Thella telah mengakhiri drama sakitnya. Naufal masih jutek, karena itu memang sifatnya. Tapi juteknya Fall sekarang lebih manis. Beda dengan dia yang biasanya. Pria itu menjadi sangat manis, karena perhatiannya berkolaborasi dengan sikapnya yang dingin.
Sejak hari itu, mereka berdua tidur dalam satu ranjang. Tapi mereka hanya sekedar tidur bersama, karena Naufal belum memikirkan untuk memiliki anak. Tidur berpelukan pun jarang terjadi, kecuali tanpa sengaja. Mereka lebih nyaman dengan guling masing-masing.
Naufal ingin menjalin hubungan yang seperti pacaran. Sekedar saling peluk dan sesekali cium saja. Asalkan bersama dengan Thella, dia sudah merasa bahagia.
"Terima kasih, sudah menyiapkan semuanya. Hari ini aku lembur, kamu tidur duluan saja nanti ya. Kalau kamu bosan di rumah, keluar sana, jalan sama temanmu, belanja atau kemana," Naufal mengatakan itu pada Thella sambil membiarkan gadis itu memasangkan dasi untuknya.
"Lembur lagi? sampai malam banget ya? Kalau tidak terlalu malam, aku mau nunggu kamu pulang," Rengek Thella. Dia mulai berani sedikit manja pada Fall.
"Sekitar jam sepuluh. Tapi lebih baik kamu tidur, nanti sakit," Tampak sekali Fall perhatian pada Thella. Tapi tentu saja, tidak ada romantis-romantisnya cara bicaranya.
"Masih jam sepuluh, aku boleh nunggu kan? Aku mau nonton drama romantis sama kamu," Thella juga mulai berani mengajukan permintaan.
"Terserah, tapi kalau kamu mengantuk, segera tidur. Sekarang, temani aku sarapan," Fall jalan terlebih dahulu, di ikuti oleh Thella di belakangnya.
"Kamu mau sarapan apa, Fall?" Thella juga sekarang lebih berani berinisiatif menanyakan apa yang Fall inginkan.
"Kamu tadi masak apa? Aku mau makan apa yang kamu masak," Tentu saja Thella senang mendengar ini. Dia memang sengaja memasak spesial untuk Fall hari ini.
"Hari ini, aku masak cumi asam manis, tumis kangkung, ada sambel, ikan goreng juga ada," Semua resep masakan Thella adalah warisan Sang Mama. Dulunya, sebelum meninggal, mamanya punya sebuah restoran besar. Sampai sekarang masih ada, tapi di kelola oleh orang kepercayaan mamanya.
Papa Thella sudah menikah lagi dan tinggal di Thailand bersama istri barunya. Sesekali pulang ke Indonesia hanya untuk melihat keadaan Thella. Selebihnya, mereka berhubungan baik di sosial media.
Saat Thella menikah dengan Fall, ayahnya tidak bisa pulang, hanya menjadi wali via telepon. Saat itu Thella merasa sedih, sudah menikah dengan orang yang tidak di kenal, ayahnya tidak bisa hadir juga, tapi sekarang gadis itu sudah bisa merasakan sedikit kebahagiaan dengan membaiknya hubungan antara dia dan Fall.
"Ternyata istriku jago masak. Belajar dari siapa? Buku resep?" Fall menarik kursi dan duduk manis menunggu di layani oleh Thella.
"Itu salah satunya, Fall. Bakat memasak ini, di wariskan oleh mamaku, sebelum beliau meninggal. Beliau punya restoran yang sampai sekarang masih jalan. Suatu saat resto itu aku yang akan melanjutkan," Curhatnya sambil mengambilkan makanan yang akan di makan oleh Fall.
"Bagus. Aku akan mendukungmu. Semoga kamu sukses," Fall mulai melahap makanannya. Thella juga ikut sarapan bersama suaminya. Sesekali.ia memandangi wajah Naufal, meskipun pria itu terlalu fokus untuk menyadari lirikan istrinya. Thella bahagia, meskipun memiliki suami yang super jutek, tapi sebenarnya pria itu perhatian.
"Selama aku pergi, hati-hati. Jangan sembarangan buka pintu untuk orang asing. Jika kamu ingin pergi ke luar, bertemu teman, jangan ngebut. Patuhi rambu lalu lintas." Di bandingkan sebuah nasihat, Fall lebih tampak seperti sedang mengomel.
