-Manere-
#22
Atha dan Kira sama-sama terdiam menatap gedung-gedung pencakar langit dan menikmati hembusan angin yang menyapu kedua wajah mereka.
"Gue minta maaf."
Kira menoleh menatap Atha yang tengah menatap lurus kedepan dengan santai. Setelah mereka berpelukan tadi Atha duduk disamping Kira dan tidak membuka suara sama sekali.
"Untuk?" hanya itu yang bisa Kira katakan. Dirinya bingung akan merespon seperti apa. Jika menyalahkan Atha saja itu tidak adil bisa saja Alika yang main nyosor bukan? Dan kebetulan Kira muncul saat Alika memeluk Atha dan setelah itu pergi.
"Karena udah ngebuat lo nangis." jawab Atha dan menoleh kearah Kira dengan bibir yang sedikit tertarik keatas saat melihat Kira mendelik.
"A-apa gue nangis? Nggaklah! Gue nggak nangis ya!" dalih Kira membuat Atha menahan tawanya saat mendengar hal tersebut. Jelas-jelas tadi Gio mengatakan padanya jika Kira menangis dan juga Atha tidak terlalu bodoh melihat bekas air mata yang ada disudut mata Kira sekarang.
"Percuma kalau gitu gue nyusul lo kesini." ujar Atha dan berbalik ingin meninggalkan Kira membuat Kira membelalakan matanya dan ikut berdiri menatap Atha dengan wajah kaget.
"Dasar ngggak peka!" cibir Kira membuat Atha menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Kira dengan smirk andalannya.
Tiba-tiba Atha merentangkan kedua tangangannya membuat Kira bingung dengan tingkah laki-laki itu.
"Nggak mau peluk?"
Kira tersenyum lebar dan segera berlari menubruknya tubuhnya ketubuh Atha dan memeluk laki-laki itu dengan erat.
Atha tersenyum kecil dan membalas pelukan Kira. Menurut Atha jika melihat seorang gadis marah cukup beri gadis itu sebuah pelukan dan biarkan gadis itu tenang sebelum menjelaskan segalanya.
"Gue minta maaf." bisik Atha mencium rambut gadis yang berada dipelukannya yang direspon Kira dengan sebuah gelengan dan Kirapun merenggangkan pelukan mereka walau tidak terlepas sepenuhnya karena tangan Atha masih ada dipinggang Kira.
"Lo nggak perlu minta maaf, gue nangis itu karena keinginan gue sendiri itu bukan salah lo." ujar Kira mendongkak menatap Atha yang menatapnya balik juga.
Tangan Atha yang mula berada dipinggang Kira kini terangkat dan menyingkirkan beberapa helai rambut yang mengahalangi penglihatannya untuk melihat wajah kekasihnya itu.
"Tetep aja penyebab lo nangis gara-gara gue yang pelukan sama..." ucapan Atha terhenti saat tiba-tiba melihat Kira menutup kedua telinganya dengan tangannya sendiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nggak gue nggak denger! Pokoknya gue nggak denger!" ujar Kira bahkan kini gadis itu memejamkan matanya dan itu terlihat cute dimata Atha. Kini Atha sedikit mengetahui watak Kira yang sebenarnya.
Dulu jika Atha memandang Kira seorang gadis yang angkuh, sombong dan calon jalang maka sekarang berbeda Kira yang dihadapannya kini justru seorang Kira yang seperti gadis remaja biasanya manja dan cengeng juga lucu.
Kedua tangan Atha tergerak memegang kedua tangan Kira yang masih menutupi telinganya dan menyingkirkannya. Atha sedikit merendahkan tubuhnya karena tingginya yang melebihi tinggi Kira itu.
"Buka matanya." ujar Atha lembut kini wajahnya setara dengan wajah Kira, mata hitam Atha menatap wajah Kira dengan senyum tipisnya.
"Nggak! Kalau lo masih bilang ini semua kesalahan lo!" kekeh Kira masih memejamkan matanya tidak ingin menatap Atha yang justru tersenyum lebar yang jarang sekali Atha perlihatkan dan Kira sepertinya ingin melewatkan senyum langka kekasihnya itu.
"Yaudah ini kesalahan kita berdua." ujar Atha santai yang justru membuat Kira membuka matanya dan mendelik kesal menatap mata Atha yang kini jiga menatapnya dengan santai.
"Enak aja! Ini tu salah si anak baru itu yang main meluk lo dan ngebuat gue jadi salah paham!" ujar Kira sengit membuat Atha justru menarik sudut bibirnya.
"Malah sok-sokan smirk lagi! Denger nggak apa yang gue bilang?" Kira sekarang kesal melihat respon Atha yang cuma senyum nggak jelas dikata semua masalah bisa diselesaiin lewat senyum.
