Chereads / Ryan & Arumi / Chapter 19 - Bo'ong

Chapter 19 - Bo'ong

~POV Ryan~

Aku melihat Zul yang telah berlalu dengan mobil, dia diantar salah seorang security kami. Baiklah, saatnya bertemu dengan Rena sekarang!

Anak tangga yang berada di bagian teras rumahku ini telah lama direnovasi, sekarang ada bagian landai yang bisa kulewati dengan kursi roda, Mbak Asih sudah berada di pintu, ia menemaniku seperti biasa.

"Assalamu'alaikum," sapaku pada penghuni rumah.

"Wa'alaikum salam Ryan saaayaaanggg.....!" teriak sepupuku yang koplak.

"kenapa telepon gue gak lo angketin Ry?? Lo sengaja amat sih!!!" celotehnya dengan wajah menyebalkan.

"lagian jam sholat nelpon, salah siapa?" aku nyengir padanya.

"salah elo lah Ry!" Rena pasti selalu keukeuh seperti itu.

"jadi kenapa lo main ke sini Re? Kangen gue?" candaku sambil mendorong kursi roda mendekatinya.

"iyaaaaa gue kangen banget tauuuuu, sini gue peluk!" Rena bangkit dan mendekatiku sambil membuka kedua lengannya.

"amit gue." Aku mendorong mundur kursi roda kemudian.

"ish....! Ry jahat!", Rena memonyongkan bibirnya.

Dia selalu memanggilku dengan naman 'Ry', mungkin karena aku memanggilnya 'Re', atau mungkin juga karena dia ingin menjadi kembaranku, hehehe jangan pedulikan kegilaan Rena itu!

"eh tadi telpon diangkat gak sih? Tapi kok gak ada suara gitu?" tanya Rena dengan wajah agak serius, hmmm akhirnya... dia normal kembali.

"gak, gue gak ada angkat," jawabku sambil menggeleng.

"hmmm bentar... di ponsel gue ada nih... mana ya...." Rena mengecek sesuatu di ponselnya.

"nah ini dia!!! Tuh... diangkat kan?" Rena menunjukkan log panggilannya padaku.

"jam berapa?" tiba-tiba aku teringat sesuatu.

Rena kemudian menyebutkannya, hmmm jangan-jangan....

"kenapa Ry?" Rena menatapku heran.

"hah! Gak! Oh Mama mana?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"lagi jemput Vani," jawab Rena datar.

Apakah yang kupikirkan itu benar?

Apa yang harus kulakukan sekarang?

***

~POV Arumi~

Aru, aku lagi di luar, kamu bisa ke luar bentar gak?

Sebuah pesan dari Dita.

Eh.. Kenapa Dita sepagi ini datang ke kosanku? Ada apa?

Aku segera berlari keluar kamar dan turun ke lantai satu, membuka pintu.

"ada apa Dit? Kok pagi-pagi udah ke sini?" tanyaku agak ngos-ngosan.

"hehehe sorry Aru, aku mau ke luar kota pagi ini soalnya, jadi takut gak kesampaian aja pesan semalem," ujar Dita nyengir.

"ngapain lo ke luar kota? Pesan apa?" tanyaku penuh kebingungan.

"aku mau nyusulin Babang, disuruh Babang semalem, hehehe ada tawaran bikin brosur gitu, ya sekalian ketemu Babang juga... udah dua hari gak ketemu, oh... pesan itu tentang cowok disabilitas itu, kata Babang lusa dia main ke sini, kebetulan Babang juga udah pulang, nah kamu gimana? Jadi kan mau kenalan?" mata Dita tampak berbinar-binar.

Hah? Lusa? Kenapa harus lusa sih? Kok cepat banget?

"gimana Aru?" Dita menunggu jawabanku.

"nggggg... gimana ya Dit..." kataku ragu-ragu.

"kamu udah suka sama orang lain ya? Atau..... kamu sama Bang Ryan jangan-jangan...." Dita nyengir.

"gak lah!!! Gua sama Bang Ryan itu cuma rekan kerja, gak lebih, lagian dia udah punya cewek kok," jawabku dengan sedikit kekesalan yang masih tersisa.

"cewek? Siapa? Kok aku gak tau," ujar Dita penuh selidik.

"namanya Rena, hmm mana gua tau, lagian ngapain juga dia kasih tau lo kan?" kataku mencoba meyakinkan Dita.

"hmmm iya sih, cuma kan Bang Ryan itu deket sama Babang, Babang aja gak tau, masa sih hal yang kayak gitu dirahasia'in segala?" Dita tampak ragu.

"yah bisa aja kan, lagian gua udah tau secara langsung kok, lo percaya aja deh Dit," jelasku agak ngotot.

