Hari itu Naufal pulang lebih awal. Perasaannya meninggalkan Thella yang sedang sakit membuatnya merasa tidak tenang. Ini untuk pertama kalinya, ia bolos kerja, meskipun di perusahaannya sendiri. Entah apa yang bisa membuat ego seorang Fall luluh.
Ia bergegas masuk dan mencari keberadaan Thella. Di kamarnya sudah rapi, gadis itu tidak ada lagi di sana. Ia mencium aroma masakan, sepertinya thella sedang memasak sesuatu di dapur.
"Kamu sedang sakit, tidak usah masak, bisa deliveri kan? kalau kamu makin sakit gimana? Atau kamu suka menjadi semakin sakit?" Omel Fall saat menyusul Thella ke dapur.
"Kamu khawatir padaku? Sejak kapan? Bukannya kamu ga akan perduli dengan hal Sepele?" Thella acuh, ia tetap memasak dan tidak perduli dengan kehadiran Naufal.
"Kamu harusnya senang, aku perduli padamu, Maumu apa? Aku tidak perduli salah, perduli salah, merepotkan!" Umpat Fall kesal lalu memilih duduk di kursi meja makan.
Thella senang melihat Fall gusar seperti itu. Bukan hanya dirinya, pria itu juga mulai tumbuh perasaannya, hanya saja ia terlalu gengsi untuk mengakuinya.
Saatnya bermain peran di mulai. Berikan perhatianmu Fall, atau biarkan aku merebutnya darimu.
"Fall... kepalaku sakit.." Thella memegangi kepalanya yang sebenarnya tidak sakit. Ia srngaja melakukan cara licik untuk menarik perhatian lelaki itu.
Naufal segera bangkit dan mematikan kompor. Tanpa bicara lagi ia menggendong Thella dan membawanya ke kamar. Mereka beradu tatap beberapa detik, hingga Fall menyadari dan kembali mengacuhkannya.
Fall merasa keanehan benar-benar telah terjadi. Ia ingin menghancurkan tembok pemisah di antara mereka. Tapi lagi-lagi ke angkuhannya menghalangi.
"Tidurlah, biar aku yang memasak. Jangan berpikir macam-macam, aku hanya sedang baik hati saja padamu," Ucapnya di buat seketus mungkin. Thella pura-pura patuh dan menarik selimut untuk menutupi dirinya.
Fall bergegas memasak sesuatu untuk makan siang mereka berdua. Pada dasarnya, Naufal memang pandai memasak. Meskipun ia seorang laki-laki, ia sering memasak untuknya sendiri. Dia jarang makan makanan luar apalagi yang cepat saji.
Pria itu menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Ia menata makanan di meja makan. merapikan dapur, dan membersihkan ruangan tempatnya memasak. Ia sebenarnya rajin, hanya terkadang tidak ada waktu untuk mengerjakan.
"Makan sekarang," Fall membawa sepiring nasi dan lauk pauk untuk Thella. Gadis itu masih pura-pura sakit kepala.
"Buka mulutmu," Perintah Fall, ia menyuapkan makanan ke mulut Thella. Ia tidak menolak kebaikan pria jutek itu. Ia memakan semuanya sampai suapan terakhir dari Naufal masuk ke dalam mulutnya. Pria itu juga membantunya minum.
Meskipun masih dengan ketus memperlakukannya, Thella sudah bisa merasakan banyak perubahan dari sikap Fall. Lelaki itu kini sedikit lebih lembut. Walaupun Thella tahu, kemungkinan sikap Fall akan kembali seperti biasanya saat ia telah sembuh.
"Kalau butuh sesuatu, panggil aku." Fall membawa tas kerjanya ke meja yang mungkin biasa di gunakan untuk bekerja olehnya dan mulai mengerjakan sesuatu di dalam laptopnya.
Thella memandangi pria itu yang hanya terlihat punggung dan rambutnya saja. Ia tampak sangat serius bekerja dan mungkin itulah yang dia lakukan di kesehariannya.
Fall, kenapa kamu tidak bersikap normal saja seperti ini? Kamu tampak sangat tampan saat baik seperti ini, aku bisa menarik gelar Tuan Singa darimu jika kamu benar-benar berubah.
Sementara Fall, ia sendiri bingung, mengapa ia mau mengambil keputusan besar yang tidak pernah ia ambil saat ini hanya untuk menjaga gadis yang hampir satu bulan ini menemani hari-harinya.
