#Manere
#32
'Ada pepatah mengatakan saking perihnya luka itu bahkan membuat dirinya lupa bagaimana caranya untuk mengeluarkan air mata..'
Gadis itu menyenderkan punggungnya didalam lift dengan memjamkan matanya sebelum akhirnya ia berdecih dan mengeluarkan senyum kecilnya, beginikah akhir dari kisah cintanya yang baru saja ia bangun. Jika dipikir kembali awal dari kisah ini adalah sebuah kesalahan, hingga kisah selanjutnya adalah sebuah kesalahan termasuk sebuah rasa yang mereka munculkan.
Gadis itu tak lain adalah Kira, iya tertawa kecil melihat kisah cintanya, "seharusnya lo sadar Kir..." gumam dirinya sendiri. Kira menatap dirinya dari pantulan kaca yang berada didalam lift.
Sebuah tank top berwarna putih menempel sangat pas ditubuhnya dan tak lupa rok mini diatas lutut berwarna putih dan tak lupa sebuah high heels 12cm membuat Kira terlihat sangat tinggi, jaket kulit berwarna hitam berada digenggamannya dan tas rantai kecil ada dibahunya.
Kira menghela nafasnya dan berkata, "dengan penampilan lo yang kayak gini lo pantes berdamping sama Atha? Gaklah goblok," diakhiri tawa kecilnya Kira tidak bisa menangis bahkan ia lupa caranya menangis itu bagaimana.
Dia teringat kejadian tadi saat dirinya bertemu Bram orang tua kekasihnya oh atau bisa dibilang mantan kekasihnya sekarang.
Setelah kepergian Bram, Kira hanya terdiam mencerna semua perkataan ayah Atha tersebut dalam diamnya. Gadis itu berjalan kepinggir atap dengan tenang Kira tidak berniat menerjunkan dirinya dari atap gedung apartement, Kira tidak sebodoh itu. Kira hanya ingin angin menerpa tubuh dan kepalanya agar memberi rasa rileks ditubuhnya.
"Gue seburuk itukah?" gumam Kira menatap jalan raya kota Jakarta yang tiap hari ramai. Kira menyadari dirinya memang tidak sebaik Alika tunangan Atha ralat mantan tunangan Atha tetapi apakah orang seperti dirinya tidak boleh memiliki rasa cinta yang tulus layaknya orang baik jatuh cinta?
Terkadang Kira ingin menyalahkan takdir yang membuatnya selalu berada dalam masalah, namun menyalahkan takdir tidak membuat takdir yang dibuat untuknya berubah begitu saja.
"Gue tahu gue buruk tapi bukan berarti cinta gue ke Atha itu buruk." monolog Kira kepada dirinya sendiri.
Tubuh Kira luruh kedinginnya beton atap gedung apartemen, dirinya tidak bisa menangis sekalipun hatinya merasakan sakit yang luar bisa, air mata Kira sudah terlalu bosan untu keluar dan terbuang sia-sia untuk kesekian kalinya.
"Gue bakal ninggalin Atha, dia pantes dapet lebih baik dari Kira yang sekarang." putus Kira mutlak, tiba-tiba ia mendengar suara orang berlari 'pasti itu Atha' batin Kira dan segera berlari bersembunyi dibalik tong besar agar Atha tidak menemukannya.
Kira belum siap bertemu dengan Atha.
Dan benar Atha berdiri tak jauh darinya memutari atap gedung dengan wajah cemasnya, Kira hanya bias bersembunyi dibalik tong dan mengamati apa yang Atha lakukan.
"Kir kalau kamu ada disini tolong keluarlah!"
"Kiraa aku mohon keluarlah! Dengarkan penjelasanku terlebih dahulu."
Bisa Kira dengar perkataan Atha sejak tadi, namun Kira tidak bisa bertemu dengan Atha untuk mengucapkan salam perpisahan tentunya.
"KIRA KELUAR!!" teriak Atha dan pertahanan Kira luruh seketika, ia ingin bertemu dengan Atha untuk kali ini saja dan Kira berlari keluar dari persembunyiannya menatap Atha yang kini menatapnya dan berlari merengkuhnya dalam pelukannya, Kira membalas pelukan itu tak kalah erat.
'Biarin gue sama Atha kayak gini dulu, sebentar aja,' batin Kira.
