-Manere-
Cinta pertama memang akan selalu berakhir namun cinta pertama adalah hal yang sangat sulit dilupakan karena cinta pertama akan selalu ada dipikiranmu.
-.-
Duk.
Kening Kira tak sengaja menubruk dada seseorang yang ada didepannya membuatnya meringis dan mengelus kepalanya dengan tangannya.
Namun, tiba-tiba tangannya ditarik oleh tangan yang lain dan itu membuat Kira mendongkak menatap orang yang ada didepannya dengan pandangan terkejut.
Kira merasakan elusan halus dikeningnya membuat Kira tertegun. Orang yang menabrak Kiralah yang melakukan hal tersebut. Mata Kira bertubrukan dengan mata laki-laki yang ia tabrak.
Dan tangan laki-laki itu menghapus air mata Kira dengan halus.
"Lo nangis?"
-.-
Kira hanya terdiam saat melihat orang didepannya justru mendongkak dan tersenyum sumbang setelah menghapus air matanya.
"Dulu lo lihat gue selingkuh aja lo nggak nangis sama sekali tapi sekarang? Lo nangis cuma gara-gara cowok itu Kir?"
"Segitu cintanya lo sama diakah?"
"Sampe lo nggak ngasih kesempatan kedua kegue? Cinta pertama lo sendiri?"
Kira menatap Gio dengan senyum tipis namun sinis. Kira memang liar gadis itu memiliki banyak sekali mantan tetapi Kira seperti perempuan lain memiliki first love. Dan itu Gio teman masa kecilnya.
"Kesempatan kedua? Lo bisa aja dapet itu tapi sayangnya gue nggak minat sama mantan." ujar Kira membuang muka membuat Gio tertawa renyah.
Gio sudah terbiasa dengan Kira yang seperti itu. Dia mengenal Kira sejak kecil dan dia tau semua sepak terjang Kira hingga menjadi seperti sekarang.
Liar dan Sinis.
"Kalau gitu ubah status mantan jadi teman bisakan?" ujar Gio membuat Kira terdiam mendengarnya.
Gio tersenyum tipis melihat Kira yang terdiam lalu meraih tangan Kira lebih tepatnya pergelangan tangan gadis itu dan ditariknya gadis itu.
"Lo mau bawa gue kemana anjir!"
Kira tersentak saat tiba-tiba Gio menariknya pergi meninggalkan koridor rumah sakit.
"Nurut aja! Gue nggak bakal bawa lo ke tempat yang buruk lagi." ujar Gio santai namun tidak dengan Kira.
Gadis itu sangat tahu Gio, memang Gio yang menjerumuskan dirinya kedunia malam. Mengenalkannya apa itu clubbing dan mabuk-mabukan. Gio yang mengenalkan semuanya namun, sekalipun Gio melakukan hal tersebut setiap mereka berada diclub laki-laki itu pasti akan melindunginya dari laki-laki hidung belang ataupun om-om pedofil haus belaian. Gio akan mengamati Kira dari kejauhan dan jika Kira dalam bahaya Gio secara tiba-tiba akan muncul.
Itulah Gio.
Pelindungnya sejak dulu.
"Bengong aja lo!" tegur Gio membuat Kira mendongkak menatap Gio yang berdiri dibalik sinar matahari.
Kira baru sadar Gio mengajaknya keatas rooftop rumah sakit.
Mereka berdua duduk berdampingan menekuk lututnya menatap hiruk-pikuk kota Jakarta.
Sejenak mereka sama-sama terdiam lebih memilih menikmati udara panas yang menerpa mereka.
"Ngapain lo ada dirumah sakit?"
Kalimat yang Kira ucapkan pertama kali untuk Gio. Tanpa kata-kata kasar ataupun bentakan.
"Cuma main aja kerumah sakit siapa tau nemu suster seksi tapi ternyata malah nemu mantan lagi nangis. Sial amat hidup gue!" keluh Gio membuat Kira melotot dan memukul Gio dengan keras.
"Jadi lo ketemu sama gue itu sebuah kesialan? Anjing amat lo!" teriak Kira membuat Gio tertawa dengan keras dan mencoba melindungi tubuhnya dari pukulan keras Kira.
"Sakit anjir! Gue bukan hulk yang kuat dan bisa lo jadiin samsak!" keluh Gio memegang tangan Kira untuk menghentikan pukulan brutal gadis itu.
