Naufal menatap wajah Thella secara terperinci. Ia baru menyadari hari ini, istrinya sangat cantik. Ia memang terlalu menghabiskan banyak waktu hanya untuk bekerja, sampai ia lupa telah memiliki pasangan hidup yang secantik bidadari.
"Thella, maafkan aku..." Ya, kata itu memang pantas untuk ia ucapkan. Untuk semua kesalahan yang pernah ia lakukan pada Thella.
"Maaf untuk apa, Fall?" Thella balas memandangi wajah Naufal lekat-lekat. Ia seperti baru mendengar Fall berkata selembut itu padanya.
"Untuk semua tingkah dan sikapku yang tidak menyenangkan," Fall membelai rambut istrinya perlahan.
"Aku sudah menerima semuanya, bahkan, sikap dinginmu jadi favoritku, bikin kamu jadi beda, karena kamu dingin, aku jadi makin sayang," Thella tersenyum manis, membuat Thella tampak lebih mempesona lagi di mata Naufal.
"Cewek aneh, semua mantanku bahkan membenci sikapku, tapi kamu malah menyukainya," Fall merasa aneh dengan sikap Thella yang menyukai sikap dinginnya.
"Justru karena aku aneh, jadi spesial untukmu, iya kan?" Thella berkata demikian dengan nada manja pada Naufal, untuk kesekian kalinya pria dingin itu tersemyum padanya.
"Benar, hanya kamu yang mampu membuat aku simpati, Thella. Kamu menerima aku apa adanya. Tidak pernah menuntutku untuk menjadi orang lain," Naufal terus memandangi wajah Thella, ia tidak merasa bosan sedikit pun.
"Kamu bukan Ultraman atau pun Power Rangers jadi nggak perlu berubah. Seiring waktu, rasa sayangku sama kamu, justru semakin besar. Kamu tahu, Naufal, aku tidak pernah menggilai seseorang seperti aku menggilaimu. Meskipun kamu cuek, kamu sukses merebut hatiku," Thella berkat apa adanya. Meskipun Naufal cuek dan dingin, tapi sikapnya yang seperti itu justru menarik perhatiannya.
"Terima kasih, sa-yang," Untuk mengucapkan kata sayang saja, tenggorokan Naufal terasa tercekat.
Dalam hatinya, Thella merasa kegirangan, pada akhirnya, lelaki dingin itu bisa juga memanggilnya sayang. Begitu saja sudah membuat hatinya berbunga-bunga.
"Naufal, wajahmu sangat tampan. Apalagi saat tersenyum, membuat hatiku meleleh melihatnya," Thella menyentuh wajah Naufal perlahan dengan jari jemarinya. Bulu kuduk Fall meremang karena perlakuan Thella.
Naufal menurunkan tali baju Thella melalui bahunya. Secara otomatis, baju Thella ikut melorot dan membuat Thella secepat kilat menyila
ngkan kedua tangannya agar Naufal tidak bisa melihat area sensitifnya.
"Maaf, Thella. Aku tidak bermaksud untuk melakukan itu, aku..." Naufal sangat malu, ia merasa melakukan hal yang tidak pantas ia lakukan. Ia juga mengagumi keindahan yang di miliki istrinya.
"Ti-tidak usah minta maaf, aku hanya belum terbiasa saja, meskipun sebenarnya aku juga malu," Pipi Thella memerah karena menahan malu terhadap Naufal.
"Thella.. apa aku boleh..." Naufal tidak bisa mengucapkannya. Sulit sekali bagi naufal untuk berbicara sedikit romantis. ia terlalu terbiasa bersikap lurus, dalam bicara pun dia seperti itu.
"Kamu mau apa? Coba katakan, kalau mau yang kamu maksud 'itu' jawabannya, boleh." Thella menuntun Naufal untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan. Ia paham, Naufal berbeda dengan dirinya, ia lebih tertutup karena keluarganya. Thella ingin menjadi seseorang yang membuat Fall nyaman.
Naufal tidak mengajukan pertanyaan lagi, karena pertanyaannya sudah tertebak dengan benar dan di setujui oleh Thella. Ia tanpa ragu memulainya dengan mendaratkan ciuman bertubi-tubi pada istrinya itu.
Skip adegan. Silahkan kalian perkirakan sendiri adegan mereka selanjutnya. Tentu saja adegan selanjutnya merupakan momen romantis yang biasa di lakukan oleh pasangan yang sudah menikah.
"Aw, sakit Fall, pelan-pelan dong...!" teriakan Thella mengisi seluruh ruang kosong di dalam kamar itu.
