Di dalam bioskop, Fall hanya diam. Terlihat sekali suami Thella itu sedang sedikit marah. Thella menyadari perubahan air muka Fall. Segera ia meraih jari jemari Naufal dan mengaitkannya dengan kelima jarinya.
"Jangan marah. Aku tidak akan tergoda padanya," Bisik Thella di telingan Fall. Perlahan Naufal mengeratkan genggaman tangannya dan menatap Thella, lalu tersenyum.
Fall sebenarnya bukan marah pada Thella. Ia hanya sedang kesal pada David yang menyebut Thella sebagai calon istrinya. Ingin rasanya ia membuat wajah lelaki itu babak belur, tapi ia takut akan menjadi masalah untuk Thella di kemudian hari.
Naufal juga tidak mengerti, kenapa ia tidak ingin Thella di sentuh oleh laki-laki lain. Mungkinkah ia benar-benar jatuh cinta pada Thella? Memang wanita yang ada di sampingnya itu sudah membuatnya nyaman dan hangat.
Sesudah nonton...
"Fall, aku suka. Filmnya romantis unyu gitu ya. Gemes banget, rasanya aku seperti melihat kamu deh, tapi bedanya Eggy terlalu imut, kamu terlalu dingin," Ledek Thella pada Fall yang sepanjang keluar dari Bioskop tidak melepaskan gandengan tangannya.
"Bagus, kalau kamu suka. Aku jadi tidak sia-sia membawamu ke sini. Mau makan?" Thella memandang Naufal lekat, ia gemas pada suaminya itu. Mengajak istrinya makan, tapi nadanya seperti sedang marah.
"Mau, mau banget dong. Kapan lagi, bisa makan malam berdua dengan suamiku yang tampan ini," Thella tetap cuek dengan gaya bicara Fall. Dia sudah terbiasa dengan sikap Fall dan meresponnya dengan ceria.
"Ada rekomendasi tempat makan yang enak?" Setiap jalan bersama Fall, Thella harus mempunyai tempat yang bagus untuk di kunjungi, karena suaminya pasti akan menanyakan tentang rekomendasi tempat.
"Ke Blue's Cafe aja. Di sana tempatnya romantis dan makanannya enak," Thella mengusulkan tempat itu dengan ceria. Ia pernah sekali makan di sana di traktir teman kerjanya, makanannya memang enak, tapi harganya sedikit mahal. Tapi kalau Fall di ajak ke sana, ia yakin tidak mungkin Naufal akan keberatan.
"Baik. Kita ke sana," Naufal menggandeng Thella sampai di depan pintu mobil dan membukakan pintu untuk istrinya itu. Sementara ia sendiri, segera naik ke dalam mobil dan mengemudikannya meninggalkan Bioskop.
"Kenapa tadi kamu terlihat kesal saat di dalam Bioskop?"Thella menanyakam ekspresi kekesalan Fall saat di dalam Bioskop tadi.
"Aku tadi hanya kesal pada lelaki itu, berani sekali dia, memegang tanganmu dan mengaku sebagai calon suamimu," Omel Fall kesal.
"Dia dulu temanku saat kuliah. Memang menyukaiku, hanya saja papa tidak merestui hubungan kami. Dia anaknya sedikit berandalan dan nakal," Curhat Thella pada Naufall, pria itu tampak cemas saat mengetahui lelaki yang baru saja bermasalah dengannya itu adalah seorang berandalan.
"Jika lain kali dia macam-macam padamu, segera hubungi aku." Fall mengaktifkan mpde siaganya. Ia sungguh tidak ingin siapapun menyentuh Thella. Karena, wanita itu adalah miliknya saat ini.
"Dia tidak mungkin akan melukaiku, Fall. Tapi menculikku, itu sangat mungkin," Ledek Thella. Fall gusar, tapi tentu kata-kata Thella membuatnya was-was. Di sentuh saja tidak boleh, apalagi di bawa lari.
"Tidak ada yang boleh menyentuhmu, kecuali aku," Katanya dengan nada yang menyeramkan.
"Sekarang aku paham, kamu sudah jatuh cinta padaku, suami dinginku..." Thella menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Fall dan memeluk lengan lelaki itu.
"Pakai sabuk pengamanmu," Naufal mengingatkan, seolah sedang mengusir Thella dari sisinya.
Thella tidah kabis pikir, pernikahan mereka sudah berjalan cukup lama, tetapi Naufal tidak pernah menyentuhnya layaknya seorang istri.
