"Jadi ini tempat tinggalmu sama Fall? Gila, gede banget ini rumah, ga cocok di bilang apartemen, mewah luar biasa," Vanya hari itu datang mengunjungi Thella.
Memang, tempat tinggal milik Naufal ini sangat besar. Ada tiga tingkat, mereka tinggal di lantai dasar. Entah apa fungsi dari lantai dua dan lantai tiga, Thella belum sempat bertanya pada Naufal.
"Begitulah, Fan. Tiap hari aku sendirian di rumah segede ini, kesepian parah. Naufal pulangnya selalu malem," Curhat Thella yang merasa merana setiap hari di tinggal oleh Fall.
"Kenapa nggak sewa asisten rumah tangga aja, biar ada temennya," Usul Vanya tampak masuk akal, tapi tidak mungkin Naufal menyetujuinya. Lagipula Thella masih sanggup mengerjakan pekerjaan rumahnya seorang diri.
"Naufal kemungkinan nggak setuju, Van. Lagipula aku masih bisa kok ngerjain semuanya sendiri." Sahut Thella sambil mengambil minuman dingin dari kulkas.
"Kalau kamu kecapekan terus, bisa susah hamil loh. Buktinya udah lebih dari satu bulan, kamu belum ada tanda-tanda hamil," Awalnya Thella menatap serius sahabatnya saat ia mengatakan itu, tapi beberapa saat kemudian ia tertawa.
"Bagaimana aku bisa hamil, Naufal belum pernah menyentuhku," Thella tertawa terbahak-bahak, sementara Vanya menatap sahabatnya dengan serius.
"Kamu bilang, Naufal belum pernah menyentuhmu?" Vanya mengulang pernyataan Thella, ia tidak percaya dengan kalimat yang baru saja di katakan oleh sahabatnya itu.
"Iya, Naufal memang belum pernah menyentuhku," Jawab thella, seperti mengulang kalimat yang sudah ia ucapkan sebelumnya.
"Apa kamu tidak mencurigainya, kalau dia tidak normal? Masa sih, Fall mu itu tidak bernafsu sama sekali padamu? Padahal kamu seksi, jadi selama ini kalian ngapain saja selama sudah menikah?" Vanya seperti mengejek. Membuat Thella merasa harus membela suaminya.
"Selama ini, kami memang hanya peluk dan cium, tapi itu semua bukan karena dia tidak bernafsu atau memiliki kelainan, hanya saja ia belum siap untuk melakukannya," Thella sedikit ketus. Ia kesal karena Vanya mengatakan suaminya tidak normal. Menyadari perubahan sikap sahabatnya, Vanya tertawa keras. Ia tidak menyangka kalau Thella sudah benar-benar jatuh cinta pada suami dinginnya.
"Maaf, maaf. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah. Aku tidak tahu kalau kalian sudah membicarakan ini. Jangan marah, Sahabatku yang cantik. Aku sekarang paham kalau kamu sudah jatuh hati padanya sangat dalam," Vanya jadi merasa bersalah.
"Aku juga minta maaf, Van. Aku jadi sedikit ngotot, gara-gara kamu bilang Naufal seperti itu. Dia sudah menunjukkan perhatiannya, kok. Dia sekarang sedang bekerja keras, supaya nanti pekerjaan tidak mengganggu bulan madu kami," Bukan maksut pamer, tapi Thella ingin sahabatnya itu tahu kalau suaminya juga sama seperti suami pada umumnya.
"Jadi kalian sudah berencana bulan madu? Kemana?" Vanya tampak sangat ingin tahu, kemana Naufal dan Thella akan pergi bulan madu.
"Kata Naufal, tujuan bulan madu kami adalah Korea. Tempat impianku. Mungkin dia tahu, aku suka sama yang berbau korea," Thella tampak sangat girang saat menceritakan tujuan bulan madunya dengan Sang Suami.
"Waw. Aku tidak menyangka, pria yang kamu ceritakan sangat dingin itu, ada sisi romantisnya juga. Jangan lupa, oleh-oleh untukku, garis dua ya," Vanya tersenyum meledek, membuat Thella tersenyum malu-malu.
"Apaan, sih. Udah ngomongin garis dua aja. Aku mah santai, ngikutin alur. Kemana dia akan membawa hubungan ini," Kata Thella santai.
