Thella melirik jam dinding berulang kali, beberapa menit telah bergeser dari pukul 22.00. Ini kali pertama Naufal telat pulang ke rumah, dan tanpa pemberitahuan. Ingin rasanya Thella menghubungi pria itu, tapi ia takut akan di omeli, jika ternyata ia sedang sibuk.
Gadis itu sedikit kesal karena harus mondar-mandir menantu kedatangan orang yang biasanya beradu mulut dengannya. Ada rasa khawatir yang timbul di hatinya.
"Harusnya, aku nggak perlu khawatir. Dia pasti baik-baik saja kan? tidak perlu panik," Thella berkata pada dirinya sendiri, mencoba mengurangi rasa khawatirnya.
Sekarang sudah pukul 23.00 dan Naufal blm juga kembali. Kepanikan Thella bertambah. ia bertanya-tanya kemana Fall pergi, apa dia baik-baik saja, dan banyqk pertanyaan lainnya.
Tak berapa lama, bell berbunyi. Thella segera berlari ke arah pintu. ia tidak sabar untuk melihat Fall. Sesegera mungkin ia mrmbuka pintu, dan benar saja, Fall ada di baliknya.
Refleks, Thella memeluk cowok cuek itu erat sambil.menangis. Ia benar-benar khawatir. Melihat Thella yang tersedu-sedu, Fall pun iba. Ia balas memeluk gadis itu erat, bahkan tanpa sadar mengecup kepalanya agar dia tenang.
"Kamu bisa nggak, kalau pulang telat telepon aku? Walaupun mungkin bagimu aku babu, tapi tolong jangan buat aku khawatir seperti ini, Fall. Kamu tahu, aku tidak tenang menunggu kepulanganmu," Kali ini Thella yang mengomel di depan Fall. Cowok itu tidak membalas omelan Thella, dia memaklumi perasaan gadis itu.
"Maaf, maafkan aku. Lain kali aku akan bilang padamu kalau aku akan lembur. Sudah, jangan menangis, atau aku harus menciummu supaya kamu diam?" Bisik Fall seperti mengancam di telinga Thella. Seketika, gadis itu berusaha untuk menghentikan tangisannya. Sialnya, ia tidak berhasil, dan...
Cup...
Fall mendaratkan bibirnya ke bibir Thella. Gadis itu kaget dan diam seketika.
Fall, kenapa kamu menciumku lagi? Bilangnya kamu tidak perduli padaku, tapi kamu dua kali menciumku, dasar Tuan Singa mesum! Umpat Thella dalam hati
Thella menjauh dari Fall. Ia cepat menghapus airmatanya. ia tidak ingin Naufal bangga dan merasa dirinya jatuh cinta pada cowok egois dan cerewet itu.
"Tidak perlu di hapus, aku sudah tahu kau menangisiku. Aku sudah bilang, jangan jatuh cinta padaku, tapi kenapa kau masih melakukannya?" Omel Fall. Ia lalu meninggalkan Thella yang masih menyisakan isak tangis.
Aku benci harus menangis karena mengkhawatirkan manusia tidak punya hati seperti dia. Apapun yang aku lakukan, memangnya Fall akan perduli?!
Thella berlari ke kamar mandi belakang. Fall sebenarnya ingin menahannya. Tapi lagi-lagi egonya terlalu besar untuk membuatnya melakukan itu. Kemudian ia melanjutkan langkahnya ke kamar.
Waktu semakin larut, kasur tipis yang biasa untuk tidur Thella masih juga kosong. Fall tidak bisa tidur. Ia selalu flashback saat gadis itu memeluknya hingga menangis. Dia akhirnya merasakan, bagaimana rasanya di khawatirkan. Fall sadar, Thella sangat perduli dengannya.
Ia menatap layar ponselnya. Sudah pukul 01.00, tapi Thella tak juga masuk ke dalam kamarnya. Fall sedikit gelisah. Ia memijat keningnya yang tidak sakit, ia hanya merasa ada keanehan pada dirinya. Dia perduli pada Thella, dan ini bukan sifat seorang Naufal.
Untuk menghilangkan rasa gelisahnya, ia keluar dari kamar dan mencari di mana Thella berada. Gadis itu ia temukan di sofa santai di dekat kolam renang. Ia tidur di sana tanpa selimut. Naufal tidak tega membiarkan Thella tidur sendirian di luar rumah.
