Manere
#27
'Bukan tentang siapa yang lebih mendapat dukungan namun tentang bagaimana hati memilih untuk mendukung'
-0-
Semua mata kini tertuju pada Atha, Kira dan Alika tentunya. Pernyataan Alika tadi cukup menggemparkan lorong sekolah yang biasanya rame namun kini seketika sunyi.
Alika melangkah maju mendekati Kira yang berdiri disamping Atha, genggaman gadis itu semakin erat saat gadis berkuncir kuda itu semakin mendekat kearahnya.
"Atha seharusnya kamu paham yang aku bilang tadi, dia hanya pacarmu dan aku? Tunangan yang dipilih oleh keluargamu." ujar Alika membuat gigi Atha sedikit menggeretak mendengarnya.
Keluarga? Siapa yang disebut oleh keluarga oleh Alika?
"Dan juga kalian pacaran pasti karna paksaan gadis itu bukan?"
Emosi Kira kini semakin tersulut mendengarnya. Alika tidak tau siapa dulu yang ngotot agar Kira dan Atha menjalin hubungan. Namun, gadis ini memang benar-benar.
Gunjingan dan bisikan kini mulai terdengar ditelinga Kira maupun Atha. Ada yang menghujat Kira yang tidak tahu malu dan juga ada yang menghujat Atha yang sudah seperti seorang 'playboy'.
"Jika saya bilang saya tidak tahu-menahu tentang pertunangan itu apakah itu sudah cukup?" ujar Atha akhirnya membuka suaranya. Laki-laki itu sepertinya sudah muak dengan drama yang dibuat oleh Alika.
Siapa gadis ini pun Atha tak tahu, asal gadis itupun Atha juga tak tahu menahu atau mungkin Atha melupakannya?
"Karena kamu nggak dateng saat acara purtanangan kita Tha."
Prok prok prok
Suara tepuk tangan dari Natasha yang tiba-tiba terdengar memecahkan keheningan dilorong kelas itu.
"Jadi acara itu cuma lo dan keluarga yang dateng? Atha nggak dateng? Apa itu bisa disebut sah? Lo punya otak seenggaknya gunain itu otak katanya lo pinter kan? Tapi kok kelihatan bego ya." ujar Natasha tiba-tiba membuat Alika menelan ludahnya, tangan gadis itu secara spontan tergenggam dengan erat.
"Saya akan membatalkan pertunangan itu!" ujar Atha.
Semua mata tertuju pada Atha apalagi Alika gadis itu sudah hendak mengeluarkan kata-kata yang ia pendam.
"Dan ngebuat lo masuk kerumah itu setelah 3 tahun kabur?" ujar seseorang secara tiba-tiba muncul dari belakang Alika.
Siapa lagi kalau bukan Zefan.
Pernyataan Zefan cukup menggemparkan seluruh siswa siswi termasuk Kira, Natasha dana Gio.
"Bukan urusan lo." ujar Atha melangkah pergi dengan menggandeng Kira bersamanya.
Zefan menghela nafasnya menatap punggung Atha yang semakin menjauh.
Zefan berbalik menatap Alika "puas lo sekarang? Gue udah bilang tahan tapi lo! Arghhh!!!" pekik Zefan yang hanya dihadiahi tundukan kepala oleh Alika.
"Gue nggak nyangka Atha yang alim bisa kabur dari rumah." ujar Gio terkejut. Gio kira laki-laki itu benar-benar polos namun ternyata Atha lebih dari dirinya.
Natasha melirik kearah Gio dan mendecih.
"Emangnya lo! Diusir aja mohon-mohon sama om Hendrik."
Gio merangkul Natasha dengan tiba-tiba dan menguncinya "nggk usah buka kartu juga lo setan!". Natasha menepuk-nepuk tangan Gio namun tidak dipedulikan laki-laki itu.
Zefan yang melihat kelakuan Gio dan Natasha melangkah maju dan memisahkan rangkulan Gio kepada Natasha dan memegang pergelangan tangan gadis itu.