"Eh, jangan salah. Sekarang itu pria juga suka wanita agresif. Bisa jadi, Naufal mengharapkan kamu yang memulainya," Vanya memberikan pendapatnya, Thella tampak sedikit berpikir.
"Bisa jadi sih, tapi masa iya, aku memulai merayu dia duluan, nanti kalau dia pikir aku genit, gimana?" Isi pemikiran Thella membuat Vanya tertawa geli. Ia merasa sahabatnya itu terlalu naif.
"Thella, dia kan suamimu. apa salahnya genit dengan suami sendiri. Kamu punya baju tidur seksi?" Vanya bertanya serius pada Thella. Gadis itu menggeleng.
"Aku nggak punya, memangnya buat apa?" Mendengar pertanyaan Thella, Vanya tepuk jidatnya sendiri. Sahabatnya ternyata sangat kolot.
"Buat menggoda suami kamu, lah. Kalau kamu nggak punya, gimana kalau kita beli sekarang? Mumpung banyak diskon akhir tahun, duit kamu kan banyak, jangan lupa traktir aku," Vanya memberi ide sekaligus mengambil keuntungan dari sahabatnya yang sudah menjadi nyonya jutawan itu.
"Kamu bilang saja kalau butuh traktiran, tapi karena idemu bagus, baiklah, mari kita pergi ke pusat perbelanjaan," Sahut Thella cepat. Dia bersemangat mengikuti ajakan Vanya. Setelah sedikit persiapan, mereka berdua pun berangkat.
Sesampainya di lokasi...
Vanya mengajak Thella ke sebuah toko yang khusus menjual aneka pakaian wanita. Termasuk baju tidur dan dalaman seksi. Vanya juga turun tangan untuk memilih baju tidur yang cocok dan pas di pakai oleh Thella.
"Ini nih, cocok buat kamu, Thella." Vanya menunjukkan sebuah baju tidur berbentuk kimono, berwarna merah dengan bagian dada yang sangat terbuka dan sedikit transparan.
"Idih, cocok apaan. Aku seperti tidak pakai baju kalau mengenakan baju tidur itu, malu." Omel Thella yang sedikit merasa tidak nyaman membayangkan Ia memakai baju itu di depan Naufal, sementara selama ini ia tidak pernah sekalipun berpakaian sedikit terbuka di depan suaminya itu.
"Kenapa kamu harus malu, Naufal kan suami kamu. Justru ini bakalan bikin dia ngerasa di beri kejutan, percaya deh sama aku. Walaupun aku belum menikah, tapi aku banyak denger cerita dari orang-orang yang sudah menikah," Vanya memberi pengertian dengan sabar pada Thella. Ia sangat heran, kenapa di era moderen ini, sahabatnya tidak berusaha mencari info melalui teknologi yang ada.
"Baiklah, aku percaya padamu. Tapi kalau aku tIdak pede, aku tidak akan memakainya di depan Naufal. Aku sama sekali belum pernah pakai baju terbuka di depan dia," Curhat Thella sedikit khawatir ia akan ditertawakan oleh sahabatnya itu. Tapi benar saja, lagi-lagi Vanya menertawakannya.
"What? serius, kamu nggak pernah tampil terbuka di depan dia? Ngakak aku, kalian ini tipe pasangan seperti apa sih? Sampai lugunya kelewatan. Geli aku denger ceritamu," Tawa Vanya semakin menjadi. Ia merasa bahw sahabatnya terlalu lugu. Sampai tidak tahu bagaimana caranya menggoda laki-laki.
"Ketawa aja terus sampai puas. Aku serius nggak ngerti, dan kamu tahu kan, sejak kuliah memang aku orangnya sedikit tomboy. memangnya kamu pernah lihat, aku pakai rok? aku berpenampilan seperti ini karena Naufal yang menyediakan kostum seperti ini untukku," Mendengar penuturan Thella, Vanya mengingat kembali masalalu Thella. Gadis itu memang tidak pernah pakai rok dan selalu pakai celana panjang.
Di sela-sela obrolan, mereka memasukkan berbagai macam baju dan pernak-pernik wanita lainnya. Vanya berharap, semoga malam pertama sahabatnya berjalan lancar dan ia cepat dapat kabar garis dua.