Manere
-19-
Zefan mengendarai motornya dengan berbagai macam pernyataan yang ada diotaknya. Masih terekam dengan jelas saat Langit menelfonnya saat dirinya bersama Natasha tadi.
"Vano ada sama gue sekarang dirumah sakit."
Zefan mempercepat laju motornya, tidak peduli akan bahaya yang mengintainya karena mempercepat laju motornya.
Brumm ciit.
Zefan turun dari motornya dan berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan harap cemas. Bagaimana bisa sahabatnya itu berada dirumah sakit? Sedangkan Atha sangat membenci rumah sakit dan segala yang ada didalamnya.
"Dimana Atha?" Langit menoleh menatap Zefan yang seperti orang kesetanan saat menatapnya.
"Dia ada didalem sama pacarnya." ujar Langit. Laki-laki itu menepuk pundak Zefan mencoba menenangkan laki-laki itu.
"Dia nggak papa kata dokter dia cuma pingsan gara-gara kena pukulan keras." terang Langit dirinya kembali teringat kejadian beberapa menit yang lalu saat Langit hendak pulang kerumahnya dirinya melihat Atha terjatuh dan memeluk Kira didepan matanya.
Flashback On
"Gue balik dulu." pamit Langit kepada teman-temannya meninggalkan arena balap liar dengan santai.
Langit melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata, pandangan Langit menajam saat melihat 3 orang tengah adu jotos dengan satu orang didepan seorang gadis.
"Hari gini masih aja main kroyok." gumam Langit dan hendak melewati tempat perkelahian dengan santai Langit tidak ingin ikut campur dengan urusan orang lain, namun sebuah teriakan membuat Langit dengan spontan mengerem motornya secara mendadak.
Flashback Off
Zefan mendaratkan bokongnya dikursi tunggu rumah sakit dengan perasaan lega, setidaknya Atha tidak begitu parah.
"Kenapa Atha dipukulin? Perasaan dia udah nggak ada hubungan sama dunia malam." Zefan menatap Langit yang justru meninggikan bahunya, dirinya juga tidak tahu menahu akan hal tersebut yang Langit lakukan tadi hanya mengusir 3 orang yang mengeroyok Atha dan kekasihnya dan membawanya kerumah sakit.
"Tapi Fan itu beneran ceweknya Vano?" Langit duduk disamping Zefan dirinya penasaran dengan gadis yang ada bersama Atha tadi.
"Nama dia sekarang Atha bukan Vano bego! Iya dia ceweknya terus kenapa?" ujar Zefan sengit.
"Yaudah nggak usah ngegas kali, Guekan dari dulu manggil dia Vano jadinya kebiasaan.Tapi sejak kapan si Vano maksud gue Atha punya cewek? Gue kira dia homoan sama lo."
Bugh.
"Bangsat sakit!" rintih Langit memegangi kepalanya yang nyeri karena pukulan Zefan yang tiba-tiba.
"Ketua geng Red Demon dapet pukulan seuprit aja sakit lebay lo!" ujar Zefan dengan tampang mengejeknya.
"Eh bego yang mukul gue MANTAN ANGGOTA RED DEMON ya jelas sakit bego! Apalagi lo itu Kaki tangannya ketua yang dulu." ceplos Langit membuat Zefan mendelik tak suka.
Zefan paling anti jika ada seseorang yang membahas kisah masa lalunya yang cukup suram itu.
"Lagian ya gue nggak ada niat jadi ketua bangsat! Anak-anak aja yang main nunjuk gue setelah si Atha mundur jadi ketua."
"Mulut lo cablak amat anjir!" ujar Zefan kesal.
"Ketua? Atha? Maksud kalian apaan?"
Zefan dan Langit sama-sama menoleh kearah sumber suara. Dan terlihatlah Kira yang tengah berdiri didepan pintu rawat inap Atha dengan wajah bingunganya. Tentunya ada bekas air mata disudut mata Kira.
