"Cepat ganti baju, kita akan keluar," Fall tiba-tiba mengatakan itu saat ia baru saja pulang dari kantor. Thella diam sejenak, mencerna perkataan Naufal. Beberapa saat kemudian baru ia paham kalau suaminya mengajak jalan.
"Kita mau pergi ke mana?" Thella menyusul Fall yang masuk ke dalam kamar.
"Ke bioskop. kita akan nonton film terbaru, kata temanku bagus," Thella tersenyum senang. Ia menghargai usaha Fall yang berusaha romantis padanya.
"Memangnya Film tentang apa?" Thella penasaran dan ingin tahu film apa yang akan mereka tonton sambil memilih baju yang cocok untuk di gunakannya malam ini.
"Film semi romantis, menceritakan tentang kisah cinta yang terhalang ruang dan waktu. Jadi pemeran prianya ini bukan berasal dari bumi. Kata temenku seperti itu," Fall segera mengganti bajunya dengan kemeja santai. Merapikan kembali rambutnya yang sudah tidak beraturan, memakai krim wajah supaya wajahnya terlihat lebih segar, tidak lupa menyemprotkan parfum ke leher dan bajunya.
" Aku tunggu di luar cepat sedikit ya nanti kita terlambat," Fall segera keluar dari kamar membiarkan Thella mengganti pakaiannya.
" Pada dasarnya pria dingin ya tetap dingin. Tidak bisa bicara sedikit romantis, tapi gemes" Gumam Thella sambil tersenyum seorang diri. Ia segera mengganti pakaiannya dan tidak ingin membuat Fall lebih lama lagi menunggu.
"Aku siap. Ayo kita berangkat," Ella segera menemui Fall. Ia tidak mau membuat pria dingin itu menunggunya lebih lama. tapi Fall justru menatap Thella tanpa berkedip.
"Kok malah diem, ayo!" Kalimat yang Thella ucapkan membuat Fall sadar dari sikap terpaku saat melihat penampilan Thella yang menurutnya sangat cantik.
"Kamu cantik" Pujinya dengan nada datar dan sama sekali tidak romantis menurut Thella. Tapi itu sudah cukup untuk membuatnya tersipu.
"Pria dingin ku suka memuji sekarang, ya. Iyalah aku harus cantik, minder dong jalan sama pria tampan dengan penampilan biasa aja," Ledek Thella, tapi Fall pura-pura cuek.
"Baiklah, ayo kita berangkat." Fall menggandeng istrinya mesra. Ini pertama kalinya sampai membuat Thella menjadi gugup. Ia berdoa dalam hati semoga Naufal tidak menyadari tangannya yang sedikit gemetar.
Sepanjang perjalanan seperti biasa Naufal hanya diam dan serius menatap kedepan tanpa ada keinginan untuk membicarakan sesuatu kepada Thella. Kegiatan Thella saat naik mobil bersama Fall masih sama, yaitu mengamati wajah pria dingin itu yang menurutnya sangat tampan.
"Setiap jalan bersamaku, kamu selalu menatap wajahku. Memangnya kamu tidak bosan?" kata-kata Naufal membuat Thella kaget. Meskipun tidak memperhatikan ternyata suaminya itu tahu tingkahnya seperti apa.
"Aku suka melihat wajahmu yang tampan dan sok cool itu. Lagipula hanya malam hari aku bisa melihatnya. Kalau siang kamu, selalu kerja jadi aku kangen" Thella memberanikan diri menggoda pria yang ada di sampingnya.
"Nanti kalau aku sudah jadi miliarder. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu lagi. Aku akan santai di rumah dan selalu jagain kamu sabar, ya." sahut Naufal dengan gaya masih sama sok cool.
"Kapan kamu jadi miliarder? Keburu aku tua. Kamu nggak ada waktu untuk romantisan sama aku. Di rumah aku kesel tahu. Tiap hari cuma ketemu kamu malam doang, itupun cuma sebentar. Aku udah ngantuk saat kamu pulang. Kamu sih, lebih keseringan lembur. Pulang diatas jam sepuluh, padahal kan di kantormu sendiri ," Thella mengungkapkan perasaannya selama ini. Ia kurang kasih sayang dari Naufal, karena suaminya itu selalu sibuk mengurus proyek-proyek penting. Sampai ia merasa bahwa iya tidak penting di dalam hidup Naufall.