"Maaf, aku akan melakukannya perlahan," Naufal berusaha memperlambat ritme permainannya. Dia merasa sangat menyesal tidak melakukannya sejak awal dengan Thella. Ternyata rasanya sangat luar biasa.
Pagi harinya...
Naufal telah bersiap untuk ke kantor. Ia sengaja tidak membangunkan Thella. Untuk pertama kalinya setelah menikah dengan Thella, ia menyiapkan semua keperluannya sendiri.
"Fall, kenapa kamu tidak membangunkan aku?" Thella bangkit dari tidurnya dan mengganti posisi menjadi duduk, sambil menarik selimut untuk menutupi dirinya.
"Aku pikir, kamu kelelahan. Jadi aku biarkan kamu tidur. Aku sudah memasak sesuatu untuk kita sarapan. Mandilah, lalu temani aku makan," Fall mengatakan itu sambil mengancingkan kemejanya. Hari ini dia merasa lebih baik.
Rasa ketakutannya kehilangan Thella sedikit berkurang. Ia telah melakukan tugasnya sebagai seorang suami. Lagipula ia yakin, Thella bukan tipe wanita yang seperti itu. Dia tidak mungkin akan meninggalkannya begitu saja.
"Fall, itu tugasku. Seharusnya kamu bangunkan aku saja, maaf ya, aku tidur terlalu pulas. Sampai aku tidak bangun pagi dan menyiapkan keperluanmu," Thella merasa bersalah karena tidak bisa menjalankan rutinitasnya setiap hari. Bahkan, Fall sampao memasak sesuatu untuk sarapan mereka.
"Setiap hari, kamu sudah melayaniku dengan baik. Jadi apa salahnya, sehari saja aku membalas kebaikanmu," Naufal selalu mengatakan sesuatu dengan cara bicaranya yang khas. Tapi akhir-akhir ini memang lebih manis.
"Terima kasih, Fall. Kalau begitu, aku mandi dulu. Tunggu aku, aku akan cepat, dan segera menemanimu makan," Thella segera mencari bajunya dan melarikan diri ke kamar mandi.
Naufal menunggu Thella di ruang tamu, sambil membaca tumpukan e-mail yang masuk. Ia sebenarnya ingin segera menyelesaikan pekerjaannya agar menyisip dan selesai tepat waktu, sebelum ia berangkat bulan madu.
Naufal masih terbayang kegiatan semalam bersama Thella. Rasanya ia ingin mengulangnya lagi, tapi sudah pasti ia harus menyiapkan diri dulu sebelum menyatakan keinginannya pada Thella.
"Fall, aku sudah siap. Ayo kita sarapan," Thella mrnghampiri Naufal. Pria itu terpana, selalu saja wanita itu terlihat menawan di matanya.
"Baiklah, ayo..." Naufal bangkit dan merangkul pinggang Thella menuju meja makan. Thella merasa ini sangat romantis. Meskipun hanya hal biasa yang Fall lakukan.
"Fall, aku ingin bekerja di perusahaan lain saja. Aku mohon, kamu mengizinkan aku. Aku hanya ingin profesional." Thella akhirnya bisa mengungkapkan keinginannya dan berharap Naufal mau mengabulkan harapannya.
"Baiklah. Kamu boleh bekerja di perusahaan lain. Tapi lain kali, kalau kamu berubah pikiran, kamu boleh masuk ke perusahaan kita, kapanpun." kalimat yang di ucapkan Naufal membuat Thella tertegun. Kata "kita" membuat ia merasa di anggap penting oleh Naufal.
"Terima kasih banyak, Fall. Aku akan menjaga kepercayaanmu dengan baik." Thella sangat senang, Naufal mau mengabulkan keinginannya. Ia berjanji di dalam hati, tidak akan membuat Fall kecewa.
"Semua yang aku lakukan bertujuan untuk membuatmu nyaman dan bahagia. Thella, jangan pernah meninggalkan aku, apapun alasannya." Fall memandang Thella dengan tatapan penuh harap. Sungguh, Fall tidak ingin kehilangan wanita yang ada di hadapannya itu.
"Jangan takut, Aku tidak akan meninggalkanmu. Kamu suami terbaikku, Fall." Thella mengembangkan senyumnya, Naufal lega, dan membalas senyuman Thella dengan hangat.
Baik Thella atau Naufal, mereka berharap agar dapat mempertahankan rumah tangga mereka sampai kapanpun. Mereka sudah saling menyayangi juga mencintai. Author juga berharap seperti itu 😘