"hmm gitu, ya udah deh, eh berarti Aru jadi dong kenalan sama temennya Babang itu kan?" tanya Dita dengan semangat.

"hmmm ya... jadi," jawabku setelah menimbang-nimbangnya.

Ya... siapa tahu orangnya baik, sebaik Bang Ken. Aku menghembuskan nafas dengan kasar.

***

Jadwal siang ini, ke rumah Bang Abid, hah!!! Aku benar-benar malas untuk hari ini. Ingin rasanya bolos saja, tapi itu pikiran kekanak-kanakan! Ini adalah proyek yang punya target waktu, aku tak boleh begitu.

Ya... baiklah! Aku akan tetap ke sana, melakukan tugasku dan pulang kembali ke kos, itu saja! lihat Arumi! Gampang kan?

Aku mengambil kunci dari dalam tas dan segera membuka pintu mobil.

***

Mobil Bang Ryan sudah ada di sini, hmmm hatiku kembali terasa aneh, tidak mengenakkan, aku tak suka seperti ini!

Tenang Arumi! Tenang... lakukan seperti biasa, oke...

Aku mengambil nafas panjang sebelum membuka pintu kantor.

"Assalamu'alaikum," ucapku pelan.

Terdengar suara perempuan dari ruangan sebelah, aku merasa mengenal suara itu, jangan-jangan....

Hatiku tiba-tiba menjadi begitu kacau, perasaanku campur aduk sekarang.

Aku ragu untuk terus melangkahkan kaki menuju ruangan kerja, rasanya ingin saja keluar dan meninggalkan tempat ini, tapi...

Beberapa detik kemudian aku melihat Bang Ryan telah berada di ruangan tamu ini. dan tak lama kemudian seorang perempuan datang mengikutinya dari belakang.

"Aru..." sapa Bang Ryan dengan manis. Mengapa dia harus semanis itu sekarang? Menyebalkan!

"Bang Ryan," balasku mencoba setenang mungkin. Aku berusaha melengkungkan senyuman untuknya dan perempuan itu, tapi ini sulit!

"Aru, kenalin ini, sepupu aku, Rena," ujar Bang Ryan sambil menoleh pada perempuan yang berdiri di belakangnya.

Sepupu? Beneran ini?

Pikiranku malah bertambah kacau saat ini.

"hai, gue Rena... sepupu kesayangannya Ry..." perempuan itu mengulurkan tangannya sambil memberikan tatapan genit padaku.

Sepupu kesayangan? Apa-apan itu?

Aku masih menatap tangan Rena, ada keraguan di hatiku.

"hai, gua Arumi." Akhirnya aku menjabat tangan itu.

Gadis bernama Rena itu langsung memelukku.

"karna lo temennya Ry, berarti lo temen gue juga." Rena tersenyum lebar padaku.

Aku tak menjawab, pikiranku berkecamuk tak menentu, rasanya ingin marah pada diri sendiri karena malu, harusnya aku bertanya saja waktu itu pada Rena di telepon, mengapa aku begitu pengecut kemarin? Hah! Aku malah menghabiskan waktu merasakan kekesalan yang tak berguna, oh Arumi! Kebodohan apa yang kamu lakukan Hah?

"kok diam aja Aru?" tanya Bang Ryan. Ia melihatku dengan tatapan bingung.

"oh... ng... nggak... Aru pikir Rena itu pacarnya Bang Ryan," ujarku seketika.

Eh... apa yang kukatakan? Mengapa aku begitu jujur seperti ini? aduh Aru!!!!

"hehehe gak lah... kami gak mungkin pacaran dong... lagian gak enak pacaran sama Ry... dia itu dingin... kayak es," celoteh Rena sambil nyengir pada Bang Ryan.

"siapa yang dingin?" bantah Bang Ryan.

"ya lo lah, siapa lagi? Eh... lagian Ryan gak punya pacar kok sekarang, jomblo tulen, hehehe." Rena tertawa sambil melirikku sebentar.

Aku segera melirik Bang Ryan. Bukankah dia bilang waktu itu....

"bukannya Bang Ryan bilang kalo udah punya pacar?" tanyaku seketika pada Bang Ryan.

Bang Ryan tampak kaget dan segera membuang muka.

"hahaha... dia bo'ong tuh, percaya deh sama gue..." Rena mengedipkan matanya padaku.

Jadi... itu hanya bohongan, tapi kenapa? aku sungguh tak mengerti.

Tiba-tiba aku teringat pesan Dita tadi pagi.

Oh tidak!!! Perkenalan dengan temannya Bang Ken!

Aku tak benar-benar serius dengan perkenalan itu, apalagi setelah mengetahui kebenaran ini.

Ya Tuhan... bagaimana ini???

***