Melihat kekasihnya pingsan didepannya sudah membuat Kira kelimpungan dan cemas untung saja ada Langit yang tiba-tiba datang menolong mereka pada saat itu.
-flashback on-
Atha menatap tajam kearah jalanan yang mulai lengang itu. Laki-laki itu mempercepat laju motornya agar mobil yang berada dibelakangnya tidak bisa mengejarnya.
Atha dapat merasakan pelukan diperutnya semakin mengerat saat dirinya mempercepat laju motornya.
"Tha gue takut." gumam Kira yang terdengar sangat jelas ditelinganya membuat dirinya dengan spontan menurunkan laju motornya. Bahkan dengan nekat menghentikan laju motornya dan memarkirkannya sembarangan.
Atha melepas helm miliknya dan berbalik menatap Kira yang tengah menatapnya juga dengan wajah bingung. Kedua tangan Atha kini berada dikedua sisi pipi Kira.
"Dengerin gue semenjak gue jadiin lo pacar gue atau lebih tepatnya semenjak kejadian malam itu lo tanggung jawab gue dan gue nggak mau tanggung jawab gue takut sama gue." ujar Atha menatap Kira dalam yang hanya dibalas dengan anggukan spontan oleh Kira.
"Non Kira bisa ikut saya?"
Suara itu membuat pandangan sepasang kekasih itu menoleh dan menatap 3 orang berjas hitam tengah menatap mereka.
"Lo tunggu sini." ujar Atha dan hendak pergi menghampiri 3 orang yang tak jauh berdiri didepannya jika saja tangan Kira tidak menahan jaketnya.
"Nggak usah kita kabur aja." Atha menatap Kira ada ketakutan yang tertera dibinar mata Kira membuat Atha justru semakin yakin ingin menjauhkan Kira dari 3 orang yang mengejarnya.
Atha melepaskan tangan Kira yang memegang jaketnya lalu melepas jaket miliknya dan menyampirkan jaket tersebut dikedua bahu Kira.
"Malem ini dingin." ujar Atha tersenyum kecil lalu berbalik meninggalkan Kira yang tengah dirundung rasa cemas.
"Atha!"
Atha berbalik menatap Kira yang tiba memanggilnya.
"Janji sama gue nggak akan ada luka ditubuh lo!" ujar Kira yang justru dibalas Atha dengan sebuah senyum miringnya.
Atha menatap 3 orang didepannya dengan pandangan tajamnya.
"Kami mencari non Kira bukan anda." ujar salah satu dari ketiga orang itu.
"Kira sekarang ada sama gue kalau lo mau ngambil dia lo harus hadapi gue dulu." sahut Atha membuat ketiga orang tersebut saling pandang dan secara bersamaan menyerang Atha membuat laki-laki itu dengan cepat menghindar dari pukulan itu.
Setiap pukulan yang dilayangkan mereka dengan berhasil Atha hindari. Fokus Atha kali ini menghadapi dua orang yang menyerangnya secara terus menerus hingga tak menyadari satu orang tengah berjalan menghampiri Kira.
"Non mari ikut kami. Tuan menunggu nona sekarang!"
"No! Gue nggak mau! Bilang sama tuan lo itu jangan harap gue bakal balik kalo nenek lampir itu masih hidup!" ujar Kira tajam.
"Tuan mengkhawatirkan Nona saya mohon ikut kami pulang."
"Cih khawatir? Si Tua Bangka itu? Kalau dia khawatir sama gue kenapa dia masih percaya aja sama ucapan mak lampir nggak tau diri itu!" ujar Kira. Kira semakin mengeratkan jaket Atha.
"Maaf Non saya harus bersikap kasar untuk sekarang." ujar orang tersebut dan menarik paksa Kira untuk mengikutinya.
"LEPASIN GUE BANGSAT! GUE BILANG NGGAK MAU YA ENGGAK!"
