-Manere-
-27-
Ada seseorang yang kembali baik karna sebuah paksaan ada seseorang yang kembali baik karena telah kehilangan seseorang.
-0-
"Mau gue ceritain dongeng singkat tentang Vano?"
Kira tidak bergeming, kini manik mata gadis itu menatap Atha yang tersenyum tipis setelah mengucapkannya.
"Vano.." Atha sedikit terkekeh setelah menyebut nama 'itu',nama yang selalu membuat Atha takut, takut jika ia membeberkan kisah dibalik nama itu seseorang yang ada disampingnya pergi meninggalkannya.
"Kalau lo nggak mau nyeritain lupain aja."
"Tapi gue yakin lo pengen tahu siapa Vano." jawab Atha.
Gotcha! Memang benar apa yang diucapkan oleh Atha, Kira sangat penasaran dibalik nama 'Vano' namun saat melihat Atha yang sedikit tertekan saat pembahasan tentang 'Vano' Kira tidak tega untuk menuntut penjelasan.
"Vano itu gue yang dulu."
Kira terdiam mendengarnya dia tidak terkejut karena dia ingat Zefan pernah memanggil Atha dengan sebutan 'Vano'. Kepala gadis itu kini bersandar dengan manis dibahu Atha, tangan Kira kini bermain-main dijari Atha mengambil sebatang rokok yang berada ditangan Atha dan meletakannya ditelinganya. Tentu Atha hanya membiarkannya.
"Gue yang dulu hidup dilingkaran setan, dimana hanya ada germerlap dimalam yang berasal bukan dari bintang namun lampu diskotik dan juga arena balap." cerita Atha dengan tenang, kini pikirannya kembali kemasa 3 tahun yang lalu.
2 Tahun yang lalu
Suara musik DJ yang menggema dibawah langit malam dengan banyak gadis yang bersender santai dijok motor. Bau rokok dan minuman beralkoholpun tercium dengan amat jelas bahkan bau asap dari narkoba yang tengah dinikmatipun tercium dengan amat jelas.
"Vano!" seseorang berlari menghampiri seorang laki-laki yang tengah merangkul pinggang ramping seorang gadis berpakakesetanan. yang tengah bergelayut manja.
Seseorang yang dipanggil 'Vano' itu menoleh dan menatap sahabatnya Zefan yang tengah mengatur nafasnya setelah berlari tak karuan seperti orang kesetanan.
"Si Sky dia berantem lagi."
"Cuma berantemkan? Langit juga laki Zef." ujar Atha santai.
"Gue, Zefan dan Langit bersahabat sejak dulu udah kayak sodara kembar." ujar Atha sedangkan Kira mengangguk setuju karena saat dirinya melihat Atja dan Zefan Kira sempat mengira mereka saudara.
"Terus lo sama mereka sama-sama masuk lingkaran itu?" ujar Kira mendongkak membuat Atha secara otomatis menunduk.
"Enggak, Langit dulu yang masuk terus gue Zefan ngikut karna gabut dan nyoba tapi malah keblabasan." ujar Atha terkekeh.
"Terus, terus gimana?"
Atha menggerakan tubuhnya membuat Kira tidak bersender lagi kepada Atha, tiba-tiba saja Atha tidur diatas beton yang dingin menatap langit biru yang mulai mendung entah ada magnet apa secara otomatis Kira mengikuti Atha dan tidur berbantalkan lengan kekasihnya.
Nyaman, hanya itu yang bisa Kira rasakan sekarang.
"Gue akhirnya nyusul Langit yang lagi berantem karena paksaan Zefan."
Zefan mendesah tak suka, teman sepopoknya itu selalu seperti ini.
"Sky sendirian bego dia lagi sakit lo lupa hah? Bantuin kek jangan ngurusin jalang melulu lo." ujar Zefan mulai mengeluarkan sabdanya.
Vano berdiri melepaskan rangkulannya dari gadis bergaun kuning disampingnya "gue pergi." ujar Vano lalu berjalan meninggalkan gadis yang bersamanya tengah kesal.
"Apa lo lihat-lihat? Lo emang jalang cuih!" ujar Zefan sebelum menyusul Vano yang sudah pergi terlebih dahulu.
