~POV Arumi~
Jadi semua ini rencananya Bang Ken dan Dita, hmmm. Mereka sengaja mempertemukanku dengan Bang Ryan, mereka ingin aku dan Bang Ryan bisa bersama, begitukah?
Sayangnya, itu mungkin cuma harapan Bang Ken, Dita, dan aku saja. Tidak untuk Bang Ryan! Ia tampaknya tak ingin menjalin hubungan dengan perempuan manapun untuk saat ini, dia benar-benar menutup hatinya, meskipun aku berusaha untuk memasukinya.
Ya... aku sudah menyukai Bang Ryan, mungkin sejak pertemuan pertama kami, tapi aku tak tahu perasaannya padaku.
Hmmm mengapa keadaan ini jadi rumit begini sih? Jalanan sudah mulai gelap tapi tidak dengan tatapan Bang Ryan di cafe tadi, aku masih melihatnya dengan jelas di ingatanku.
Mobil biru Bang Ken melaju di depan, aku mengiringinya menuju rumah Bang Ken yang jaraknya tak begitu jauh dari cafe, tapi jalanan agak ramai, jadi terasa lama di mobil untuk saat ini, apalagi bersama seseorang yang membuatku terus merasa canggung sejak tadi.
"Aru..." ucap Bang Ryan di sampingku.
Kenapa kami harus semobil setelah melewati situasi yang aneh tadi sore? Padahal kami masing-masing memiliki mobil.
Hmmm Bang Wahyu datang dari luar kota menggunakan pesawat, karena tujuan kami sama, yaitu rumah Bang Ken, mobil Bang Ryan pun ditumpangi oleh Bang Wahyu dan keluarganya, Zul ikut dengan mereka untuk menyetirkannya, mereka berada di mobil belakang. Ini seperti takdir yang sengaja menciptakan situasi ini untuk kami.
"ada apa Bang Ryan?" tanyaku sambil menoleh sebentar padanya dengan hati yang masih dag dig dug.
"aku minta maaf soal yang tadi ya." Bang Ryan tersenyum padaku.
Oh please! Mengapa ia harus tersenyum ketika aku menyetir mobil seperti ini? aku benar-benar bisa kehilangan fokus!
"Aru juga minta maaf ya Bang," ujarku tanpa menoleh padanya.
Beberapa detik berlalu, kami berdua larut dalam keheningan.
Namun tiba-tiba...
"hah... lucu juga mereka ya... aku masih ingat ketika Dita pertama kali ngomongin tentang temennya trus ngajakin buat kenalan," ujar Bang Ryan.
Kemana sih arah pembicaraan Bang Ryan ini? kenapa aku punya feeling aneh ya?
"waktu itu aku kira itu gila, mana ada sih cewek yang mau kenalan sama orang yang sangat kacau seperti itu," lanjutnya.
Aku masih tak bergeming, terus saja memandang ke depan.
"jadi Aru bukan cewek dong?" aku terkekeh kecil, berusaha mencairkan suasana tegang ini.
"hehehe bukan gitu... hanya aja rasanya gak masuk akal, tapi... pertama kali melihat Aru, aku ngerasa akulah yang sedang 'gila' itu, benar-benar bodoh!" Bang Ryan terkekeh.
Aku segera menoleh, tampak wajahnya begitu menyenangkan untuk dipandangi, aku bisa saja terus memandanginya, jika tak segera mengingatkan diri sendiri untuk kembali melihat jalanan di depanku.
"kenapa gila? Kenapa bodoh?" tanyaku sambil melirik sebentar.
"gila karna aku terkejut kalo semua yang kupikir tidak nyata itu terjadi, dan bodoh karna...." Bang Ryan tiba-tiba berhenti.
Aku meliriknya, memastikan dia baik-baik saja. Matanya menatapku, ia tersenyum kemudian.
"karna aku menyukai Aru sejak itu." Dia terkekeh lalu membuang muka, menatap jalanan lurus ke depan.
Aku tiba-tiba menghentikan mobil, degup jantungku tak karuan, suara klakson terdengar nyaring di belakang, setengah sadar aku kembali menjalankan mobil.
Apa barusan yang dikatakannya??? Dia menyukaiku?????? Benarkan itu?????
Jantungku berdetak terasa begitu kencang.
Apakah aku baik-baik saja?
Rasanya wajahku benar-benar panas sekarang, mungkinkah aku akan pingsan sebentar lagi?
Jangan-jangan aku mengidap sakit jantung, hehehe.
Oh my God!!!!
Ada apa dengan Bang Ryan?
Mengapa dia mengatakan itu?
Apakah ini sebuah pengakuan?
"kenapa Aru? Pengakuan yang tak pernah ingin kamu dengar ya?" ia mengerutkan kening, wajahnya mulai berubah dingin.
