~POV Ryan~
"Bang Ryan..." sapa Dita, dia tersenyum padaku, tampak tak sedikitpun terkejut.
Arumi hanya tersenyum tipis, sorot matanya penuh keraguan, mengapa ia tak menyapaku?
"Dita, Arumi, ayo masuk," ajak Kenzo ramah pada dua gadis itu.
Mereka berdua mengangguk dan segera duduk.
"kenalin ini Mas Wahyu." Kenzo melirik Mas Wahyu sebentar.
Mas Wahyu tampak menyatukan kedua telapak tangannya yang masih terkepal itu, sepertinya dia tak ingin menyentuh perempuan. Dia melakukannya pada Dita dan Arumi.
Dita terlihat santai, seakan pernah berkenalan dengan Mas Wahyu sebelumnya. Namun Arumi sedikit terkejut awalnya, meskipun pada akhirnya dia tersenyum pada Mas Wahyu.
Aku teringat saat pertama kali kita bertemu dulu, sekarang Arumi juga tampak seperti itu. Dia memang selalu ramah di setiap perkenalan, hmmm mungkin aku terlalu menganggap lebih sikap baik Arumi waktu itu.
"jadi ini yang namanya Arumi itu ya?" tanya Mas Wahyu sambil terus tersenyum pada Arumi.
Ternyata itu benar! Dialah yang akan dikenalkan Kenzo dengan Arumi itu, tapi.. mengapa Kenzo mengajakku juga ke sini? Apakah dia sengaja membuatku melihat perkenalan ini, menyadari kebodohanku dulu yang pernah melukai perasaan Arumi, dan membiarkannya sendirian sekarang? Atau... Kenzo memang tak merencanakan apapun dan semua ini terjadi begitu saja?
Jadi, ini alasan Arumi menanyakan jadwalku sore tadi? dia ingin mengajakku pada pertemuan ini, tapi mengapa? Dia ingin mengenalkanku pada lelaki disabilitasnya, begitu?
"iya Mas Wahyu, ini Arumi yang aku ceritain waktu itu." Kenzo mengangguk-angguk dan melemparkan tatapannya pada Arumi.
Sial! Apa yang kulakukan di sini? Melihat mereka saling kenal dan bertukar nomor ponsel? Ah... lebih baik aku pulang saja!
"ternyata Arumi lebih cantik kalo ketemu langsung ya..." Mas Wahyu memberikan senyumannya pada Arumi.
Oh... jadi pakai cara cepat nih...
Oke, mari kita lihat apa yang bisa dilakukannya.
Meskipun dia bersikap jauh lebih ramah daripada aku dulu, tapi secara teori kita sama saja, sama-sama cacat!
"makasih Bang Wahyu." Arumi terlihat tersipu malu. Mengapa dia harus begitu? Dia kan memang selalu cantik, seharusnya dia tak perlu bertingkah konyol seperti itu!
Tak lama berselang, Arumi melirik padaku, sorot matanya tajam, aku tak mengerti apa maksudnya, tapi hatiku terasa aneh, aku pun membuang muka.
"Aru ini masih jomblo loh Bang Wahyu," ujar Dita sambil nyengir.
Ah... aku juga ingat cara Dita mempromosikan Arumi padaku dulu, ini hampir sama, ya... meskipun kami harus bertengkar setelah itu.
"oh ya? Kok rasanya Bang gak percaya ya?" Mas Wahyu melihat Arumi dengan tatapan menggoda. Tampangnya boleh saja terlihat alim, tapi dia mungkin saja seorang playboy, Arumi...! kamu harusnya lebih peka dengan itu, dia tak seperti kelihatannya!
"Aru emang jomblo kok Bang Wahyu, kalo gak percaya tanya aja sama Bang Ryan, kami temen kerja, jadi dia lebih tau." Arumi menatapku sangat dalam.
Sekarang semua mata tertuju padaku, apa yang mereka tunggu? Pengakuan dan dukungan dariku, hah! Ini benar-benar menyebalkan! Mengapa Arumi ikut menyeretku dalam perkenalan bodoh ini!
"ya, itu benar, dia masih jomblo," jawabku singkat.
Aku membalas tatapan Arumi, aku tak takut dengan sorotan matanya yang menantang itu.
"oh... ternyata emang benar ya? Kalo Ryan bagaimana? masih jomblo juga?" tanya Mas Wahyu padaku, dia juga memasang tampang ramahnya yang sekarang mulai membuatku muak.
"bagaimana kalo kita tanya sama rekan kerja gue, kira-kira gue masih jomblo apa gak?" aku menatap Arumi tanpa senyuman.
Saatnya berganti, tatapan mata sekarang menuju pada Arumi yang sepertinya tak memprediksi itu, dia menatapku sambil menggeleng pelan, seakan ada yang ingin dikatakannya, tapi aku tak mengerti, atau... aku hanya pura-pura tak mengerti.
Arumi menarik nafas panjang dan menghembuskannya, dia mengalihkan tatapannya dariku, dia kemudian tersenyum.
