Chereads / Manere / Chapter 33 - Bab 33 Sebuah Tragedi

Chapter 33 - Bab 33 Sebuah Tragedi

Manere

#33

'Masa lalu tidak harus dilupakan, namun masa lalu dijadikan patokan untuk menjadi lebih baik.'

3 Tahun Lalu Silam,,

Suara riuh mengisi malam yang tengah memunculkan bulan purnama yang terlihat indah. Banyak orang yang berdiri dipinggir jalan seolah menunggu atraksi yang akan segera dimulai. Gadis-gadis berbaju minim meliuk-liukkan badannya mengikuti irama music yang berasal dari bagasi mobil sport. Banyak motor sport berwarna-warni yang bertengger manis sedangkan sang pemilik motor masing-masing tengah sibuk bercengkerama dengan gerombolan masing-masing.

"Van!" seru Zefan menghampiri Vano yang tengah bersiap-siap akan bertanding, ya dirinya malam ini ditantang balapan oleh anggota geng Frambos Black, laki-laki berwajah dingin itupun memakai helm full face miliknya.

"Apa?"

Zefan menatap Vano khawatir, pasalnya rute balap yang akan dilewati Vano bukan rute balap, namun jalan raya yang ramai, apalagi kota Jakarta adalah kota yang ramai walau pada pukul 24.00 seperti sekarang.

"Lo jangan nekat, rute balapnya bukan kayak biasa, apalagi yang nantang lo ketua Frambos Black Reyvan," ujar Zefan.

"Lo pernah lihat gue peduli sama rute balap gak?" dan Zefan menggeleng sebagai balasannya.

"So? Gue gak peduli dan mau itu Reyvan atau bukan gue juga gak peduli." Lanjut Vano lalu menghidupkan motornya dan melaju menuju garis start yang sudah ditentukan.

Suara riuh sorak-menyorak menggema pada malam itu, Vano sudah bersiap diatas motornya termasuk juga dengan Reyvan rival Vano. Motor mereka berdampingan dengan damai namun tidak dengan penunggangnya yang sama-sama mengibarkan genderang perang.

"Gue kira seorang anak mama takut nerima tanding balap dari gue." Celetuk Rey yang mengetahui bagaimana sayangnya Vano dengan bundanya itu, ya karna Rey dan Vano adalah tetangga dan kebetulan Rey mendengar Vano dimarahin habis-habisan oleh bundanya karna sering balapan.

"Gak perlu lo bawa bunda gue, gak pantes seorang yang gak tahu rasanya dapet kasih sayang dari orang tua apalagi seorang ibu ngerendahin orang lain dengan embel-embel orang tua." Jawab Vano santai membuat Rey menggeram marah mendengarnya. Tahu apa Vano tentang keluarganya.

Rey memang tidak mendapat kasih sayang orang tua, papa dan mamanya bercerai dan Rey ikut dengan mamanya yang sibuk bekerja tiap hari, ingin sekali Rey bertukar posisi dengan kakaknya yang mengikuti papanya ke luar negeri dan tinggal disana.

Langit dan Zefan menatap sahabatnya dengan sedikit merasa panic, mereka merasakan akan ada hal yang tidak baik yang akan terjadi dengan Vano, sedangkan Vano memfokuskan dirinya dalam pertandingan balap ini bahkan dirinya tidak mempedulikan getaran handphone miliknya yang terus bordering tiada henti.

"Ready?!!!!"

"And, Go!!!!!!"

Vano segera melajukan motornya dengan cepat, salip-menyalip antara Vano dan Rey-pun sangat sengit apalagi mereka kini sudah berada dihiruk-pikuk jalan raya yang masih lumayan ramai. Vano tidak mempedulkan Rey yang kini berdecak kesal Vano berhasil menyalipnya dengan sangat cepat.

Vano menyeringai dibalik helm yang ia pakai, sedikit lagi dia mampu mengalahkan rivalnya dan membalaskan sedikit dendamnya karna membuat seorang Reyvan yang congkak menjadi seorang loser didepan anak buahnya.