"Baik, Fall. Aku mendengarkan semua perkataanmu. Aku tidak akan membuatmu kecewa, percayalah padaku," Thella meniru gaya bicara Fall yang sedikit kaku.
"Bagus. Aku suka kamu sangat penurut." Fall minum air putih sebagai penutup sarapannya.
"Tentu saja, aku akan menuruti apa katamu, kamu kan suamiku," Thella memberesi peralatan makan mereka. lalu mengantarkan Fall sampai di depan pintu.
"Aku pergi dulu. Ingat semua pesanku." Fall segera melangkah ke luar rumah, dan bersiap masuk ke dalam mobilnya.
"Fall, tunggu..." Thella menghentikan tangan Fall yang sudah bersiap membuka pintu mobilnya.
"Ada apa?" Tanyanya dengan serius.
"Apa aku.. boleh memelukmu? Sebentar saja.." Pinta Gadis itu. Berharap Fall mau mengabulkannya.
"Kemarilah..." Ujar Fall sedikit lembut. Thella berjalan cepat menuju Fall dan memeluk lelaki itu erat. Rasa rindunya jadi sedikit berkurang. Hanya kurang dari 5 menit Thella memeluk suaminya, lalu melepaskannya.
"Terima kasih. Aku merasa lebih baik sekarang," Thella memberanikan diri menatap langsung dari dekat wajah tampan Naufal. Beberapa detik mereka saling adu pandang.
Menurut Naufal, pelukan Thella adalah pemacu semangatnya. Ia merasakan ada orang yang sangat perduli padanya saat ini. Bahkan pelukan Thella lebih hangat dari pelukan mamanya sendiri.
"Tunggu..." Ucap Naufal saat gadis yang juga istrinya itu akan berbalik meninggalkannya. Thella mengikuti intruksi Fall. ia madih berdiri di hadapan Pria yang mirip dengan aktor korea favoritnya itu.
Cuup..
Naufal mendaratkan bibirnya yang ketiga kali di bibir Thella. Gadis itu terkejut. Apalagi saat ciuman Fall sedikit berbeda dari biasanya yang hanya sekilas, kali ini menyedot bibirnya lembut ke dalam mulutnya dan sedikit memainkan lidahnya. Meskipun itu singkat, tapi Thella merasakan sensasi yang berbeda.
"Terima kasih.. aku pergi dulu.." Fall kali ini benar-benar masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Thella yang memegangi bibirnya tidak percaya Naufal mampu melakukan itu padanya.
"Tadi itu serius Fall? Dia menciumku dengan sedikit agresif, senangnya, meskipun dia sedikit jutek, tapi ternyata ada sisi lembut di dalam dirinya, selembut bibirnya," Thella berbicara sendiri sambil mengingat kembali masa romantis yang baru saja ia lewati bersama Fall.
"Kalau saja aku boleh meminta, aku mau mengulang hal romantis tadi sekali lagi. Baru sekali ini, pagi-pagi dapat ciuman romantis dari suamiku tercinta, aduuh siapapun tolong cubit aku biar tidak terus berhalusinasi," Thella heboh sendiri sambil mencubit pipinya berulang kali.
Thella merasa dirinya sedikit aneh, karena tidak bisa melupakan kejadian yang baru saja ia lewati bersama Naufal. Cepat-cepat ia masuk ke dalam rumah untuk menelepon Vanya, ia ingin menceritakan semuanya padanya.
Vanya sendiri adalah sahabat Thella sejak kecil. Rumah mereka satu komplek, hanya beda gang. Saat berangkat sekolah, dari SD sampai SMA mereka selalu berangkat bersama.
Thella mempercayai Vanya lebih dari siapapun. Ia selalu menceritakan segalanya, dari hal terkecil sampai yang besar. Tidak ada rahasia dia antara mereka.
Hari itu mereka janjian untuk bertemu di tempat biasa. Sebagai rasa terima kasihnya, Thella akan mentraktir sahabatnya itu makan enak.
Sebenarnya Thella rindu pekerjaannya, tapi ia belum sempat membicarakan ini pada suaminya. Thella sedikit sungkan, karena Fall sudah memberi nafkah kepadanya lebih dari cukup. Ia takut keputusannya untuk bekerja akan menyinggung perasaan Fall.
Tapi Thella tetap berniat untuk mengatakannya pada Fall di saat yang tepat nanti. Jika hanya berdiam diri di dalam rumah, Thella merasa sangat bosan.Semoga Fall mengizinkan dia untuk bekerja