Manere
#29
Diluar kamar Bram mendengar tawa keduanya dengan tenang lain halnya Alika yang mondar-mandir resah. Bagaimana tidak 2 orang berlawanan jenis berada disatu kamar apakah tidak akan terjadi hal yang diluar nalar.
"Om." pekik Alika membuat Bram menoleh dengan tenang.
Alika cemberut melihatnya "om kenapa tenang-tenang aja ishh!! Itu Atha berduaan sama jalang itu dikamar om dikamar." menekankan kata terakhir dengan keras dan tak sabar.
"Lalu?" Bram mengeluarkan smirk nya berjalan kearah jendela apartemen yang dihuni oleh Atha dengan segelas minuman ditangannya.
Alika mendengus kesal dan berjalan kearah kamar Atha hendak melabrak perempuan yang beraninya menyentuh Atha-nya.
Bram menatap lurus kedepan dan berkata "pertunangan ini om batalkan." ujar Bram menghentikan langkah Alika yang hendak membuka pintu kamar Atha begitu juga Luna yang sejak tadi hanya terdiam memejamkan matanya kini membuka matanya tak habis pikir dengan pikiran papahnya.
"Ma-maksud om?"
"Om akan membatalkan pertunanganmu dengan Atha." Bram berbalik menatap Alika yang terdiam mendengarnya, laki-laki berperawakan tegap tersebut tersenyum hangat kepada Alika sebelum akhirnya melewati gadis itu dan berdiri didepan pintu kamar Atha.
"Pa? Papa serius?" ujar Luna menatap Bram dengan wajah terkejutnya, pasalnya Luna tau bagaimana keras kepalanya papanya saat memaksa Atha dan Alika bertunangan tanpa adanya Atha diacara tersebut.
Namun sekarang, dengan mudanya lelaki paruh baya itu memutuskan pertunangan yang ia perjuangkan dulu.
"Menurut kamu? Kamu mengenal bagaimana papa Lun." ujar Bram tersenyum tipis sebelum akhirnya kembali menatap pintu kamar Atha.
"Saya tahu kamu menguping sejak tadi, keluarlah nak." ujar Bram membuat Luna dan Alika menatap Bram dengan bingung.
Gotcha! Pintu kamar Atha tak lama terbuka dan berdirilah Kira dibalik daun pintu.
"Bisakah saya berbicara denganmu sebentar?" senyum tipis terukir dibibir Bram saat melihat mata bulat Kira yang menatapnya tanpa rasa takut atau pura-pura tak merasa takut.
"Ikut saya sebentar." ujar Bram sebelum akhirnya berbalik meninggalkan Kira yang masih berdiri kaku ditempatnya.
Ya, memang sejak tadi Kira mendengar percakapan Bram dengan Alika dan Luna itupun karna Kira hendak keluar dari kamar Atha setelah melihat Atha tertidur nyenyak.
Alika berjalan kearah Kira dan menatap gadis itu tajam.
"Lo gak bakal bisa jadi pendamping Atha ingat itu!" ujar Alika membuat Kira tersadar dan menatap gadis itu dengan smirk andalannya yang terkesan mencemooh dan merendahkan Alika.
"Will see."
Kira berjalan melewati Alika begitu saja dan membuntuti Bram dengan pikiran berkecamuk, apa yang akan dibicarakan laki-laki yang lebih tua darinya itu.
Apakah Bram akan menyuruhnya untuk meninggalkan Atha?
Apakah Bram hendak mengancamnya agar mau meninggalkan Atha?
"Saya tidak akan menyuruhmu menjauhi Atha, lebih baik buang jauh-jauh apa yang ada dipikiranmu."
Kira terhenyak mendengarnya, Om Bram bisa menebak apa yang ada dibenaknya sekarang.
"Sejujurnya saya mengetahui hubunganmu dengan anak saya sejak dulu." ujar Bram membuat Kira mendongkak menatap punggung paruh baya didepannya dalam diam.
"Namun saya diam. Karna saya berpikir kamu dan Atha hanya berakhir one night stand seperti remaja diluar sana."
Kira melebarkan matanya mendengar ucapan Bram, Kira bukanlah perempuan polos yang tidak tau apa itu 'One night stand'. Tapi bagaimana bisa orang tua Atha tahu itu? Setahu Kira dirinya tidak melihat cctv didalam kamar Atha.
"Saya mengenal putra kandung saya Kira, dia tidak peduli dengan perempuan namun, tiba-tiba dia menjalin hubungan denganmu? Dan orang suruhan saya melihat kamu dan Atha keluar dari apartemen Atha secara bersama-sama dan saya tidak perlu tanya apa yang terjadi diapartemen itu dan juga..." Bram menghentikan penjelasannya sejenak membuat Kira semakin penasaran sejauh apa laki-laki paruh baya didepannya mengetahui hubungannya dengan Atha.
"Dan juga saya tahu perempuan seperti apa kamu Kira." Bram berbalik dan menatap Kira yang terdiam kaku mendengarnya.
Reputasi Kira sebagai remaja SMA bukanlah hal yang baik untuk diketahui. Jika dipikir-pikir Kira menjalin hubungan dengan Atha sangar mengejutkan orang disekitarnya dengan reputasi Atha dan Kira yang sangat bertolak belakang sekarang.
Seorang gadis urakan yang tiap hari tidak pernah absen ke sebuah club malam menjalin hubungan dengan laki-laki cerdas yang dikenal dengan image dinginnya.