Apa mungkin Naufal tidak normal ya? Sudah sebulan lewat menikah, tapi dia tahan hanya melakukan pelukan dan ciuman saja, aku jadi merasa curiga, jangan... jangan... Batin Thella berkecamuk. Ia berusaha menepis pemikiran itu.
"Fall..."
"Hmm..."
"Aku boleh tanya sesuatu? Tapi pertanyaanku agak sensitif, jadi jangan salah paham," Thella penasaran juga, dan ingin menanyakan langsung pada Naufal, ia tidak ingin hanya menduga-duga.
"Apa yang ingin kamu tanyakan? Tanyakan saja," Sahut Fall masih dengan fokus menyetir.
"Kenapa kamu belum menyentuhku layaknya seperti seorang istri sampai hari ini?" Pertanyaan Thella ternyata mengejutkan Naufal, ia sampai mengerem mobilnya secara mendadak.Untung saja, suasana jalan sedang tidak ramai.
"Itu karena, aku... tidak tahu, darimana harus memulainya. Pasti kamu berpikir, aku tidak normal kan?" Naufal membaca apa yang ada di pikiran Thella. Memang itu yang ada di pikiran wanita di sampingnya. Thella tertawa mendengar jawaban Naufal.
"Jadi, itu alasannya. Kamu benar, aku hampir saja mengira kamu tidak normal. Makanya, aku menanyakan langsung padamu. Supaya aku tidak berpikiran yang tidak-tidak lagi." Thella mengungkapkan alasan ia menanyakan hal itu pada Naufal, agar lelaki itu tidak salah paham.
"Apa kamu sangat ingin melakukannya?" Pertanyaan Naufal ini sangat menggelitik hati Thella. Seolah Fall menganggap wanita itu sedang birahi dan ingin ia segera menidurinya.
" Kenapa sampai berpikiran begitu, Fall? Aku sekedar bertanya. Aku hanya bertugas melayanimu, aku tidak akan memaksamu. Semuanya terserah padamu saja," Thella jadi tersipu malu. Dia yakin, saat ini Naufal yang salah paham padanya.
"Maaf, aku juga jadi berpikir yang tidak-tidak. Baiklah, kita lanjut ke Blue's Cafe saja," Naufal kembali mengemudikan mobilnya. Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing.
Naufal beranggapan bahwa, selama ia belum menandai Thella, ia masih merasa takut kehilangan gadis itu. Tapi ia selalu berusaha, hanya saja ia bingung harus memulainya dengan cara seperti apa. Ia sangat gengsi untuk mengajak Thella melakukannya, sementara Thella menurutnya terlalu pasif. Ia justru berimajinasi, istrinya itu mau menggodanya. Tapi Fall tahu, itu tidak akan mungkin.
Isi pikiran Thella, saat ini Naufal pasti berpikiran kalau dirinya mesum. Padahal jelas-jelas ia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya ingin menanyakan apa yang ada di benaknya. Sebagai seorang istri, apalagi ia baru saja di akui oleh Naufal, ia tidak mungkin melakukan hal yang bertujuan untuk menggoda suaminya, apalagi dengan sikap Naufal yang sangat datar, itu membuatnya sedikit canggung.
"Fall, apa aku boleh bekerja lagi?" Thell sengaja mencari topik pembicaraan lain, supaya lebekuan diantara mereka mencair.
"Kamu bisa bekerja di perusahaanku, menjadi asisten pribadiku. Aku tidak mengizinkanmu bekerja di luar jangkauanku," Jelas saja, Naufal tidak bisa melepas istrinya yang cantik untuk bekerja di perusahaan lain. Apalagi sekarang ada David, lelaki pengganggu yang mungkin bisa saja mengambil Thella dari sisinya.
"Kenapa aku tidak boleh bekerja selain di perusahaanmu?" Thella ingin tahu jawaban apa yang ia dapatkan dari Naufal.
"Aku... tidak bisa jauh darimu. Aku mulai selalu was-was saat jauh darimu. Aku tidak tahu, ini perasaan apa. Aku tidak ingin kamu jauh dari wilayahku," Naufal masih bingung dengan perasaannya sendiri. Jelas-jelas ia jatuh cinta pada Thella dan takut kehilangan dia.
"Baiklah, aku akan mempertimbangkannya." Thella menghela nafas panjang. Ia senang, Naufall telah jatuh cinta padanya, sebaliknya ia sebenarnya tidak ingin bekerja di perusahaan suaminya sendiri. Ia takut tidak profesional.