk kedalam lift bersamanya. Kira memekik tertahan saat Atha secara tiba-tiba menariknya dan memeluk pinggangnya. Kedua tangan Kira kini berada tepat didada dan entah mengapa wajah Kira terasa memanas saat mengetahui dirinya dan Atha sangan dekat dan juga intim.
"Lo udah berani bohong sama gue." bisik Atha membuat Kira merinding mendengarnya bahkan untuk menatap Athapun Kira tidak berani.
"G-gue." ucapan Kira tertahan saat Atha tiba-tiba menghembuskan nafasnya diantara ceruk leher Kira membuat Kira semakin merinding dan tidak nyaman.
"Tha ini lift bego!" seru Kira berusaha mendorong Atha untuk menjauh darinya namun tenaga Kira tidak sekuat Atha tentunya, sekalipun gadis itu mendorong Atha tetap saja tidak merubah posisi mereka bahkan sedikit membuat jarakpun tidak.
"Lalu?"
"Lalu pala lo cantelan! Kalau pintu lift kebuka dan ada orang yang mau masuk dikira kita pasangan mesum goblok!" gerutu Kira kesal juga lama-lama menghadapi Atha yang sangat sulit ditebak dan terkadang bodoh atau lemot Kira tidak tahu pastinya.
Ting!
Suara pertanda bahwa lift terbuka membuat hati Kira cemas bagaimana jika yang dikatakannya benar bisa-bisa dirinya dikeluarkan dari apartemennya.
"See? Nggak ada orang." ujar Atha membuat Kira menoleh dan memang tidak ada orang dimanapun membuat Kira bernafas lega.
Atha dengan tenang menarik Kira untuk mengikutinya menuju sebuah motor sport miliknya yang bertengger manis didepan gedung apartemen.
"Gue nggak mau ikut! Gue ada janji!" seru Kira saat melihat Atha menaiki motornya setelah memakai helm tentunya dan menyuruh Kira naik.
"Naik atau lo milih ketangkep sama orang yang ngejar lo." Kira terkejut mendengarnya. Gadis itu menoleh kekanan dan kiri hingga pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari dirinya berdiri.
Sial!
Kira mengumpat tak karuan saat melihat orang berbaju hitam keluar dari mobil dan hendak menghampirinya yang membuat Kira dengan cepat naik kemotor Atha.
"Ayo jalan bego!" seru Kira karena sejak dia naik motor Atha tidak ada tanda tanda akan melaju.
"Pegangan." ujar Atha dan tanpa dua kali suruh dan perdebatan seperti biasa Kira segera memeluk tubuh Atha dengan erat.
Brumm Brumm.
Motor Atha melaju dengan kencang membuat Kira semakin erat memeluk kekasihnya itu. Jika boleh jujur Kira benci atau lebih tepatnya trauma dengan kendaraan yang melaju sangat kencang. Namun, jika dirinya menyuruh Atha untuk menurunkan kecepatan motornya cari mati itu namanya.
Kira lebih baik menekan trauma daripada harus tertangkap oleh bodyguard suruhan papanya.
Atha bisa merasakan tubuh Kira yang bergetar saat memeluknya dan benar saja dugaan Atha saat melirik keadaan Kira dari kaca spion gadis itu memejamkan matanya dengan erat.
Salah satu tangan Atha menyentuh tangan Kira yang memeluk perutnya dengan erat mengelus tangan tersebut lalu menggenggamnya dengan erat.
"Gue nggak tau apa yang terjadi sama lo tapi dengan sekuat tenaga gue bakal jaga lo Kir." janji Atha dalam hati mengecup tangan Kira dan membawanya dalam genggamannnya.
-0-
Zefan menghela nafasnya gusar laki-laki itu sedang panik dan lelah tentunya. Tidur nyenyaknya harus terganggu saat mendengar dering telepon dari Atha dan menyuruhnya menjemput Natasha yang berada didepan club.
Yang membuat Zefan kini berakhir diapartemen sahabat kekasih Atha itu.
"Muka lo nggak usah dibuat kusut udah kucel juga." seru Natasha dan menghempaskan tubuhnya disamping Zefan dengan santai.
"Sumpah gue nggak tau maksud Atha apaan! Nyuruh gue jemput lo dan bawa lo pulang ditambah pipi gue lo gampar lagi!" ujar Zefan kesal masih terpatri dengan jelas saat menjemput Natasha yang tengah berdiri didepan club dan dengan perasaan dongkolnya Zefan menarik tangan Natasha untuk mengikutinya namun Natasha dengan spontan menampar pipi Zefan mengira bahwa Zefan adalah laki-laki hidung belang yang sering menggodanya saat berada diclub malam.
"Sorry deh, guekan nggak tau itu lo! Suruh siapa ngagetin gue aja! Gue kira kan om-om hidung belang." celetuk Natasha santai.
Zefan mendelik tak suka saat mendengar penjelasan gadis disampingnya itu. Apa-apaan dirinya yang seganteng Fransisco Lacowski disamain dengan om-om hidung belang. Zefan tidak terima!
"Mata lo katarak gue.." ucapan Zefan terhenti saat tiba-tiba Natasha menempelkan sebuah kain yang telah ia rendam didalam air panas kepipi Zefan. Natasha mengompres bekas tamparan darinya dengan telaten dan Zefan laki-laki itu hanya terdiam menatap Natasha yang tengah mengompres pipinya itu.
"Nggak usah melongo gitu gue tau gue cantik kok." ujar Natasha membuat Zefan mendengus tak suka dan membuang mukanya tak suka.
"Anggep aja itu bukti permintaafan gue jadi udah clear." ujar Natasha meletakan kain kompresannya tadi didalam bakos dan menyenderkan kepalanya disofa dan memejamkan matanya.
Gadis itu lelah sekarang.
Drrtttt drrttt.
Getaran handphone membuat Zefan dengan cepat meraih handphonenya. Laki-laki itu mengernyit saat melihat nama yang tertera dilayar handphonenya.
"Langit? Tumben dia nelfon." gumam Zefan dan dengan perasaan bingung Zefan mengangkat panggilan tersebut
"Hallo Ngit ada apaan?".
Mata Zefan membulat saat mendengar balasan dari Langit. Dengan cepat Zefan meraih jaketnya dan hendak pergi meninggalkan Natasha yang terlelap.
Namun entah mengapa Zefan berbalik menatap Natasha dengan telefon yang masih setia bertengger ditelinganya. Zefan berjalan menghampiri Natasha yang tertidur dengan nyaman dan mengangkat jacket yang ada ditangannya lalu menyelimuti tubuh Natasha dengan jacketnya.
Cup.
Dan dorongan darimana tiba-tiba Zefan mengecup kening Natasha membuat gadis itu sedikit terusik namun kembali tertidur.
"Good night gummy."