Ting 'kita sudah berada dilantai 1'
Suara dari lift yang Kira tumpangin membuyarkan lamunan gadis itu, Kira menghela nafasnya dan keluar menuju lobby apartemen. Matanya menangkap sosok orang yang tengah menunggunya dengan senyum lebarnya.
"Wow, siap berpesta nona?" goda orang tersebut membuat Kira mendengus tak suka
"Udah gak usah banyak bacot Ge, ayo pergi!"
"Siap baby." ujar Geo dan menggiring Kira untuk memasuki mobilnya, saat hendak melangkah memasuki mobil Kira mendongkak menatap gedung apartemen dengan senyum tipisnya.
"Goodbye Tha and I love you." Gumam Kira dan melangkah memasuki mobil Geo dengan tenang.
--*--
Brakkkk
Suara pintu dibuka dengan keras tidak Atha pedulikan yang ia pedulikan hanya seseorang yang baru saja mengirimkannya sebuah pesan, Atha tidak peduli dengan pintunya yang akan rusak, laki-laki itu memasuki apartemen dengan terburu-buru.
Kosong...
Atha tidak menemukan orang yang ia cari, bahkan apartemen itu terasa dingin berbeda saat sebelum Atha meninggalkan tempat itu beberapa menit yang lalu. Matanya menatap kososng sebuah bingkai yang berada dinangkas dekat sofa, foto seorang gadis tersenyum manis tidak menampilkan giginya.
Atha mengambil foto itu, menatapnya dengan wajah datarnya. Memang bukan? Wajah laki-lakiitu selalu datar dalam situasi apapun itu. Tangannya meraba bingkai foto itu dan tanpa sadar satu bulir air mata membasahi bingkai foto itu.
Atha menangis, ya laki-laki itu menangis laki-laki juga manusia bukan? Dia akan menangis jika merasakan sakit layaknya manusia normal diluar sana.
"Gue gak bakal ninggalin lo." Gumam Atha lirih. Namun ini bukan waktunya ia bergalau ria, dia harus bertemu dengan Kira dan menahan agar gadis itu tidak pergi.
Laki-laki itu berbalik memasuki apartemennya mencoba mencari handphone miliknya yang tadi sempat ia jatuhkan setelah membaca pesan dari kekasihnya. Atha menyalakan handphone miliknya dan terpampanglah wajah tersenyum Kira yang ia dapatkan melalui postingan instagram gadis itu dan ia jadikan lockscreen.
Wajah Atha sempat tersenyum kecil saat menatap foto itu sebelum akhirnya kembali datar saat membaca pesan dari sahabatnya dan segera berlari mengambil jacket hitamnya dan tak lupa kunci mobilnya, Ya kali ini laki-laki itu memakai mobil yang sangat jarang ia gunakan karena malas mengisi bensin saja.
Atha melajukan mobilnya dengan cepat, sebelum akhirnya sedikit memelankan kecepatan mobilnya saat berada diarea yang benar-benar Atha benci sekarang. Sebuah arena balap kini ada didepan matanya, banyak yang memperhatikan mobil Atha yang terkesan asing ditempat itu.
Club Fever memang menyediakan lokasi outdoor dan indoor. Mereka yang ingin adu kecepatan lebih memilih diluar dan yang ingin sekedar berpesta melepaskan penat akan berada di gedung club tersebut, tidak hanya itu tempat ini juga menyediakan bar diluar gedung dan arena ini juga aman tidak akan ada polisi yang akan menggebreknya, ya kekuatan orang dalam digunakan untuk ini.
Mata Atha memicing saat melihat seorang gadis keluar dari club dengan dirangkul oleh lawan jenis bahkan mereka tertawa bersama-sama seolah ada hal lucu yang mereka tertawakan. Tangan Atha memukul klakson mobilny dengan keras saat melihat gadis itu yang tak lain gadisnya Kira memeluk laki-laki yang merangkulnya, sehingga perhatian kini terpusat lemobil Atha karena bunyi klakson termasuk Kira yang menatap mobil itu dari kejauhan.
Tuk tuk tuk
Ketukan dari kaca samping membuyarkan lamunan Atha yang tengah menatap Kira dengan tajam walau seperti itu Kira tidak mengetahuinya karna kaca mobilnya yang hitam.
