-17-
Manere
'Banyak cara dalam mencintai ada seseorang yang mencintai dalam diam, ada seseorang yang mencintai lalu mengatakannya dan juga ada seseorang yang sejujurnya mencintai namun, tidak sadar akan hal tersebut'
Kira berjalan keluar bersama Natasha menenteng tas sekolah yang hanya berisi satu buku dan bolpoin dengan santai.
"Hangout yuk! Bosen gue diapartemen."
Natasha menoleh menatap Kira yang sibuk mengunyah permen karetnya dengan santai.
"Gunanya apa punya pacar kalo pergi aja sama temen." celetuk Natasha membuat Kira mendengus tak suka. Terkadang mulut Natasha harus diberi filter bukan cuma kamera aja yang dikasih filter mulut juga perlu.
"Sekali aja lo ngomong sama gue nggak usah pedes napa! Udah punya pacar omongannya pedes punya temen juga sama pedesnya bacotannya." ujar Kira berjalan mendahului gadis itu dengan santai.
"Mending keclub aja gimana?" ajak Natasha membuat mood Kira yang tadi turun drastis membaik seketika. Club, cuma itu tempat Kira bisa melupakan masalah yang terjadi selama ini dan Kira butuh itu sekarang.
"Tumben otak lo encer." Kira merangkul Natasha dengan semangat membuat gadis itu mendesah kesal.
Kira dan Natasha berjalan dengan santai bahkan Kira merangkul Natasha membuat gadis itu harus dengan lapang merendahkan tubuhnya. Sejujurnya Natasha dan Kira bisa dibilang tinggi Natasha ketimbang Kira namun, Kira saja yang tidak menerima bahkan dirinya pendek.
Dari kejauhan bisa dilihat seseorang atau lebih tepatnya 2 orang tengah berjalan kearah Kira dan Natasha dengan santai.
"Gue ramal kita nggak bakal jadi keclub ini." celetuk Natasha menatap seseorang yang kini menghentikan langkahnya tepat didepan dirinya dan Kira.
"Idih gue bakal tetep keclub bodoamat!" Kira mendelik tak suka namun tak berapa mimik wajah gadis itu berubah saat merasakan ada tatapan tajam kearahnya.
Atha berdiri tepat didepan Kira dengan tatapan tajamnya. Atha tidak tuli saat mendengar bahwa kekasihnya akan pergi lagi keclub.
"Pulang bareng gue." Atha meraih tangan Kira namun, dengan keras Kira menyentakkan tangan Atha hingga terlepas dari tangannya.
"Gue mau hangout sama Natasha." Kira menatap tajam kearah Atha dirinya sedang dalam mood buruk sekarang.
"Mau keclub? Itu namanya bukan hangout tapi lo mau nyabe."
Kira mendengus tak suka mendengarnya "bukannya itu keseharian gue ya? Udah dari dulu gue nyabe apa urusannya sama lo?", ujar Kira sinis. Toh, memang benar yang diucapkannya sekarang.
Atha tertegun saat mendengarnya entah mengapa dihatinya dia merasa bersalah setelah mendengarkan jawaban Kira.
"ATHA!!" seru seseorang membuat Kira mendengus tak suka saat melihat seseorang tengah berlari kearahnya. Atha tidak berbalik sama sekali laki-laki itu lebih memilih menatap Kira yang tengah memasang wajah tak suka.
"Hai Zefan!" Alika menyapa Zefan yang hanya dibahas lambaian tangan oleh laki-laki itu. Zefan tidak bisa berbuat apa-apa sekarang saat menyadari ketegangan diantara mereka.
"Tha kamu mau pulangkan? Aku boleh bareng nggak? Supir aku kejebak macet dan juga arah rumah kitakan sama." Alika menatap Atha dengan wajah berbinarnya berharap Atha menerima permintaannya.
"Noh udah diajak balik sama kesayangan jadi, gue pergi dulu." Kira tidak mau berniat berkenalan dengan Alika memang dia siapa.
Kira segera menarik Natasha untuk segera pergi meninggalkan koridor sekolah dengan santai.
"Nah apa gue bilang, kita bakal tetep keclub!" seru Kira dengan bangga seperti seorang gadis yang tidak tahu bahwa kekasihnya akan pulang bersama gadis lain. Namun kenyatannya Kira mengetahui itu hanya saja Kira tidak ingin memikirkannya.
Atau justru memikirkan hal tersebut namun, lebih baik memendamnya dan bertingkah seolah tak terjadi apapun bukan? Bukankah itu yang sering ia lakukan selama hidupnya maka bagi Kira mudah melakukannya lagi.
Melebur lara dibawah tawanya.
Hal yang sangat sering dilakukan Kira hingga saat ini.
-0-
Atha berbalik hendak mengejar Kira jika saja Alika tidak dengan tiba-tiba menahan tangannya dan mendongkak menatap Atha.
"Tha gimana?" Atha menoleh dengan wajah datarnya menunduk menatap Alika yang tengah menatapnya penuh harap. Atha sebenarnya bukanlah laki-laki yang mudah menolak permintaan seorang perempuan karena ibunya adalah seorang perempuan dan Atha sangat menghormati perempuan.