Bahkan tidak terendus bagaimana mereka saling kenal namun tiba-tiba saja berpacaran yang menggemparkan seluruh pelosok sekolah mereka.
"Kira..." ujar Bram kini aura lelaki paruh baya itu berubah menjadi dingin namun serius.
"Dengan reputasimu yang seperti itu dan Atha yang seperti itu, apakah kamu pantas menjalin hubungan dengan putra saya?" Bram berbalik menatap Kira yang menegang saat mendengar penuturannya.
"Pikirkan dan putuskan." ujar Bram tersenyum sejenak mengelus-elus kepala Kira. Melihat Kira untuk pertama kali bagi Bram adalah hal yang mengejutkan.
Bayangan Bram gadis yang menjadi kekasih putranya adalah gadis yang berpakaian minim atau tidak berperilaku serampangan sesuai dengan info yang ia dapat namun saat melihat Kira yang memakai seragam seperti halnya siswi lainnya dan sebuah jaket kebesaran yang diduga Bram milik Atha ditambah watak gadis itu yang justru lebih banyak diam didepannya menghancurkan bayangan Bram.
"Pilihanmu yang menentukan kedepannya bagaimana Atha." ujar Bram sebelum akhirnya benar-benar melangkah pergi meninggalkan Kira yang kini menatap kosong kedepan.
Jika Atha tidak bisa meninggalkan Kira maka Bram membaliknya Kira yang harus meninggalkan Atha.
-0-
Dilain waktu Atha membuka matanya dan tidak menemukan kekasihnya disampingnya, seingat Atha sebelum terlelap dan terjun kedunia mimpi Kira masih disampingnya.
Atha segera berdiri saat teringat keluarganya masih ada diapartemennya, Atha hanya takut Bram ayahnya melakukan sesuatu kepada Kira.
Atha membuka pintunya dan menemukan Luna yang terduduk diruang tamu menonton tayangan televisi.
"Dimana Kira?"
Luna menoleh dan menatap Atha dengan muka bantalnya "Sama Papa." ujar Luna santai namun tidak bagi Atha.
"Kemana?"
"Mana gue tahu." ujar Luna mengangkat bahunya tanda tidak tahu.
Atha kembali kekamarnya mengambil jaket hitamnya lalu keluar hendak berjalan keluar mencari kekasihnya itu.
"Papa membatalkan pertunangan kalian, gue rasa papa ngerestuin kalian berdua." celetuk Luna menghentikan Atha yang hendak membuka pintu.
Atha menghela nafasnya sejenak, tidak ada rasa lega sama sekali mendengarnya. Hidup bersama Bram dahulu Atha sudah cukup paham bagaimana watak lelaki paruh baya itu.
"Lo pikir dengan keputusan itu hubungan gue sama Kira bakal jalan mulus? Lo tahu gimana dia Lun."
Luna menghentikan aktifitasnya dan menoleh kearah Atha yang membelakanginya.
"Jadi maksud lo, kalau lo gak bisa ninggalin Kira berarti.."
"Dia bakal ngebuat Kira ninggalin gue." potong Atha dan segera membuka pintu apartemennya menutupnya dengan lumayan keras membuat Luna terdiam mendengarnya.
Atha berjalan menyusuri lorong apartemen dengan tergesa-gesa, dari kejauhan dia bisa melihat Bram yang berjalan kearahnya.
Atha menatap lelaki paruh baya itu dengan tajam berbanding terbalik dengan Bram yang justru mengeluarkan senyum keayahannya.
"Kau mencari dia?"
"Menurut anda?"
"Kamu masih sama seperti 2 tahun yang lalu."
"Apa peduli saya? Dimana dia?" ujar Atha yang tidak sudi berbasa-basi dengan orang didepannya.
"Kembalilah kerumah Tha." ujar Bram tidak mempedulikam pertanyaan Atha membuat Atha jengah dan segera melangkah pergi melewati Bram begitu saja.
"Percuma kamu mencarinya dia tidak akan bertemu denganmu." ujar Bram membuat Atha menghentikan langkahnya.
"Apa yang kau bicarakan dengannya?" Atha berusaha keras tidak menarik laki-laki dibelakangnya dan memukulnya, Atha masih cukup waras tidak melukai orang yang membuatnya ada didunia ini.
"Hanya menjelaskan reputasi kalian itu saja." ujar Bram berbalik begitu juga dengan Atha yang segera berbalik mendengarnya.
"Hanya mengatakan apakah dia pantas dengan putra saya..."
"Lalu? Apakah seseorang yang menjadi istri anda sekarang sangat pantas untuk menggantikan ibu saya." sela Atha dengan pandangan tajam.
"Apakah seorang mantan wanita malam sangat pantas menggantikan ibu saya tuan Bram."
"Jaga ucapanmu! Dia sudah menjadi ibumu sekarang." ujar Bram tajam.
"Ibu saya tidak pantas digantikan dengan seorang mantan wanita malam tuan Bram, ah dan juga jika anda menanyakan apakah kekasih saya pantas menjadi pendamping saya? Tentu bahkan sangat-sangat pantas! Anda tidak lupa dengan reputasi anak anda dahulu bukan?" ujar Atha tenang sebelum akhirnya berjalan meninggalkn Bram untuk mencari Kira kemanapun itu.
Bram menatap punggung anak laki-laki satu-satunya yang ia miliki dengan senyum sendunya.
"Bukan dia yang tak pantas Tha, namun kita yang tak pantas untuk menjadi bagian dari gadis itu."