Naufal menggendong Thella dan membawanya masuk. Badan Thella sedikit panas, sepertinya dia demam. Fall menidurkan gadis itu di kamarnya.Benar saja, gadis itu menggigil.
"Dingin... dingin...dingin..." Rintih Thella sammbil terus menggigil. Naufal panik, ia tidak pernah merawat orang sakit. Ia bingung harus berbuat apa.
"Dingin... dingin..." Thella terus mengigau. Fall memutuskan untuk naik ke ranjang dan memeluk erat gadis itu. Tubuh Thella merespon otomatis, ia menenggelamkan diri dalam pelukan orang yabg selalu ia panggil dalam otaknya sebagai Tuan Singa itu.
Fall memeluk gadis itu erat, seerat mungkin seolah ia takut kehilangannya. Di kecupnya kening dan kepala Thella berulang, wajahnya tidak bisa menyembunyikan kepanikan.
"Maafkan, aku..." Ucapnya pelan. Kalau saja dia tak memarahi Thella, mungkin gadis itu tidak akan frustasi dan demam seperti ini. Tapi penyesalan Fall, tidak bisa menyembuhkan Thella malam itu.
Pagi harinya..
Naufal tidak membangunkan Thella. Ia bangun lebih pagi untuk memasak bubur buat istrinya itu. Ia menyiapkan bubur dan susu hangat di meja kamar mereka. Ia juga menyiapkan obat yang ia dapat dari temannya yang menjadi dokter pagi buta tadi.
Sebelum pergi ke kantor Naufal sempat menulis notes untuk Thella yang isinya:
Jangan berteriak saat bangun, aku tidak berbuat apapun padamu. Makan bubur itu, dan juga susu hangatnya. aku pulang harus habis. Kalau sampai siang tidak baikan, minum obat ini. Kalau tidak membaik juga, telepon aku segera.
Thella tersadar. Ia tersenyum saat.membaca pesan Fall dalam secarik kertas. Akhirnya Thella dapatkan perhatian suaminya itu. Ia segera memakan masakan pertama dan teristimewa menurutnya karena Naufal yang membuatnya.
"Benar, kan. Apa tebakanku, dia itu sebenarnya perhatian, hanya saja egonya terlalu tinggi untuk mengakui. Ternyata ide Vanya cukup brilliant.
FLASHBACK...
Thella berlari ke arah kamar mandi belakang. Mencuci wajahnya agar sisa airmatanya menghilang dari sana. Lalu ia memutuskan untuk mencurahkan perasaannya kepada Vanya.
"Intinya aku kesel sama Fall, dia benar-benar ga ada perdulinya sama aku, Van. Aku harus berbuat apa lagi. Mulai lelah,"
"Berarti, kamu harus punya trik untuk menyelidiki sebenarnya seperti apa laki-laki yang bernama Fall itu. Apa dia memang jutek, atau kejutekannya itu hanya untuk melindungi diri,"
"Caranya?"
"Pura-pura sakit, jangan masuk ke kamarnya sampai lewat tengah malam. Pilih tempat tidur yang menyedihkan, misalnya di luar rumah, tunggu sampe tengah malam, kalau lewat jam 2 dia tidak datang, berarti, dia benar-benar tidak perduli padamu,"
"Baiklah, aku akan mencobanya"
FLASHBACK OFF
"Senengnya, semalam aku bisa merasakan pelukan hangat dari Fall, eh kok aku sepertinya berubah jadi otak mesum ya? Tidak, tidak, dia kan suamiku, cuma peluk semalam saja, bolehlah. Dia kan tahunya aku sakit, jadi tidak perlu malu. Yang penting aku sudah tahu, perasaannya yang sesungguhnya," Thella bicara sendirian sambil tersenyum tanpa henti.
Peristiwa semalam adalah saat teromantis dalam hidupnya, ia tak pernah membayangkan akan di perlakukan selembut itu oleh suaminya yang super jutek.
Cup...
Thella mencium kertas yang berisi tulisan Fall karena terlalu senang. Mungkin ke depan, ia akan banyak bermain peran untuk mendapatkan kasih sayang dari suaminya tercinta, si Tuan Singa.