Namun sepertinya dewi fortuna tidak bersama dengan Vano, Reyvan berhasil menyalipnya bahkan kini tepat berada disamping motor Vano yang melaju sangat cepat.

"Gak bakal bisa lo ngalahin seorang Reyvan! Gue gak bakal biarin itu." Dan tanpa Vano sadari Reyvan menendang motornya hingga kini motor ninja yang Vano tumpangi oleng dan bergeser ke jalan raya yang berlawanan arus.

Vano terkejut dan melebarkan matanya saat didepannya kini ada ambulan yang melaju sangat kencang kearahnya dan kecelakaan-pun tidak bisa dihindari, Vano menabrak ambulan didepannya dan tubuhnya terpental cukup jauh dari tempat ia tertabrak. Ambulan yang Vano tabrak-pun terbalik karena tabrakan yang cukup parah hingga dapat Vano lihat pasien yang berada didalam ambulan terpental tak jauh dari tempat Vano terbaring.

Dan sebelum Vano kehilangan kesadarannya dapat Vano lihat pasien yang ikut terpental didalam kecelakaan itu dengan cukup jelas.

"Bunda." Ujar Vano sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.

0o0

"Dan semenjak hari itu, tidak ada lagi si brengsek Vano hanya ada si cerdas Atha." Terang Zevan menatap Atha yang sudah bersiap melajukan motornya diarena yang sudah disediakan.

Mata Kira terlihat berkaca-kaca saat mendengarnya, Kira tidak meyangka kehidupan Atha sangatlah berat bahkan mungkin lebih berat dari dirinya yang hanya seorang gadis nakal yang kabur dari rumah karena sebuah alasan yang terdengar sangat klise.

Disisi lain Atha menatap lurus kedepan, jalanan yang terlihat sangat kosong kini kembali akan Atha lalui demi kekasihnya, demi seseorang yang ia sayangi setelah bundanya pergi karena kesalahannya dan Atha tidak ingin gadis yang kini telah membuatnya merasakan apa itu sebuah kehidupan, gadis yang menariknya dari dinginnya kegelapan yang 3 tahun menemani Atha bak seorang pengecut yang hanya diam dipusaran masa lalu.

Atha ingin merengkuh Kira kembali.

Mendekap gadis itu dalam pelukannya dan melihat segala ekspresi gadis itu yang bagi Atha adalah sebuah hiburan.

"Kalau lo gak berani, lo bisa mundur." Ujar Gio membuat lamunan Atha buyar dan menatap Gio dingin.

"Gue bukan pengecut yang mundur gitu aja."

Gio tertawa sumbang mendengarnya "gue heran sama lo, lo ngelawan rasa takut lo cuma demi seorang jalang kayak Kira?" timpal Gio, bukan maksud Gio menghina Kira namun bukannya seperti itu faktanya bukan?

Kira seorang jalang yang hanya pantas untuk cowok brengsek kayak Gio, itulah pemikiran Gio.

"Lo tahu yo, seburuk apapun perempuan didalam hatinya dia juga ingin menjadi seorang perempuan baik-baik begitu juga dengan Kira. Kenapa gue sampai kayak gini hanya karna cewek kayak Kira? Sebenarnya simple aja buat gue, karna gue cinta dia."

"Cinta gak selamanya akan ada, perasaan bisa berubah."

"Perasaan emang bisa berubah, tapi satu, rasa perjuangan untuk mendapatkan Kira itu gak bisa berubah."

Gio terdiam mendengarnya, pernyataan Atha terlalu ambigu bagi dirinya yang otaknya pas-pasan.

"Seenggaknya dengan gue ngelakuin ini semua gue tahu dapetin Kira itu perlu perjuangan yang keras sampai harus ngebuat gue keluar dari bayang-bayang masa lalu. Dengan adanya itu gue gak bakal ngelepasin Kira gitu aja karena gue bakal inget gimana usaha gue buat dapetin dia." Terang Atha yang kini membuat Gio akhirnya paham.