"hmmm aku minta maaf kalo gitu." Bang Ryan tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangannya pada jendela samping.
Astaga!!! Apa yang harus kukatakan sekarang????
Aku benar-benar gugup!!!
Rasanya ingin diam saja, tapi... itu jahat!
Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya.
Oke! Ini mungkin waktunya, aku tak boleh ragu, tak ada yang salah mengungkapkannya kan? Toh aku juga memiliki perasaan padanya.
Aku segera menepikan mobil, menata hati, mencoba menghilangkan kegugupanku, tapi tak berhasil, ah sudahlah...!
"Bang Ryan..." ucapku dengan suara yang pelan.
Dia segera menoleh padaku, tatapannya tajam, sedang menunggu apa yang akan kukatakan.
"Aru...." Ah... mengapa begitu sulit untuk berbicara saat ini? bahkan hanya sebuah kalimat sederhana, aku menarik nafas kembali, berharap aku bisa terus menyampaikan ini kepada orang yang seharusnya mendengarkannya.
Bang Ryan masih menatapku, tapi anehnya aku sudah tak merasa takut lagi dengan tatapannya, ada rasa nyaman ketika melihatnya sekarang.
"Aru sebenarnya juga udah suka sama Bang Ryan... semenjak kita bertemu pertama kali...." Akhirnya.... aku mengatakannya juga, ah... lega rasanya hati ini.
Aku tersenyum padanya.
Seketika itu juga Bang Ryan menyunggingkan senyumannya, tampak sangat manis.
Dia tak berkata apapun, aku terus menunggu reaksinya, tapi sia-sia, dia terus saja diam dan membiarkanku tenggelam dalam pikiranku sendiri.
***
Makan malam bersama di rumah Bang Ken, sedikit aneh ketika melihat tiga orang wheelchair user berada dalam satu meja yang sama, dan di sampingnya ada seorang wanita yang mendampingi, apakah aku juga akan menjadi salah satu pasangan ini? entahlah!
Yang kutahu sekarang aku dan Bang Ryan saling menyukai, itu berarti Dita berhasil mencomblangkan aku dengan seseorang yang kuharapkan sejak awal, seorang disabilitas.
Terima kasih Dita... kamu telah mempertemukan aku dengan seseorang yang spesial!
Tante Vania, Maminya Bang Ken terlihat sangat bersemangat dalam obrolannya, pantas saja Bang Ken memiliki kepribadian yang begitu positif dan ceria, ia tumbuh dalam keluarga yang sangat hangat, hmmm tak sepertiku. Tapi... aku tetap harus bersyukur karena dibesarkan di keluarga Tanteku dan mendapat kasih sayang dari sepupu-sepupuku.
"hmmm Ryan gimana ini? kapan nikah sama Arumi?" tanya Tante tiba-tiba.
Seketika aku sangat terkejut dengan itu, ada apa ini? mengapa Tante menanyakan hal aneh itu?
Aku segera melirik Bang Ryan di sampingku, pikiranku berkecamuk, antara heran, bingung, tapi juga penasaran, penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Bang Ryan.
~POV Ryan~
Heh!!!!!!!!!!!!!
Kenapa Tante tiba-tiba bertanya tentang itu padaku?????
Orang-orang yang berada di meja makan itu segera melihat padaku, apa yang harus kujawab? Aku seperti hilang akal saja sekarang!!!
Ayo Ryan!!! Pikirkan sesuatu!!!
Ini gila!!! Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan itu sekarang, aku dan Arumi baru mengutarakan perasaan kami satu jam yang lalu.
Ini sungguh terlalu cepat!!!
Aku tersenyum kaku pada Tante.
"kapan ya... belum tau Tante." Aku kemudian melirik Arumi yang mukanya tampak memerah, aku tersenyum padanya dan dia membalasnya lalu membuang muka.
"lho kok belum tau? Jangan lama-lama lho Ryan... nanti disamber orang," ujar Tante dengan nada bercanda.
"untung tadi gak disamber Mas Wahyu." Kenzo terkekeh.
Hmmm... ini dia yang bikin gara-gara sejak tadi, perlu dijitak juga kayaknya, hehehe.
"Mas mau nambah istri lagi?" tiba-tiba Mbak Farah melirik suaminya yang sedang menyendok nasi.
"Ken... ini tugas kamu ngejelasinnya!" Mas Wahyu melempar pandangannya pada Kenzo sambil nyengir.
Hmmm beginilah usaha yang dilakukan orang-orang di sekitarku agar aku dan Arumi bisa bersama, terima kasih banyak!
Aku akan memulai semua ini dengan cara yang benar, memulai hubungan yang lebih baik dengan Arumi, dan juga mulai untuk mencintainya.
***