"Bodoamat!" ujar Kira menarik tangannya dan mendengus kesal membuat Gio malah menatap gadis itu dengan senyum girangnya.
"Jadi mantan gue udah ngga galau lagi nih?" celetuk Gio membuat Kira menoleh dan menatapnya sengit.
Siapa juga yang galau? Kira cuma nangis itupun dia aja nggak tau kenapa bisa-bisanya dia nangis cuma ngelihat Atha sama Alika pelukan.
"Gue nggak galau catet itu! Anti galau-galau club!" ujar Kira mengibaskan rambutnya dan menatap Gio dengan tampang songongnya membuat Gio mencibir tak suka.
"Yang penting lo nggak nangis lagi. Gue udah tenang."
Wajah Kira seketika berubah saat Gio mengatakan hal tersebut. Wajah songongnya berubah seketika ada rasa hangat yang menjalar dihatinya. Jika boleh jujur dia merindukan Gio sangat merindukan laki-laki itu.
Namun status 'mantan' membuat mereka menjadi sangat jauh apalagi mereka putus dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Tiba-tiba Gio menepuk pundaknya membuat gadis itu menoleh kesamping menatap Gio.
"Jangan nangis lagi, gue nggak bisa ada setiap lo lagi sedih jadi nggak bisa ngehibur lo. Gue pergi dulu sebentar lagi pacar lo pasti bakal kesini." ujat Gio dan berdiri meninggalkan Kira yang menatap punggung tegap itu semakin menjauh.
-.-
Atha berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Matanya menangkap sosok Natasha yang tengah berdiri seperti orang kelimpungan membuat Atha mengangkat alisnya.
Dan tanpa sadar melangkah menghampiri gadis itu. Dan menepuk pundak gadis itu membuatnya menoleh.
"Kira kemana?" hanya itu yang Atha lontarkan. Atha tidak melihat Kira disamping gadis itu jadi hanya itu yang bisa Atha tanyakan.
"Ini gue lagi nyariin! Ngapain lo nanya soal Kira? Mending sono balik pelukan lagi gih sama anak baru itu." ujar Natasha sinis.
"Kira masih pacar gue kalau lo lupa." ujar Atha lalu berbalik meninggalkan Natasha yang mendecih tak suka.
Atha berjalan menyusuri area rumah sakit dengan tenang namun tidak dengan matanya, mata laki-laki itu menajam menatap seseorang yang berlalu-lalang mencari seseorang yang ia cari.
Drrrt drrrt
Atha mengangkat tangannya, menatap handphone miliknya yang ia genggam sejak keluar dari ruang rawatnya menatap pesan yang masuk dari handphonenya.
08956745xxxx
'Kalau lo nyari Kira, Kira ada dirooftop rumah sakit sekarang'
Mata Atha mengerjap sebentar lalu menekan tombol off dihandphonennya dan melangkah pergi menuju rooftop rumah sakit. Langkahnya semakin cepat saat melihat Gio keluar dari pintu yang menghubungkan rooftop dan dalam gedung rumah sakit.
"Ternyata lo dateng." ujar Gio membuat langkah Atha terhenti dan menatap Gio yang tengah tersenyum tipis menatapnya berbeda dengan Atha yang tengah menatapnya datar.
Gio berjalan menghampiri Atha dan menepuk pundak laki-laki itu membuat Atha melirik Gio yang berdiri disampingnya.
"Cukup buat dia nangis satu kali aja jangan buat dia nangis lebih dari satu kali. Gue percaya sama lo tapi kalau Kira nangis lagi gue bakal ngerebut Kira dari lo." ujar Gio lalu melangkah pergi meninggalkan Atha yang terdiam mendengarnya.
Kira menangis? Atha tidak tahu itu, apakah sebegitu sakit saat melihatnya berpelukan dengan Alika? Apakah sesakit itu?
Sepeninggal Gio, Atha segera melangkah membuka pintu rooftop dengan cepat dan terlihatlah seorang gadis yang tengah duduk memungguginya.
Atha melangkah berjalan menghampiri Kira dengan perlahan, namun sepertinya Kira menyadari kehadiran seseorang dibelakangnya dan dengan perlahan menoleh menatap Atha yang tengah berjalan menghmpirinya dengan wajah terkejutnya.
"Atha." gumam Kira lirih saat melihat Atha semakin mempercepat langkahnya dan merengkuh gadis itu semakin erat.
"Apakah sesakit itu?"