"Mana berantemnya?" ujar Vano membuat Zefan kini meringis mendengarnya, Zefan hanya membohongi Vano karena Zefan muak melihat Vano yang selalu bersama gadis yang berbeda setiap malamnya, bukan untuk sesuatu yang 'lebih' hanya untuk mendampinginya saat tengah jenuh atau menunggu giliran untuk balap liar.
''Lo bohong sama gue?" ujar Vano membuat Zefan hanya menyengir saat mendengrnya.
"Ya karna gue kesel aja, selalu sama cewek cewek lo mah pacaran aja nggak pernah." ujar Zefan membuat Vano mendengus tak suka.
Bagi Vano ngapain harus pacaran kalau tanpa pacaranpun perempuan mendekatinya. Lagian Vano hanya duduk gadis itu saja yang menghampirinya.
"Mereka jalang ngapain nggak dijalangin sekalian." Zefan mendecih tak suka. Inilah Vano yang selalu memandang rendah perempuan yang tidak menjaga harga dirinya.
Dan Vano yang selalu malas terlibat dengan perempuan.
"Tunggu! Kalau lo nggak mau terlibat sama perempuan kenapa lo ngajak pacaran gue." ujar Kira menoleh menggerakan kepalanya dan menatap Atha dari samping.
"Karena gue pengen." ujar Atha santai.
"Cih, eh tapi tunggu lo nggak suka cewek yang kayak jalang lah gue ini kan jalang malah lo pacarin."
Ingin sekali Atha menyumpal mulut Kira, gadis itu memang benar-benar ya walau yang diucapkan Kira itu ada benarnya namun berbeda dari kenyataannya.
"Cuma penampilan lo aja yang rusak aslinya lo anak baik-baik seenggaknya itu yang gue tau Kir."
Kira terdiam mendengarnya, kekasihnya sangat pandai memahami seseorang ternyata.
"Lalu kenapa bisa seorang Vano bertransformasi menjadi Atha si anak cerdas sekolah."
"Karna bunda."
Hening hanya itu yang menemani Kira dan Atha yang tengah menatap langit yang mulai mendung, mungkin sebentar lagi akan hujan.
"Karna bunda yang pergi dan dia yang kembali."
"Kalau nggak mau dibahas nggak usah dibahas Tha." ujar Kira dan bangkit dari tidur, duduk menghadap Atha yang tengah memejamkan matanya.
Drrrrt drrrttt
Suara getaran dikantong celana Atha membuat laki-laki bangkit dan merogoh kantungnya.
"Ada apa?" ujar Atha dingin.
"Gue sama papa ada didepan apartemen lo, cepet kesini."
Tangan Atha seketika tergenggam kuat, ada apa laki-laki itu datang ketempatnya. Kira yang merasakan aura keteganganpun menatap Atha dengan bingung, tangan gadis itu terulur memegang bahu Atha mencoba menenangkan kekasihnya itu.
"Pulang!"
"Kita nggak akan pulang sebelum ketemu lo Tha dan juga Alika ngadu sama papa."
"Shit!" umpat Atha dan segera menutup secara sepihak sambungan telepon itu lalu bangkit diikuti oleh Kira.
"Ada apa?"
Atha berbalik memegang bahu gadis didepannya lalu memeluk Kira dengan erat entah mengapa Atha memiliki feeling buruk soal kedatangan papanya.
Kira yang mendapat serangan mendadakpun hanya bisa membalas pelukan Atha mencoba menenangkan kekasihnya dengan menepuk punggung lelaki itu.
"Janji sama gue, sekalipun gue nyuruh lo pergi jangan pergi, sekalipun gue bilang kita selesai lo jangan percaya itu." ujar Atha tiba-tiba membuat Kira hanya tersenyum.
"Gue nggak bakal pergi kecuali lo bilang sama gue kalau lo benci sama gue Tha."
Atha melepaskan pelukannya dan menatap Kira dengan tenang.
"Sekalipun gue bilang benci sama lo jangan lo percaya karena itu palsu."
"Sebenernya ada apaan?"
"Papa gue dateng keapartemen." ujar Atha membuat Kira terdiam.
Entah ini hanya dugaan atau apa Kira merasa kedatangan orang tua Atha memiliki dampak buruk untuk hubungannya dengan Atha.
"Yaudah temuin aja papa lo, turun gih sana."
"Gue maunya sama lo."