"Dan seperti yang lo bilang perasaan bisa berubah, dengan gue inget perjuangan gue buat dapetin Kira perasaan gue juga akan kembali kedia lagi." Lanjut Atha sebelum akhirnya menutup kaca helmnya karena pertandingan akan segera dimulai.

Ready?!!

Gio sedikit gelagapan mendengar aba-aba didepannya, dirinya tertegun mendengar jawaban rasional dari Atha hingga membuatnya sedikit kehilangan fokusnya. Sedangkan Atha laki-laki itu justru tersenyum tipis melihat Gio yang sedikit kehilangan fokusnya jadi Atha tidak harus mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menghadapi Gio diarena balap ini. Karena sejujurnya Atha juga sedang lelah dengan masalah yang akhir-akhir ini menimpa dirinya.

ONE!

TWO!

Suara riuh penonton semakin gaduh, Atha dan Gio sama-sama memfokuskan dirinya untuk meraih kemenangan pada balapan ini.

AND

"STOP!!!!"

Teriak seorang gadis seperti kesetanan. Kira ya gadis itu kini tepat berada didepan Atha dan Gio dengan mata yang sedikit sembab, Atha dan Gio dapat melihat dengan jelas hal itu.

"Balapan ini dibatalkan!" ujar Kira penuh penekanan namun sukses membuat Atha membuka helm full face miliknya dan menatap Kira tak habis pikir. Atha menuruni motor sport miliknya dan mendekati Kira yang juga menatapnya.

Semakin Atha mendekat semakin berkaca-kaca pula mata Kira, Atha tidak rabun dirinya bisa melihat dengan jelas mata yang selalu menatapnya congkak itu kini sudah dipenuhi dengan linangan air mata.

"Hei, ada apa?" ujar Atha dan menangkup pipi Kira dengan wajah cemasnya.

Kira menggeleng dengan keras "Atha gak boleh balapan." Ujar Kira lirih, tanpa sadar mengeluarkan sifat yang selama ini ia sembunyikan. Atha tersenyum kecil mendengarnya dan segera merengkuh Kira dalam pelukannya.

"Gue gak papa balapan, demi lo." Ujar Atha membelai rambut Kira dengan lembut.

"Gak boleh."

"Dengerin gue, ketakutan gue harus gue lawan hari ini. Gue gak papa Kir seenggaknya gue seneng bisa ngatasi ketakutan gue karna lo." Terang Atha melepaskan rengkuhannya dan menatap Atha meyakinkan Kira.

Atha hanya ingin membuktikan bahwa Kira sangat berarti baginya sehingga gadis itu tidak meninggalkannya lagi. Sedangkan Kira hanya ingin Atha bahagia jika bersamanya tanpa harus mengorbankan hal yang bagaikan sebuah bencana untuk Atha.

"Gue gak papa Kir."

"Gue ikut lo balapan." Pinta Kira tegas dan tentu Atha menolaknya dengan keras.

"Gak lo disini aja nungguin gue digaris finish"

"Gue mau nemenin lo."

"Biarin gue sendiri dan lo cukup berdiri digaris finish nyambut gue dating kearah lo."

Kira terdiam mendengarnya dan tidak menyadari bahwa Atha sudah siap berada diatas motornya menatap Kira yang terbengong sejenak sebelum akhirnya digiring oleh Natasha agar tidak menghalangi arena balapan bahkan Atha juga bisa melihat Natasha yang kini tengah marah-marah kepada Kira karena bersikap sembrono.

'Tungguin Kir'

Atha kembali fokus saat seorang perempuan berjalan ketengah arena membawa sebuah sapu tangan berwarna warni dengan senyum culasnya menatap Gio yang dibalas dengan acungan jempol lalu menatap Atha yang dibalas oleh anggukan singkat. Sepertinya Atha tidak menyadari perempuan itu menatap Atha dengan sangat dalam.

Dan setelah sapu tangan itu dijatuhkan suara riuh penonton saat motor Atha dan Gio melaju dengan kencang menembus malam semakin keras, bahkan Kira yang tadi sempat melamun kini menatap motor biru yang ditumpangi Atha dengan harap cemas.