Bagi Atha perempuan adalah berlian yang harus dijaga.
Tapi, jika dengan menolak Alika bisa membuat Atha meluruskan masalah yang terjadi antara dirinya dan kekasihnya mengapa tidak? Bagi Atha Kira adalah prioritasnya sekarang.
"Gue nggak bisa, ada seseorang yang harus gue prioritaskan daripada nganter lo pulang." Athe melepaskan tangan Alika dan segera beranjak pergi meninggalkan Alika yang terlihat sedih dan hendak menangis.
Memang kejam, namun Atha haru mengatakannya agar Alika sadar akan posisinya yang hanya sebatas teman sekelas.
Alika menatap Atha yang berlari menjauhi tempat dirinya berdiri sekarang dan tersenyum tipis.
"Apa segitu pentingnya gadis itu Tha sampai lo memprioritaskan dia ketimbang gue tunangan lo sendiri." ujar Alika sendu membuat Zefan yang mendengar hal tersebut hanya bisa menepuk pundak gadis itu.
"Dari awal emang prioritas Atha gadis itu Al dan juga jangan lupa Atha nggak tau lo tunangan dia. Lo tau sendiri kenapa dia nggak tau." ujar Zefan dan berjalan meninggalkan Alika yang tengah menangis tersedu-sedu.
Sejujurnya Zefan tidak tega meninggalkan gadis itu sendirian namun, Zefan juga tidak ingin berada disisi Alika terus-menerus yang justru membuat dirinya semakin tidak bisa melupakan gadis itu.
-0-
Kira berdiri menunggu Natasha yang tengah mengambil mobil diparkiran dengan santai sambil mengunyah permen karet dan sesekali mengembungkan permen karet tersebut hingga membentuk seperti bola.
Hingga tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan memeluknya dengan erat membuat Kira terkejut dibuatnya. Kira sangat hapal bau parfume ini membuat jantung Kira berdebar dan dengan cepat mendorong tubuh orang yang seenaknya memeluknya.
"Ngapain peluk-peluk! Sana nganter cewek itu pulang, siapa namanya Malika? Eh bukan Alika eh nggak tau juga sih." celetuk Kira membuat Atha terkikik geli melihatnya.
Kekasihnya itu jika cemburu sangat menggemaskan.
"Alika." ujar Atha santai.
"Ah iya itulah, gih sana dianter tuan putrinya." ujar Kira dengan dengusan sebal namun setelah itu tersenyum dengan lebar walau itu sejujurnya terpaksa.
"Kenapa gue harus nganter dia kalau ada seseorang yang harus gue prioritaskan."
Kira tertegun mendengarnya entah mengapa dilubuk hatinya dia merasa senang saat mendengarkan hal tersebut.
"Siapa emang prioritas lo?" ujar Kira pura-pura tak tahu.
"Lo." jawab Atha singkat.
Atha meraih tangan Kira dan menggenggamnya dengan erat lalu menggiring Kira menuju parkiran.
"Kenapa lo nolak Alika?" ujar Kira tiba-tiba membuat Atha menghentkan langkahnya dan berbalik menatap Kira dengan senyum tipisnya.
Kedua tangan Atha terangkat meraih pundak Kira.
"Karna gue nggak mau lo salah paham." jawab Atha membuat Kira bingung.
"Gue? Salah paham? Nggak tuh." ujar Kira mengalihkan pandangannya kearah lain. Kira memang tidak salah paham hanya saja dirinya sedikit cemburu melihat Atha berdekatan dengan gadis itu.
Atha mengulurkan tangannya menyibak rambut Kira yang menutupi sebagian wajah gadis itu yang sedang menoleh kearah lain dan dengan pelan menarik dagu Kira agar menatapnya.
"Lo emang nggak salah paham tapi lo cemburu."
"Nggak nggak gue nggak cemburu!!" tolak Kira menepis pelan tangan Atha yang berada didagunya.
Atha menegakan tubuhnya menyembunyikan kedua tangannya didalam saku menatap Kira dengan alis terangkat.
"Kalau lo nggak cemburu berarti gue nggak papa ngasih tebengan kedia?"
Atha mengeluarkan smirk andalannya saat melihat raut wajah Kira yang berubah memerah karena menahan amarahnya.
"YA YA SILAHKAN! GIH PULANG SAMA CEWEK ITU! GIH KASIH TEB.." ucapan Kira terhenti saat Atha tiba-tiba mendekapnya dengan erat.
Atha memejamkan matanya saat memeluk Kira mencium rambut gadis itu membuat Kira yang berada didekapan Atha merasakan debaran yang sangat keras didadanya dan Kira tidak tau mengapa itu terjadi.
"Sekalipun lo nyuruh gue buat nerima permintaan gadis itu atau bahkan nyuruh gue buat ada disamping cewek manapun gue bakal nolak itu, karena fokus gue cuma lo dan cuma lo yang harus ada disamping gue bukan gadis lain." bisik Atha pelan membuat Kira terdiam mendengarnya dan tanpa sadar Kira membalas pelukan Atha dan memejamkan matanya.
'Gue nggak tau ini perasaan apa, tapi gue nyaman lo ada disisi gue Tha.'