Chereads / My Workaholic Husband / Chapter 16 - Chapter 15

Chapter 16 - Chapter 15

Cup...

Thella mencium pipi Naufal. Ia sudah menyiapkan semua keperluan pria itu, sepatunya pun sudah mengkilap. Sarapan juga sudah siap. Tapi mungkin karena semalam pulang dari jalan-jalan jam 00.15 jadi Fall bangunnya kesiangan, bahkan alarmnya sudah bunyi berulang.

"Selamat pagi, pangeran dinginku. Tumben alarm udah bunyi berulang belum bangun," Fall mengerjapkan matanya berulang-ulang. Ini pertama kalinya Thella membangunkannya dan lagi, dengan cara yang romantis.

"Masih ngantuk," Keluhnya sambil kembali memejamkan mata.

"Aku kelitikin nih kalau nggak mau bangun, nanti kamu telat, alarmmu sudah bunyi berulang loh," Thella dengan sabar membangunkan suaminya yang malas bangun seperti anak TK.

"Iya aku bangun, mana handukku," Thella ngakak karena Fall benar-benar susah membuka mata. Maklumlah, dia tidak pernah tidur larut malam sebelumnya, mungkin ini baru pertama kalinya.

"Nih, Handuknya. Sana mandi," Thella mendorong tubuh Fall agar meninggalkan tempat duduknya di pinggir ranjang.

Naufal sempoyongan menahan kantuknya, sampai tidak sengaja keningnya terbentur pintu kamar mandi yang masih tertutup.

"Auuwwh..!" Naufal jatuh tersungkur, barulah ia benar-benar terbangun dari tidurnya.

"Fall, Kan udah aku bilang, bangun. Jangan jalan sambil tidur. Luka kan jadinya kepala kamu. Gih, sana mandi, biar nanti aku obatin luka di kepalamu." Thella geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Fall, sementara Naufal langsung bangkit setengah sadar dan masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, Naufal keluar dari kamar mandi dengan jidat yang memar. Thella segera mengambil kotak P3K dari lemari khusus untuk obat-obatan dan segera membersihkan luka yang ada di jidat suaminya itu.

"Lain kali tidak usah jalan sampai larutlah, bisa-bisa benjol semua wajahmu, kalau setiap hari pulang larut malam," Omel Thella sambil menempel plester ke kain kasa dan menempelkannya ke jidat Fall.

"Maaf, jangan omelin aku. Sudah kepalaku sakit, di omelin juga," Keluh Naufal segera bangkit dari duduknya dan berniat memakai baju.

Ini pertama kalinya Thella melihat Naufal bertelanjang dada. Ia sangat mengagumi bentuk tubuh suaminya yang menurutnya indah, meskipun ia tidak pernah melihat pria itu berolah raga. Tanpa di sadari, tangan Thella bergerak memegang dada Fall. Ia merasa takjub, ini pertama kalinya ia menyentuh bagian tubuh laki-laki yang menurutnya pribadi.

"Thella, kamu kenapa?" Kalimat yang di ucapkan Fall membuat Thella kaget dan menarik kembali tangannya dan mengibaskannya seolah habis tertempel sesuatu.

"Maaf, aku tidak bermaksud melakukan apapun, aku.."

Greep..

Naufal menarik Thella ke dalam pelukannya. Kedua tangan Thella otomatis menempel di dada Fall. Jantung mereka berdegup kencang. Naufal kembali mengecup bibir manis Thella. Mereka berdua terjebak dalam nuansa pagi yang begitu romantis.

'Baby Boy watashi wa koko ni iru yo...

Dering ponsel Naufal menyudahi adegan romantis di antara mereka berdua. Fall segera mengakhiri ciumannya dan menerima panggilan.

Thella cepat-cepat keluar dari kamar dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan Naufal. Ia sangat gugup, pikirannya sudah teracuni oleh virus mesum yang mulai menyebar ke otaknya. Untung saja dering telepon segera membuat adegan morning kiss itu berakhir.

"Kenapa kamu tampak gugup?" Entah sejak kapan, tiba-tiba Naufal ada di sampingnya. Membuat Thella jadi lebih salah tingkah lagi.

