Thella kembali ke apartemen yang ia tinggali bersama Fall. Puas rasanya seharian ngobrol dengan Vanya tantang Naufal, pria dingin yang kini menjadi.suaminya itu. Thella segera mandi, sambil memikirkan cara untuk mengatakan masalahnya pada Fall. Hari ini juga ia ingin membahasnya.
Diliriknya jam yang ada di ponselnya, tepat pukul 17.00. Jam pulang Fall masih lama. Ia memutuskan untuk memasak makan malam untuknya dan suaminya itu. Sebenarnya thella merasa bosan di saat jam segini, setelah ia selesai masak, tidak ada yang di ajaknya bicara. Ia ingin menikmati sore bersama dengan suaminya. Tapi, dengan jadwalnya yang padat, impian itu hanya menjadi angan belaka.
Ting...tong...
Bell pintu apartemen berbunyi saat Thella baru saja selesai memasak. Dia berpikir itu Fall. Ia sangat senang karen auntuk pertama kalinya, pria itu pulang secepat ini. Thella segera membuka pintu untuknya.
Ia kecewa, karena yang ada di luar pintu adalah seorang wanita. Dengan pakaian khas orang kantoran. Rambutnya yang panjang di kuncit ekor kuda. Cukup cantik, dengan senyuman yang sedikit manis.
"Kamu pasti istrinya Fall, aku mau kembalikan ini, kemarin malam tertinggal di rumahku," Gadis itu menyerahkan jaket berwarna abu-aby milik Fall. Thella menerimanya.
"Namamu siapa? Aku Flo, Teman kuliah Fall, aku kerja di perusahaan Naufal sekarang," Terang gadis itu, entah mengapa Thella merasa tidak suka dengan kehadirannya.
"Aku Thella. Maaf, aku tidak bisa membawamu masuk, rumahku sangat berantakan dan saat ini aku sedang sibuk. Terimakasih sudah mengantar jaket suamiku," Thella masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu. Ia mengusir Flo dari apartemen Naufal dengan cara halus.
Gadis itu melempar jaket Fall ke sofa. Ia lalu duduk dengan lesu mood-nya memburuk, Thella berpikir yang tidak-tidak tentang hubungan suaminya dengan Flo. Mengapa sampai jaket Naufal ada di rumahnya?
Hingga jam makan malam, pikiran Thella mengenai sosok Flo masih saja menggema. Ia makan seorang diri seperti biasanya sambil menonton drama di ponselnya. Rencananya untuk membicarakan masalah David, justru berubah menjadi ingin membahas Flo. Thella benar-benar tidak tenang.
Setelah beberapa jam menunggu akhirnya Fall pulang dari kantor. Ia merasa sangat senang akhirnya bisa sampai di rumah, dan berharap Thella masih menunggu kepulangannya.
Pintu terbuka, Fall melihat, sikap Thella sedikit berubah. Biasanya gadis itu menyambut kepulangannya dengan ceria, kali ini dingin.
"Thella, kamu kenapa? mengapa kamu berbeda?" Naufal tidak tahan untuk tidak menanyakannya, ia merasa kehilangan istrinya yang seperti biasa.
"Tadi, ada seorang wanita yang mengantarkan jaketmu," Ujar Thella dingin. Ia jutek seperti sikap Fall saat awal menikah dengannya.
"Flo..?" Tebak Fall, dan itu tepat.
"Ya, jadi coba kamu jelaskan, mengapa jaketmu ada di rumahnya? Apa yang kalian lakukan?" Fall tahu sekarang, Thella seperti ini karena dia merasa cemburu. Ia tidak suka kalau dirinya dekat dengan perempuan lain.
"Aku dan Flo, memang bersahabat sejak kami kecil. Keluarga kami sangat dekat, kami seperti keluarga. Aku sering mengunjunginya sekedar makan malam bersama," Naufal mencoba menjelaskan hubungannya dengan Flo.
"Oh, jadi kamu biarkan istrimu makan malam sendirian di rumah, dan kamu makan di rumah wanita lain?!" Thella marah, sangat marah. Setiap malam bahkan, ia sering menunggu saat bisa malam berdua dengan suaminya, namun ia coba memahami kesibukan Fall. Kenyataan ini membuat Thella kecewa.