"Nanti malam, jangan tidur di bawah, tidurlah satu ranjang denganku, aku tidak akan melakukan apapun. Kalau memang mau melakukan sesuatu, aku sudah melakukannya sejak pertama kali aku tidur berdua denganmu," Naufal berkata dengan suara dan intonasi yang jelas. Meskipun tidak menengok ke arah Thella, ia tahu, gadis itu tidak tidur sekarang.
"Baik, Fall. Terima kasih untuk perhatianmu," Sahut Thella sok lemah. Sebenarnya ia kangen juga dengan sosok Fall yang cerewet dan suka mengatur. Kalau lembut begini, rasanya seperti bukan sedang bicara pada Tuan Singa.
"Fall..."
"Hmm..."
"Seminggu lagi, ada pesta ulang tahun di rumah Vanya, apa kau mau menemaniku?" Thella tahu, pasti Fall tidak akan bersedia.
"Jam berapa?"
"Jam delapan malam kita sudah harus di tempat," Thella memberikan keterangan pada Naufal, jam berapa mereka harus pergi.
"Aku tidak bisa, jam delapan aku masih di kantor. Carilah teman lain yang bisa menemanimu pergi," Kata Fall enteng. Thella berpikir, teman yang di maksud Naufal adalah seorang cowok. Dia jadi dapat ide untuk membuat Fall cemburu.
"Baiklah, tidak apa-apa. Aku akan pergi dengan temanku saja," Sahut Thella dengan nada di buat seperti orang kecewa.
"Thella, kamu harus belajar menerimaku, kalau memang kamu ingin menemani hidupku. Aku orang yang sangat menggilai pekerjaan. Bahkan, semua pacarku meninggalkanku hanya karena ini," Curhat Fall, Thella merasa sedikit terkejut.Tiada angin san hujan, tiba-tiba lelaki itu memintanya untuk belajar menerimanya.
"Aku memang jutek sejak dulu, aku bukan pria romantis, aku juga tidak tahu cara merayu hati perempuan, jika kamu mencari laki-laki yang suka memberimu bunga, itu artinya orang yang kamu cari bukan aku," Ungkap Fall jujur. Pria itu merasa ini adalah saat yang tepat baginya untuk membicarakan semuanya.
"Awal aku menikahimu, itu karena sebuah permainan, Truth or Dear. Orang yang memberitahu tentangmu adalah temanmu sendiri, Tomi. Tapi jujur, aku mau melakukannya, karena kamu cantik," Pipi Fall memerah saat sampai pada kalimat terakhir. Ia merasa seperti sedang merayu seorang wanita saat ini.
"Terima kasih, Fall. Kamu sudah mengungkapkan semuanya. Aku tidak akan pernah mundur sampai di sini. Aku akan terus berusaha untuk menjadi istri yang terbaik untukmu, Fall." Thella berkata dengan mantap, entah datang darimana keyakinannya itu, tapi ia merasa bahwa kebersamaanya dengan Fall adalah sebuah takdir.
"Mencintaiku adalah hal yang menyakitkan, Thella. Makanya, aku tidak mengizinkanmu. Kamu tahu kenapa? Aku akan jarang ada waktu untukmu," Naufal akhirnya mengungkapkan kenapa dia tidak mengizinkan Thella untuk jatuh cinta padanya.
"Suatu saat, kegilaanmu akan berubah, Fall. Kamu akan sadar, bahwa duniamu bukan hanya berisi pekerjaan. Suatu hari, kamu juga butuh keluarga, butuh istri dan mungkin juga anak," Dengan sabar Thella memberikan pengertian kepada Naufall. Ia menangkap, sikap Fall ini di sebabkan karena ia anak brokenhome.
"Anak?" Fall sensitif mendengar kata anak, ia bahkan belum memikirkan untuk memiliki seorang anak sekarang.
"Iya, anak. Seorang anak, akan membuatmu selalu rindu rumah. Segala tingkah mereka akan membuat tubuhnu yang lelah menjadi rileks," Jelas Thella.
"Darimana kamu tahu itu? Kamu kan baru saja menikah denganku," Naufal mencurigai Thella.
"Jangan salah paham, Fall. Ayahku yang bilang,"
Hari itu, baik Fall ataupun Thella, mereka mulai saling terbuka satu sama lain. Manisnya...
Author jadi sedikit iri.