Teriakan itu mampu membuat konsentrasi Atha hingga membuat Atha mendapat pukulan dipipinya.
"Bangsat!" gumam Atha dan menyerang orang didepannya dengan membabi buta. Tatapan Atha kini menajam berusaha berkonsentrasi sekalipun mendengar teriakan Kira yang tengah mengumpat tak karuan.
"GUE BILANG OGAH JUGA OGAH! LO NGGAK BUDEK KAN?"
"EH ANJING TANGAN GUE SAKIT BEGO!"
Atha menoleh secara spontan dan segera berlari menghampiri Kira yang masih setia meronta-ronta ditarikan orang itu.
Bugh!
Satu tendangan mendarat tepat dipunggung orang yang menarik Kira hingga membuatnya terjatuh.
"Lo nggak papa?" ujar Atha menarik tangan Kira yang memerah karena tarikan kasar tadi.
"Tha pipi lo..." ucapan Kira terhenti saat tiba-tiba Atha memeluknya.
"Tha.."
"G-gue nggak papa." ujar Atha pelan lalu memejamkan matanya dipelukan Kira.
Kira tidak menyadari jika salah satu orang membawa balok kayu dan memukul Atha saat tengah sibuk memperhatikan tangannya yang memerah.
"T-tha Atha!" ujar Kira menepuk pundak Atha dengan keras namun tidak ada suara yang menyahutnya.
"THA! ATHHAAA BANGUUN!" teriak Kira memeluk tubuh Atha semakin erat dengan air mata yang mulai menetes dipelupuk matanya.
"A-atha! ATHA!!" teriak Kira tangisnya semakin keras saat merasakan tidak ada gerakan sama sekali dari seseorang yang ada dipelukannya.
Bahkak Kira tidak menyadari ada seseorang yang tengah membabi-buta memukuli ketiga orang yang mengejarnya tadi.
"Tha gue mohon bangun. Tha g-gue sayang sama lo, g-gue cinta sama lo." bisik Kira tepat ditelinga Atha.
Dan karena pernyataan tersebut membuat seseorang tersenyum didalam pelukannya.
-flashback off-
"Fan lo bisa jelasin sama gue apa maksud omongan Langit?"
Kira menatap Zefan yang tengah menelan ludahnya berbanding terbalik dengan Langit yang justru santai-santai saja.
"Jadi gini gue nggak bisa jelasin siapa Atha yang bisa gue bilang sama lo cuma satu hal." ujar Zefan membuat Kira dan Langit sama-sama menoleh menatapnya dengan rasa penasaran.
"Atha nggak sesempurna yang orang lihat dia dulu pernah jatuh didunia malam yang sering lo lakuin Kir cuma satu yang membedakan lo cuma masuk dan menikmati berbeda dengan Atha yang masuk dan ikut berpartisipasi didalamnya." terang Zefan lalu melangkah pergi memasuki ruang inap Atha meninggalkan Kira yang terdiam memikirkan semua kalimat Zefan dan Langit? Laki-laki hanya berdiri disamping Kira menemani gadis itu.
Langit tau Kira pasti syok mendengarnya.
"Kalau lo mau tau apa yang dimaksud Zefan cukup lo tanyain sama Atha gue yakin dia bakal jawab semuanya." sahut Langit membuat Kira mendongkak menatap Langit yang justru melempar wink kepadanya.
Kira masih terdiam.
"Kalau gue nanya sama Atha apa ada kepastian kalau Atha nggak bakal ninggalin gue?" gumam Kira. Dirinya terlalu takut ditinggalkan.
Apalagi dirinya telah menyerahkan hatinya kepada Atha walau Kira tidak tau kapan pastinya.
Hanya saja melihat Atha dengan perempuan lain dan melihat Atha terluka itu membuat hatinya seperti diremas.
Dan Kira dapat menyimpulkan bahwa Kira telah menaruh hatinya kepada Atha.
Ya Kira mencintai Atha.