"Ti-tidak apa-apa. Kamu mau minum apa?" Thella berusaha tenang.Ia tidak ingin kegugupannya terbaca oleh Naufal.

"Aku mau teh manis, roti tawar isi telur mata sapi setengah matang," Fall berusaha tenang seperti biasa. Dia menyadari kegugupan yang sedang di alami oleh Thella. Ia tidak ingin membuat gadis itu semakin salah tingkah.

"Hari ini aku pulang agak telat, jadi tidak perlu menungguku pulang. Segera tidur saja," Pesan Naufal sambil membaca koran hari kemarin. Setiap hari seperti itu, koran kemarin di baca hari ini dan koran hari ini di baca besok. Mata Fall membulat saat membaca sebuah judul artikel yang menurutnya menyinggung dirinya.

Tidak pernah di beri nafkah batin, seorang istri pergi meninggalkan rumah suaminya.

Bagaimana kalau Thella juga meninggalkan aku gara-gara hal ini? Tapi sepertinya dia bukan tipe wanita seperti itu. Tadi pagi.. bukannya dia meraba dadaku? Atau jangan-jangan itu kode kalau dia sebenarnya ingin melakukan itu denganku? Aish! Fall, hentikan otak mesummu! ini hanya artikel, Thella tidak akan seperti itu. Tapi mungkin saja, Hufh!

"Fall, ini sarapan sesuai permintaanmu," Thella datang dengan sarapan sesuai dengan permintaan Naufal, sementara Fall langsung melipat koran itu dan menjauhkannya darinya.

"Thella, kalau bisa, nanti malam, tunggu aku pulang." Naufal tahu, Thella pasti curiga dengan kalimatnya, karena tadi baru saja ia mengatakan agar Thella tidur duluan. Tapi, ia malam ini harus melakukannya, dia tidak ingin di hantui perasaan aneh dan ketakutan kehilangan Thella.

"Apa ada hal penting? Baiklah, aku akan menunggumu pulang,"Thella merasa sikap Naufal berubah sedikit lain. Dia belum lupa, tadi pria itu bilang agar tidur duluan, tapi beberapa menit kemudia, ia malah memintanya menunggu.

"Ya, sangat penting. Jadi tolong, tunggu aku." Naufal segera menyelesaikan sarapannya dan bergegas pergi ke kantor.

Thella mengantarkan kepergiannya sampai depan pintu. Sebelum ia pergi, ia menyempatkan diri memeluk Thella dan mengecup kening gadis itu sekilas.

"Jaga diri baik-baik. Jangan takut, aku sudah memasang CCTV di berbagai sudut. Tidak akan ada orang jahat yang akan lolos jika mengganggumu." Naufal melangkah ke arah mobilnya, Thella memandangi pria itu sampai ia membawa mobilnya berlalu dari hadapannya.

Thella masih kepikiran, mengapa Naufal memintanya menunggu dia pulang. Seingatnya hari ini dia tidak membuat masalah apapun, tapi sikap Naufal seolah ada hal yang sangat penting, tapi itu apa?

Ia nenepis semua kegalauannya dan kembali ke dapur untuk membereskan bekas sarapan Naufal. Saat menyentuh koran yang tadi tiba-tiba di lipat oleh Naufal, ia penasaran dan membaca. Thella pun terfokus pada artikel yang sama dengan yang di baca oleh Naufal.

"Jangan-jangan, Naufal menyuruhku menunggunya, untuk melakukan itu. Aduh, aku belum siap, panik, aku harus apa? Apa aku harus menolaknya? Tidak, pasti dia akan marah. Lalu aku harus apa? Pura-pura ketiduran? Dia tidak sebodoh itu, Lalu aku harus bagaimana?!" Thella heboh sendiri, bicara seorang diri sambil mondar-mandir di sekitar meja makannya dengan tidak jelas.

Alhasil, seharian itu Thella lewati dengan kegelisahan tidak berujung. Ia bingung harus berbuat apa. Dalqm lubuk hatinya ia merasa bahagia karena Naufal benar-benar menganggapnya seorang istri, tapi di sisi lain, ia masih belum siap melakukan sesuatu dengan pria dingin itu. Ia masih terlalu nyaman berhubungan layaknya sahabat dengan suaminya.