"Bang Ryan udah punya pacar, ada di luar kota, dia gak jomblo dong," katanya sambil tersenyum pada Mas Wahyu. Ia tampak santai memberikan jawaban itu.
Mengapa Arumi mengatakan itu? bukankah semua telah jelas, aku berbohong tentang pacaran itu, dan dia telah mengetahuinya, tapi mengapa begini?
Arumi sengaja menjawab seperti itu di depan orang-orang ini? untuk apa?
Oooh... agar dia bisa dengan mudah melanjutkan perkenalan ini?
Jadi Arumi menyukai Mas Wahyu? Dan dia tak ingin cerita tentangku menjadi penghalang, begitu?
Hmmmm.... baiklah!
Tapi... sayangnya tak semudah itu Arumi!
"hehehe Arumi bisa aja, gue masih jomblo kok Mas Wahyu." Aku terkekeh pada Mas Wahyu, kemudian memberikan tatapanku pada Arumi.
"beneran Bang Ryan?" tanya Dita seketika.
Aku mengangguk, memberikan senyuman termanisku pada Dita.
"nah kan bener apa yang aku bilang waktu itu, Aru..." Dita menoleh pada Arumi yang duduk di sampingnya.
Arumi menoleh pada Dita dengan wajah kaget, mungkin dia terkejut karena tak seharusnya Dita mengatakan itu sekarang, sepertinya mereka pernah membicarakanku, hehehe.
"kenapa Aru? Aku bener kan? Bang Ryan itu belum punya pacar, masih jomblo," lanjut Dita dengan wajah polosnya. Bagus Dita! terus buat Arumi malu!
"Dit!" Arumi berbisik sambil memberi kode dengan matanya pada Dita.
Dita terkejut, dia segera melirikku, aku tersenyum padanya.
"jadi kalian berdua masih jomblo?" Mas Wahyu tampak tak begitu terkejut dengan itu, dia menatapku dan Arumi bergantian sambil tersenyum.
Aku segera menatap Arumi, menunggu dia memberi pengakuan terlebih dulu.
"iya Mas Wahyu, dua orang temen kami ini masih jomblo, Mas punya ide gak?" canda Kenzo.
"ah iya... Bang Wahyu punya solusi gak, biar Arumi dan Bang Ryan gak jomblo lagi," timpa Dita sambil nyengir padaku dan Arumi.
"lha... kan gampang, kalian tinggal jadian aja berdua, hehehe." Mas Wahyu terkekeh.
Apa maksudnya? bukannya dia sedang mencari seseorang untuk dijadikan istri? Lalu mengapa dia mengatakan itu?
"Mas Wahyu bisa aja, yang lagi kenalan kan Mas kok gue yang dilibatin," ujarku ikut terkekeh.
"lho... emang kenapa? Kan Mas cuma kenalan aja toh." Mas Wahyu terlihat heran padaku.
Iya kenalan, lalu kenapa dia bilang begitu? Aku sungguh tak mengerti.
Aku melirik Arumi yang ternyata juga melirikku, tatapannya mungkin tak kalah heran denganku.
"hmmm kayaknya ini udah mulai gelap, mending kita main ke rumah, sholat sekalian dinner, kan gak ribet kayak di sini," ajak Kenzo.
"ide bagus, jadi Farah dan Syifa bisa istirahat sebentar," kata Mas Wahyu sambil mengangguk-angguk.
Farah dan Syifa? Siapa mereka?
"Kak Farah sama Syifa mana Bang?" tanya Dita.
"lagi diajakin ke taman kota sama Mayang tadi," jawab Mas Wahyu.
"siapa Dit?" tanya Arumi yang tampak bingung.
"oh itu... istri dan anaknya Bang Wahyu, mereka cantik-cantik, iya kan Bang?" Dita mengedipkan matanya pada Mas Wahyu.
Istri? Anak?
Lalu untuk apa pertemuan ini?
Mas Wahyu hanya tersenyum.
Beberapa detik kemudian pintu digeser dari luar.
"Abi...!!!" teriak seorang gadis kecil dari balik pintu.
"Assalamu'alaikum malaikat Abi..." ujar Mas Wahyu pada gadis lucu yang berjilbab itu.
"Wa'alaikum calam Abi...." gadis itu mengejar Mas Wahyu dan segera memeluk kakinya.
Meski terlihat sedikit kesulitan, Mas Wahyu tetap berusaha menaikkan gadis kecil itu ke pangkuannya, gadis kecil itu tersenyum manis padanya.
Di pintu masih berdiri seorang perempuan yang memiliki tatapan sendu dengan jilbab yang terjulur lebar.
"ayo masuk Farah..." Mas Wahyu tersenyum pada perempuan yang tampak sedang berbadan dua itu.
"kenalin... ini istri dan anakku," ujar Mas Wahyu seketika.
Tunggu dulu! Apa yang sebenarnya terjadi sekarang?
***