"Kenapa kamu semarah itu. Aku dan dia hanya bersahabat, kamu tidak berhak menuduh Flo yang tidak-tidak," Naufal mencoba untuk membela Flo, tapu justru ini membuat Thella semakin marah. Istri mana yang tidak akan marah melihat suaminya membela wanita lain di hadapannya.
"Kamu tahu, Fall? Tidak ada persahabatan diantara pria dan wanita, apalagi kamu sudah beristri. Aku tidak ingin bicara padamu lagi." Thella meninggalkan Naufal seorang diri. Pria itu baru sadar kalau ia salah bicara. Tidak seharusnya ia membela Flo di depan Thella. Status Thella, lebih tinggi di atas Flo, dia istrinya sekarang.
Ia menyusul Thella yang masuk ke dalam kamarnya. Fall mendapati istrinya tidur di bawah, di tempatnya tidur dulu, saat awal mereka tinggal bersama. Fall meletakkan tas kerjanya, membuka jas dan dasinya lalu meletakkan pada tempatnya, juga melepas sepatunya.
Fall ikut tidur di bawah bersama Thella. Di peluknya wanita yang kini hanya diam tanpa bicara itu. Sungguh, Fall tidak ingin di abaikan oleh Thella. Kenyamanan yang ia dapatkan saat bersama Thella, membuat pria itu kecanduan.
"Thella, maafkan aku. Aku janji, mulai malam ini aku tidak akan makan malam selain di rumah, kecuali di kantin kantor. Aku mohon, maafkan aku, jangan abaikan aku seperti ini." Fall mendekap tubuh Thella erat, ia sangat merindukan gadis itu yang seperti biasa. Sedikit manja dan menanyakan banyak hal saat ia baru saja pulang ke rumah.
Entah kenapa, Thella tidak bisa terlalu lama mendiamkan Naufal. Ia merasakan kesungguhan dari kalimat yang di ucapkan oleh pria itu. Thella berbalik dan memeluk Fall erat. Tindakannya tadi adalah reaksi penolakan terhadap orang lain yang menurut Thella adalah rivalnya.
"Maafkan aku, Fall. Aku terlalu berlebihan, seharusnya aku bertanya padamu baik-baik, bukan dengan emosi seperti ini." Ujar Thella pelan, ia menyadari emosinya sedikit tidak terkontrol, mungkin karena ia merasa cemburu dan takut akan ada orang ketiga di antara mereka berdua.
"Tidak, aku yang salah . Aku yang egois dan tidak memikirkanmu. Seharusnya aku sadar, kamu juga ingin makan malam bersamaku. Sebenarnya, itu hanya sekali, sering saat dulu, aku masih remaja. Sekarang mana sempat," Fall mencoba memberikan pengertian. Memang dulu saat masih remaja, Fall sering berkunjung ke rumah Flo, atau sebaliknya.
Tapi sekarang, setelah sibuk dengan berbagai pekerjaan, Fall tidak mempunyai waktu seluang itu untuk sekedar bermain-main. Alasan mengapa ia pergi.makan malam ke rumah Flo adalah, permintaan keluarga Flo agar memasukkan Flo sebagai karyawan di perusahaannya.
"Maafkan aku, Fall. Aku terlalu cemburuan," Sahut Thella singkat sambil menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Fall. ia sampai dapat mendengar, detak jantung pria itu sangat cepat.
"Jangan terus minta maaf, atau aku akan menciummu," Naufal menarik wajah Thella agar dapat memandangnya dengan jelas.
"Cepat lakukan.." Tantang Thella, ia berpikir bahwa apa yang di katakan Fall adalah sebuah lelucon, tapi sebenarnya tidak.
Cup...
Fall mengulangi ciuman hangatnya seperti tadi padi saat ia meminta pelukan. Thella sangat menikmati ciuman yang di berikan oleh suaminya itu.
Fall, sungguh...
Aku tidak akan pernah rela ada orang laolin yang akan merebutmu dariku. Aku sangat mencintaimu, kamu terlanjur menempati kekosongan di hatiku
"Ayo, kita pindah ke atas, disini terlalu dingin, nanti kita sakit," Bisik Fall. Ia lalu bangkit dan membopong Thella pindah ke atas ranjang.