Manere
#26
Bukan siapa yang menjalin hubungan terlebih dahulu namun siapa yang membuat dirinya nyaman. Itu yang terpenting.
♥
Laki-laki itu berjalan dengan mata yang sedikit menajam menatap dua orang yang berstatus sebagai 'sepasang kekasih' itu. Tangan lelaki itu mengepal seolah siap akan memukul seseorang yang dihadapannya sekarang.
Gadis disamping laki-laki tersebut menghela nafasnya. Sejak tadi Gio laki-laki yang sekarang sedang menahan emosimya berlaku seperti seseorang yang hendak memburu mangsanya.
Dengan reflek Natasha menggenggam tangan Gio mencoba menenangkan laki-laki itu.
"Tenanglah, mereka bisa mengatasi itu semua Gi." ujar Natasha membuat Gio menghentikan langkahnya.
"Mengatasi? Seorang laki-laki brengsek menjalin hubungan dengan perempuan bukan tunangannya apa itu yang disebut mengatasi?"
"Lo juga brengsek setahu gue." ujar Natasha dengan dengusan sinis. Dia masih memiliki dendam terselubung oleh laki-laki mantan kekasih temannya itu.
"Sebrengsek gue gue nggak pernah ngejalin hubungan sama orang yang sudah bertunangan."
"Tapi lo selingkuh, lo lupa itu!" Natasha sedikit mendecih.
Atha maupun Gio itu sama-sama brengsek, tidak ada yang baik diantara mereka, Atha cowok yang sudah bertunangan yang menjalin hubungan dengan sahabatnya dan Gio cowok brengsek tukang selingkuh yang masih mengejar Kira hingga saat ini.
Apa yang membedakan dari mereka berdua? Atha yang pintar dan seperti anak baik-baik dan Gio yang berpura-pura bodoh serta berkelakuan berandalan hanya itu yang Natasha ketahui.
"Gue selingkuh punya alasan." ujar Gio menghela nafasnya membuat Natasha terdiam.
Semua tingkah laku yang terjadi memang selalu memiliki asalan bukan?
"Kalian sama-sama brengsek." ujar Natasha.
"ATHAAAA"
-..-
Atha dan Kira berjalan dengan santai seolah tidak ada yang terjadi. Mereka sangat pandai dalam berakting sepertinya. Seolah-olah hal yang telah terjadi sebuah angin lalu semata.
"Tha."
"Hmm?"
Kira mendongkak menatap sinis kearah Atha, laki-laki disampingnya ini memang sangat dingin. Sejak tadi tidak ada pembicaraan diantara mereka karena Atha yang terlalu malas untuk berbicara dan Kira yang sibuk dengan pemikirannya.
"Kalau kita putus gimana?"
Langkah Atha seketika terhenti saat kata-kata tersebut terlontar dengan epiknya oleh Kira.
Atha menatap Kira dengan wajah datarnya sedangkan Kira yang memang sudah kebal dengan tatapan seperti itu hanya menatapnya dengan pandangan meremehkan.
"Putus? Ya balikan." jawab Atha santai.
"Kalau gue nggak mau balikan?" senyum sinis tercetak diwajah Kira.
Atha sedikit menggeleng gadis didepannya ini memang sungguh ingin menguji kesabarannya.
Atha sedikit menundukan badannya karena tubuh Atha yang lebih tinggi dari Kira sedangkan Kira mendongkak dengan wajah songongnya.
"Apa? Hayo mau jawab apa?" ujar Kira menjulurkan lidahnya mengejek Atha yang justru tersenyum tipis.
"Gue buat lo jatuh cinta sama gue lagi dan lagi." ujar Atha dengan smirk andalannya.
"Emang gue udah ngakuin gue jatuh cinta sama lo?"
Atha menegakan kembali badannya dan sedikit mendehem saat mendengarnya.