"Gue tunggu lo digaris finish Tha." Ujar Kira lirih.

"Lo yakin Atha bakal ngehampiri lo digaris finish huh?" celetuk seorang perempuan yang berdiri disamping Kira setelah pertandingan itu dimulai.

Kira menoleh menatap perempuan itu dengan sinis dan dibalas dengan senyuman culas.

"Kenalin gue Clara, cewek yang juga pernah nunggu Atha digaris finish tapi laki-laki itu gak dateng." Ujar perempuan itu membuat Kira mengernyit heran.

Apa maksud perempuan disampingnya itu.

"Lo tahu 3 tahun lalu gue nungguin Vano ah ralat sekarang Atha digaris finish tapi cowok itu gak dateng dan gue harus berakhir pacaran sama cowok yang tanding sama Atha." Ujar Clara penuh dendam.

"Jadi sebaiknya lo jangan terlalu berharap sama dia, dia brengsek dan orang brengsek pasti akan balik brengsek suatu hari nanti," peringat Clara sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalakan Kira begitu saja.

"Lah kocak itu cewek." Gumam Kira karena yang Kira tahu 3 tahun lalu Atha mengalami kecelakaan makanya gak bisa menang waktu itu. Itu yang Kira percaya sekarang.

Senyum Kira merengkah saat dari kejauhan melihat lampu motor yang berjalan mendekat, gadis itu segera berjalan kearah garis finish dengan senyum merekah menunggu motor itu semakin mendekat, bahkan suara riuh semakin terdengar saat motor tersebut berhenti tepat didepan Kira.

Sang pengendara turun dan membuka helmnya lalu berjalan menghampiri Kira dengan wajah berbinarnya.

"Kir gue menang!!"

"Dimana Atha?"

"Kenapa lo nanyain Atha, gue menang Kir dan Atha gak bakal ganggu hidup lo."

Plashhhh

Satu tamparan mendarat dengan manis dipipi Gio dan suara riuh tadi kini menjadi hening.

"DIMANA ATHAAAAA!!!" teriak Kira dengan air matanya yang mengalir dengan deras, pikiran buruk kini menghantui Kira.

"GIO DIMANA ATHA! KENAPA LO YANG ADA DISINI, DIMANA ATHAAA" teriak Kira kesetanan.

"GIO DIMANA ATHA." Tangis Kira semakin pecah saat melihat Natasha yang kini berjalan kearahnya dan berusaha menenagkan sahabatnya itu.

"Mending lo kasih tau dimana Atha. Seharusnya kalaupun dia kalah dia harusnya ada dibelakang lo." Ujar Natasha tenang.

Sedangkan Gio mengusap wajahnya kasar "Dia gak bakal kesini." Ujar Gio sedikit lesu.

"Apa maksud lo? " kini Zefan yang menyaut.

"DIA GAK BAKAL KESINI! JADI LO KIR LO GAK PERLU NUNGGUIN ATHA DIA BRENGSEK." Teriak Gio frustasi dirinya merasa dihakimi dan disalahkan karena ketidak hadiran Atha.

"LO BOHONG! ATHA GAK SEBRENGSEK LO."

"Tapi itu kenyataannya, lo kira Atha bakal mau merjuangin cewek kayak lo? Atha itu anak baik-baik dia gak mungkin mau sama seorang kayak lo." Telak Gio sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Kira begitu saja.

"Dengerin gue Kir, Atha bukan cowok kayak gitu." Ujar Zefan yang sejak tadi hanya diam setelah ucapan Gio yang membuatnya kembali sadar siapa dirinya dan siapa Atha.

"Gio bener Fan, Atha gak mungkin merjuangin gue, gue sadar gue siapa."

"Tapi Kir."

"Gue gak papa, mungkin Atha udah sadar kalau cewek yang selama ini sama dia terlalu murahan buat jadi pacarnya."

Dan kini pada akhirnya Kira kembali sendirian, cinta yang baru ia bangun kembali kerumahnya dan dirinya juga harus kembali ketempat dimana ia berasal.