"Nggak usah ganggu dia bisakan?" ujar Zefan membuat Gio mendecih tak suka.
"Apa urusannya sama lo? Kembaliin Natasha gue."
"Natasha lo gundulmu copot dari leher!" pekik Natasha tak suka.
"Bodoamat bentar lagi juga bakal jadi milik gue lagi lo!" ujar Gio tak peduli dan melangkah pergi meninggalkan Natasha dan Zefan yang terdiam mendengarnya.
Alika, gadis itu masih berdiri ditempatnya melihat perdebatan Zefan dengan Gio dan tak lupa melihat bagaimana ekspresi Zefan yang mendengar kata-kata terakhir dari Gio tadi.
'Apakah kini posisinya benar-benar digantikan? Atha maupun Zefan apakah benar-benar telah membuangnya?'
-0-
Kira terdiam menatap gedung-gedung pencakar langit dengan tenang. Keadaan tersebut tak beda jauh oleh laki-laki disampingnya yang juga menatap lurus kedepan.
Kini mereka berada diatap gedung apartemen tempat mereka tinggal. Setelah pergi meninggalkan Alika tadi Atha tiba-tiba mengajaknya keatap apartemen dan terdiam.
Sudah cukup lama mereka seperti ini dan Kira kini mulai bosan, mengapa dia disini jika tidak melakukan apapun? Lebih baik disekolah bukan menjahili anak-anak disana itu lebih mengasikan.
"Bosan?"
Kira menoleh saat mendengar pertanyaan yang Atha lontarkan secara tiba-tiba.
"Lumayan, ngapain kita disini kalau nggak ngapa-ngapain." ujar Kira mengutarakan kekesalannya membuat Atha sedikit terkekeh mendengarnya.
"Ingin ini?" ujar Atha mengeluarkan benda persegi berwarna merah kedepan Kira membuat gadis itu melotot melihatnya.
"Lo mau ngerokok? Ngapain lo bawa rokok?" ujar Kira yang hanya dihadiahi senyum kecil oleh Atha.
Laki-laki itu kini sibuk membuka bungkus rokok yang memang selalu ada disaku jaketnya untuk keadaan darurat seperti ini Atha sangat membutuhkan benda persegi itu atau lebih tepatnya isi dari benda tersebut.
"Tha lo mau ngerokok?" tanya Kira sudah bersiap-siap berdiri, gadis itu tidak begitu tahan asap rokok. Sekalipun ditempat biasa dia clubbing banyak juga yang memakai rokok namun. Kira selalu menjauhi asap rokok tersebut sebisa mungkin.
Atha menyelipkan batang rokok kebibirnya setelah itu menarik Kira untuk kembali duduk disampingnya.
"Gue nggak punya korek api." Kira menghela nafas lega mendengarnya.
"Jadi kalau lo punya lo pengen ngerokok gitu?" Kira menoleh menatap sengit kearah Atha.
Laki-laki itu kini mengambil batang rokok yang berada dimulutnya dan menyelipkannya dikedua jarinya seperti para pecandu rokok.
"Gue nggak doyan rokok."
"Terus kenapa lo bawa rokok?"
"Buat nenangin otak gue butuh rokok
Bukannya Zefan udah pernah bilang kalau gue nggak sebaik yang anak-anak lihat." ujar Atha menoleh menatap Kira yang juga menatapnya.
Kira mengangguk setuju. Memang Zefan sudah memberi tahunya Atha bukanlah Atha yang sebenarnya atau Kira memanggilnya dengan..
"Vano?"
Nama itu tiba-tiba meluncur begitu saja dari mulur Kira membuat Atha sedikit tertegun mendengarnya, hanya sedikit karena Atha tahu pasti Zefan tanpa sadar menyebut dirinya dengan nama 'Vano' didepan Kira.
Atha menarik sudut bibirnya membuat Kira bungkam, gadis itu sedikit menyesal menyebut nama itu didepan Atha yang tengah mencari solusi soal hubungannya dengan Alika ataupun dirinya.
"Mau gue ceritain dongeng singkat tentang Vano?"