"Iya tau."
"Tau apa? Nggak usah bilang tau-tau aja kalo akhirnya..."
Cup.
Sebuah kecupan dibibir Kira mendadak membuat Kira yang hendak mengomelpun terdiam dengan mata melototnya berbeda dengan Atha yang justru menegakkan tubuhnya dan tersenyum sumringah.
'Kalau diginiin baru diem.'
"Tau kalau lo udah cinta sama gue." ujar Atha dan berjalan meninggalkan Kira yang semakin terkejut mendengarnya.
Atha tau darimana? Memang laki-laki itu seorang peramal hingga tau apa yang Kira rasakan karena Kira tidak pernah memberitahu laki-laki jangkun itu kecuali saat Atha pingsan dipelukannya kemaren.
Atau jangan-jangan Atha belum sepenuhnya pingsan saat Kira mengatakannya.
Mata Kira melotot dan menatap Atha yang tengah berjalan menuju pintu yang menghubungkan atap rumah sakit dan gedung bagian dalam.
"YA ATHA JANGAN-JANGAN LO NGUPING YA!!" teriak Kira spontan dan berlari kecil menghampiri kekasihnya yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
-.-
"Dasar tukang nguping!" gerutu Kira berjalan disamping Atha dengan kesal. Dia tidak terima Atha mendengar pernyataan cintanya yang terkesan dramatis itu.
Ya, walaupun Kira bersyukur Atha tau dan tidak menagihnya saat Atha sadar karena Kira terlalu gengsi mengatakannya.
"Gue nggak nyangka punya pacar tukang nguping." ujar Kira menggeleng-gelengkan kepalanya membuat Atha yang sejak tadi mendengar gerutuan kekasih disampingnya itu menghentikan langkahnya dan menghalangi langkahnya membuat Kira memekik kaget.
"Ngapain lo didepan gue! Minggir sana hush!" usir Kira kesal.
"Dasar cerewet!" ujar Atha santai membuat Kira mendelik kesal.
"Ya terus kalau gue cerewet urusan lo apa?" jawab Kira nyolot.
Tangan Atha yang tadi berada disaku celana yang ia pakai kini berada diatas kepala Kira mengelus kepala gadis itu dengan pelan.
"Nggak papa, yang penting lo cerewet sama gue bukan sama yang lain." ujar Atha halus membuat Kira terdiam mendengarnya.
"Dan satu lagi gue nggak nguping tapi nggak sengaja denger aja." lanjut Atha santai membuat Kira dengan spontan menggeplak tubuh Atha.
"YA SAMA AJA LO NGUPING! DASAR TUKANG NGUPING!" teriak Kira sepertinya Kira tidak sadar jika kini dirinya berada dirumah sakit.
Sedangkan Atha justru tertawa sambil melindungi dirinya dari pukulan maut kekasihnya itu.
"Dasar tukang nguping! Nggak tau diri!" ujar Kira masih dengan memukuli Atha yang menghindari pukulan Kira.
"Lo nggak kasihan apa pacar lo lagi sakit malah main dipukulin." ujar Atha membuat Kira menghentikan aksinya walau masih dengan menatap Atha sengit.
"Peduli apa gue? Lo udah janji nggak bakal ada luka ditubuh lo tapi nyatanya lo malah masuk rumah sakit!" ujar Kira kesal.
"Coba lo lihat nggak ada luka sama sekali ditubuh gue Kir kecuali luka diujung bibir, gue pingsan gara-gara gue lengah doang." ujar Atha tenang.
"Ta-tapi sama aja lo pingsan dan itu ngebuat gue panik! Coba lo bayangin lo ngelihat pacar lo sendiri pingsan didepan lo gimana rasanya Tha." ujar Kira bahkan kini air matanya sudah siap mengalir lagi membuat Atha menghela nafasnya dan segera menarik Kira dalam pelukannya.
"Lo jahat! Gue panik pas lo pingsan dipelukan gue tau nggak!" ujar Kira memukul dada Atha sebal walau sebenarnya gadis itu tengah berusaha menahan isak tangisnya.
"Gue minta maaf." ujar Atha mengelus-elus kepala Kira dengan sayang mencoba menenangkan gadis didalam dekapannya.
Dan dari kejauhan seorang gadis mengamati mereka dengan pandangan terluka melihatnya berbeda dengan seseorang yang mendampingi gadis itu justru tatapan datar yang ia tampilkan walau didalam hatinya ia merasakan kebahagiaan melihat pemandangan didepannya.
"Sekarang lo lihat? Atha udah bahagia Al dan lo dateng mau ngehancurin kebahagiaan Atha dengan hubungan pertunangan yang sama sekali Atha nggak tau? Lo masih punya hatikan?"
-.-