Tuk Tuk Tuk
Kali ini ketukan itu sangat keras membuat Atha menghela nafasnya kasar dan menurunkan kaca mobilnya dengan sedikit dongkol "apa?" Tanya Atha sinis namun justru pelaku pengetukan kacanya tertawa melihatnya.
"Keluar dulu lah Van," Atha mendengus mendengarnya Atha benci panggilan itu.
Atha keluar dengan wajah datarnya, orang-orang yang tadi menatap mobilnya kini menatap Atha yang berjalan dengan santai tak mempedulikan bisikan-bisikan tentang dirinya yang tak sengaja ia dengar.
"Gue denger dari Zefan lo bakal kesini, awalnya gue gak percaya ternyata lo bener kesini," ujar Langit. Ya orang yang ngetuk kaca mobil Atha adalah Langit.
"Gue kepaksa kesini."
"Gue tau lo mau nemuin cewek lokan? Lo lagi ada masalah sama dia? Gue lihat dia dating sama cowok tadi dan lo tau cowoknya itu..."
"Geo, gue tau." Potong Atha datar membuat Langit hanya mengangguk mendengarnya. Geo adalah saingan balap saat Atha dulu masih suka balapan makanya Langit tau laki-laki itu dan segala reputasinya.
"VAN CEWEK LO MAU DICIPOK ANJIR!!" pekik Langit tiba-tiba membuat Atha menoleh dan benar saja ia melihat Geo hendak mendekatkan wajahnya kewajah Kira, Atha berjalan kearah mereka .
"Bakal perang lagi ini," gumam Langit mengikuti Atha dari belakang.
"Jauhin tubuh lo dari cewek gue," ujar Atha membuat Kira terperanjat kaget mendengarnya sedangkan Geo hanya tertawa sumbang mendengarnya.
"Cewek lo? Bukannya udah putus?"
"Hah putus?" seru Langit kaget sedangkan Atha mengepalkan tangannya mendengarnya.
"Dia yang minta putus bukan gue."
"Lo ikut gue sekarang," ajak Atha dan menarik tangan Kira dengan kuat namun Geo menahannya.
"Dia sama gue, jadi dia tanggung jawab gue," ujar Geo sinis sedangkan Kira hanya diam sejak tadi, dia tidak tau bagaimana ia harus bersikap sekarang.
"Gue mau ngomong sama dia, setelah itu lo mau bawa dia kemanapun bukan urusan gue," jawab Atha dingin sangat dingin bahkan kini Kira menatap laki-laki itu terkejut mendengarnya, Atha sudah tidak peduli dengannya?
Geo tersenyum sinis mendengarnya "lo balapan sama gue, gue bakal lepasin Kira," jawab Geo santai namun tidak dengan Kira, Atha dan Langit. Wajah Kira terkejut mendengarnya Geo itu jago balap dan laki-laki ambisius jadi laki-laki itu bisa berbuat curang.
Sedangkan wajah Atha menegang mendengarnya begitu juga Langit, bukan karna Atha tidak jago dalam hal balapan tapi dia nerhenti balapan karna pengalaman buruk dan Langit tahu itu.
"Lo gila ya? Ver maksud gue Atha bukan berandalan suka balapan kayak lo!" seru Langit tak trima mendengarnya.
"Gue tau Atha gak sepolos itu, ah atau gue sebut Vano?" ujar Geo tersenyum licik, Kira terkejut mendengarnya. Geo tahu Vano? Bagaimana bisa? Seterkenal itukah Vano?
"Gak usah banyak bacot, langsung ke arena. Gue pinjem motor lo," ujar Atha menerima tantangan Geo dan hendak melangkah pergi jika saja Langit tidak menahannya.
"Lo gila? Biar gue aja yang gantiin."
"Gue bukan pengecut Langit." Ujar Atha tajam dan melangkah menghampiri motor Langit diikuti Geo yang tersenyum licik melihatnya.
"ARGHHHH!!!" ujar Langit frustasi membuat Kira heran menatapnya.
"Kenapa lo sefrustasi itu ngelihat Atha mau blapan?" Tanya Kira membuat Langit mendelik sinis.
"Lo gak khawatir apa? Lo tau Geo suka main curang dan lo diem doing disini? Asal lo tahu alasan Vano berhenti balapan karna pas balapan dia gak sengaja nabrak nyokapnya sendiri! Brengsek!!!"
-00-