"Ayo mau jawab apa lo? Nggak bakal bisa jawab kan! Atha yang dinginnya kayak gunung es sampe minta dianjingin nggak bisa jawabkan." pekik Kira girang bahkan gadis itu melompat-lompat saking girangnya. Kira memang sedikit childish jika terlalu senang.
"Stop."
Atha menundukkan wajahnya dan menoyor kepala Kira dengan wajah datarnya.
"Nggak perlu lo ngaku jatuh cinta sama gue karna gue tau lo udah jatuh cinta sama gue." ujar Atha santai dan kembali menegakkan tubuhnya.
"DIH PEDEEE!!" pekik Kira kesal.
"Atha!" panggil seseorang yang seketika membuat atmosfir antara Atha dan Kira berubah dingin.
"Kamu kemana aja Tha? Aku cariin juga." ujar gadis berkuncir kuda yang tak lain Alika.
"Dia lagi pacaran sama gue, kenapa manggil manggil?" ujar Kira sinis. Kira tau Alika bukanlah gadis yang terlihat polos dia hanya menjaga imagenya menjadi polos.
'Cih munafik'
"Kamu kenapa sih sinis sama aku? Terserah aku dong toh Atha tunangan aku." ujar Alika dengan wajah tak sukanya.
Kira mendengus mendengarnya. Marah mungkin dia marah mendengar kekasihnya diakuin tunangan oleh gadis lain.
Tapi memang itu kenyataannya bukan?
"Tunangan yang nggak diakuin keberadaannya iya, lo cuma tunangan ghoib." ujar seseorang dari belakang.
Siapa lagi kalau bukan Natasha, gadis bermulut pedas jika menyangkut orang disekitarnya terpojokan.
"Gue tau lo tunangan gue sekarang Al. Tapi gue sukanya sama Kira bukan sama lo, soal masalah pertunangan yang nggak tau itu emang ada apa nggak itu biar gue yang ngurusin." ujar Atha datar.
Suasana seketika hening, ucapan Atha memang sopan dan halus namun cukup membuat hati Alika tergores mendengarnya.
Mendengar tunangan yang sudah kamu tunggu menyukai gadis lain itu sungguh menyakitkan. Setidaknya itu yang Alika rasakan sekarang.
Namun jika Atha berbaik hati kepada Alika itu sama saja membohongi apa yang ada dan Atha terlalu malas membuat kebohongan.
"Denger tuh, dia sukanya sama sahabat gue bukan sama lo! Emang lo mau hidup sama orang yang suka sama cewek lain? Gue sih ogah!" ujar Natasha.
"Ngegas aja lo Nat!" ujar Gio merangkul Natasha secara tiba-tiba.
"Nggak usah rangkul-rangkul lo! Najis gue."
Kira menatap Natasha dengan Gio dengan senyum misteriusnya.
"Kalian cocok deh dilihat-lihat." ujar Kira.
"Pala lo anjir cocok! Gue ogah sama kutil anoa." ujar Natasha sinis.
"Jangan gitu ntar naksir beneran mampus lo Nat." Gio menaik turunkan alis tebalnya membuat Natasha mendengus tak suka.
"Aku hidup sama orang yang aku suka sekalipun dia nggk suka aku aku ikhlas." ujar Alika tiba-tiba membuat mereka kembali fokus dengan Alika.
"Somplak anjir otaknya." celetuk Gio.
"Lo kayaknya butuh reparasi otak deh."
"Alika stop! Gue yang bakal batalin pertunangan yang bahkan gue nggak tau kapan terjadi." ujar Atha yang lama-lama pun geram melihat tingkah Alika.
Atha berjalan dengan menarik Kira disampingnya, perlahan-lahan meninggalkan Alika yang terdiam dan Natasha dan Gio yang tengah berdebat tak tentu arah.
"JADI KAMU LEBIH MILIH CEWEK JALANG ITU DARIPADA AKU TUNANGAN KAMU THA?"
Teriakan secara tiba-tiba itu membuat Atha dan Kira menghentikan langkahya dan kini seluruh murid menatap mereka.
'Nggak tau diri amat najis!'
---.---