"Sabar, dong. Kalau sekarang aku masih terlalu muda untuk pensiun. Beberapa tahun lagi," tentu saja Naufal kan gila kerja mana mungkin mengakhiri karirnya di usia muda seperti ini.
"Nunggu kamu 50 tahun? aduh beneran tua merana aku," sungut Thella sedikit kesal.
"Bulan depan kita bulan madu ke Korea," Sebenarnya Naufal belum ingin mengatakan ini pada Thella. Tapi dia rasa Thella mulai kesal karena sikapnya yang terlalu mementingkan pekerjaan ketimbang pasangan hidupnya sendiri. Meskipun sebenarnya perjalanan nanti bisa dibilang hanya perjalanan romantis bukan bulan madu yang sesungguhnya.
"Serius kamu ajak aku ke sana ? Waktunya lama loh, nggak cukup sehari dua hari. Kamu nggak apa-apa tinggalin kerjaan kamu? Bukannya kamu selalu sibuk sampai tidak ada waktu lagi buat aku?" Thella sangat tidak mempercayai kata-katanya Naufal. Menurutnya, seorang pria workaholik sepertinya, tidak akan ada waktu untuk melakukan hal yang tidak penting seperti sekedar jalan-jalan yang akan mereka lakukan berdua.
"Kamu harus tahu, aku sekarang selalu itu karena sedang mempersiapkan untuk kita pergi nanti. Supaya saat di sana, aku benar-benar bisa fokus untuk berdua sama kamu," Fall menjelaskan alasannya sering pulang larut dan lembur selama ini. Semuanya karena ia sangat ingin liburan berdua dengan Thella tanpa ada lagi gangguan pekerjaan yang mengganggu.
Seketika Thella merasa bersalah. Tidak seharusnya ia memprotes Fall yang ternyata sedang mempersiapkan bulan madu dengannya. Tunggu, bulan madu? Thella berpikir akan terjadi sesuatu antara dirinya dengan Naufal saat di korea nanti.
"Maafkan aku, Fall. Aku tidak tahu kalau kamu sedang mempersiapkan bulan madu untuk kita. Harusnya aku mendukungmu, bukan sebaliknya. " Thella menyampaikan rasa penyesalannya pada Naufal.
"Aku tidak marah. Tidak perlu minta maaf." Naufal membelokkan mobilnya ke area parkir Bioskop yang akan mereka kunjungi.
Naufal dan Thella turun dari mobil. Pengunjung Bioskop tampak sangat ramai. mereka rata-rata akan menonton film "Eggnoid" sama seperti yang akan Fall dan Thella tonton.
"Thella, kamu disini? siapa pria itu? pacarmu? Sepertinya dia bukan tipe mu," David tiba-tiba muncul di dekat Thella.
"Dia adalah..."
"Sudahlah, aku tahu dia hanya temanmu, ayo nonton denganku saja," Dev menarik tangan Thella dan hendak membawa gadis itu masuk ke dalam bioskop.
"Lepaskan dia...!" Naufal menarik Thella mendekat ke arahnya dan membentak Dev.
"Siapa kamu, bung? Jika hanya teman Thella, tidak perlu marah seperti itu, dia calon istriku," David dengan percaya diri mengucapkan kalimat ini di depan Fall. Sementara Thella hanya bingung harus berbuat apa sekarang.
Bughhh!
Naufal memukul wajah David keras. Ia kesal, ada lelaki lain yang dengan percaya diri mengatakan istrinya sebagai calon istrinya. Fall benar-benar murka.
"Jaga bicaramu, Bung! yang kau katakan calon istri ini, dia adalah istriku. Istri sahku." Fall menekankan suaranya pada kalimat terakhir yang dia ucapkan.
"Apa benar yang dia ucapkan, Thella?" David menatap Thella untuk meminta jawaban wanita itu sekarang.
"Benar, Dev. Dia adalah suamiku. Aku harap, kamu tidak mengganggu hubungan pernikahan kami,"Thella merangkul lengan Naufal, meskipun tampak kaku karena tidak pernah melakukannya sebelumnya.
"Cih! Aku tidak percaya. Mana ada hubungan suami istri yang sedingin itu?" Cibir David, membuat Fall semakin kesal.
Naufal merangkul pinggang Thella dan mengajak gadis itu berjalan masuk ke area bioskop, meninggalkan David yang kesal karena merasa di abaikan.