"Diiin.. diin.. diiin.." Klakson mobil di depan rumah Thella terdengar berulang kali. Dia yakin itu pasti ulah Fall. Siapa lagi yang berani berbuat arrogant seperti itu selain dia?
Thella mengambil tasnya, dan cepat-cepat keluar sebelum Fall marah dan mengutuknya. Entah mimpi apa dia, harus bertemu dengan lelaki datar dan egois seperti dia.
"Aku datang.." Thella menutup kembali gerbang rumahnya. Lalu menghampiri Fall yang sudah menunggunya di depan mobil. Sambil berdiri dengan gaya seperti model fashion seraya memasukkan kedua tangannya ke saku. Cowok itu menatap tajam seperti seekor elang yang sedang mencari mangsa.
Pasti dia akan memarahiku, aish, dasar cowok pemarah! Tidak takut cepat tua apa dia? Omel Thella dalam hati.
"Aku sudah berdiri di sini sejak pukul tujuh lewat empat puluh lima menit dan kamu baru muncul setelah jam tujuh lewat lima puluh lima menit. Sepuluh menit kau buat aku menunggu! aku sudah bilang, aku benci menunggu. Itu membuang waktu produktifku!" Omel Naufal panjang lebar seperti burung yang bernyanyi di pagi hari seketika membuat mood gadis itu memburuk.
"Maaf," Hanya itu yang Thella ucapkan. Ia tidak bisa membela diri, itu hanya akan membuat Fall semakin marah.
"Senyum. Siapa yang mengizinkanmu menekuk wajah seperti itu. Tunangan Naufal haruslah seorang wanita cantik berwajah ceria. Bukan seperti angsa buruk rupa," Sindir Pria tampan itu, membuat Thella kesal dan ingin menimpuknya. Tapi ia tetap berusaha sabar dan mengulas senyum terpaksa dengan semanis mungkin.
"Penampilanmu, seperti itu gayamu untuk pergi berdua denganku? tidak bisa berdandan yang lebih anggun? aku bisa di kira jalan dengan babu kalau kau berpenampilan seperti itu," Protes Fall saat melihat penampilan Thella yang hanya memakai kaos santai dan celana jeans.
"Tunggu, aku akan ganti baju," Thella berniat mengganti bajunya agar si Fall yang cerewet itu berhenti mengomentari penampilannya.
"Tidak perlu! Sudah jam berapa ini? kamu mau buat aku menunggu lebih lama lagi? Beli saja nanti! ayo berangkat." Naufal masuk ke dalam mobil dan menutupnya kasar.
Thella hanya bisa mengelus dada melihat perangai buruk Naufal yang membuatnya sedikit tertekan. Ia kemudian bergegas masuk ke dalam mobil supaya terhindar dari ocehan Naufal.
Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya saling diam. Fall serius menyetir mobilnya sedangkan Thella, ia enggan memulai percakapan karena merasa setiap yang ia katakan selalu salah.
Naufal membelokkan mobilnya ke sebuah toko pakaian Branded yang berada tidak terlalu jauh dari rumah Thella.
"Turun, cepat beli baju yang bagus. Pakai ini," Naufal menyodorkan kartu kreditnya pada Thella. Gadis itu tidak punya pilihan lain selain menerima setiap keputusan yang di buat Fall.
Ia bergegas masuk ke dalam toko. Lima menit kemudian ia keluar dengan memakai dress pendek dengan motif sederhana berwarna merah jambu.
Naufal memandang Thella dari dalam mobil dengan tatapan kagum. Gadis pilihan temannya itu sangat bagus. Ia senang karena bermain truth or dare membuatnya bertemu dengan Thella.
Ia melihat Thella berjalan dengan tergesa-gesa. Mungkin karena takut akan diomeli lagi olehnya. Fall tersenyum saat Thella hampir terjatuh. Gadis itu telah dekat, Fall berusaha kembali ka sikapnya seperti biasa.
"Ini, terimakasih," Thella mengembalikan karu kredit Naufal. Cowok itu hanya mengambilnya tanpa berkata apapun, lalu mengemudikan kendaraannya.
Ini cowok, dulunya mamanya ngidam apa ya, bisa jadi begini. Sombong, cerewet, ngeselin, egois untungnya tampan, kalau wajahnya juga jelek, entah apa bagusnya dia, gumam Thella dalam hati.
"Lain kali, setiap pergi denganku, kamu harus memakai dress seperti ini. Kamu adalah tunanganku, jadi harus menuruti apa kataku," Oceh Naufal dengan nada ketus.
"Baiklah, lain kali aku patuh," Thella hanya menunduk, pura-pura patuh pada Fall, meskipun nyatanya ia sangat tidak suka di perlakukan seperti itu.
"Bagus, kamu memang harus patuh padaku. Aku ini orang sibuk, punya banyak kenalan, aku tidak ingin punya istri yang Kumel. aku mau pasangan yang modis dan cantik. Berdandanlah terus untukku setiap hari. Meskipun aku tidak ada di rumah."
Naufal terus berbicara sampai Thella pusing mendengarkan ocehannya. Ia ingin sekali menutup kedua telinganya, tapi mana mungkin bisa, ia akan di damprat habis-habisan jika melakukan itu.
Kalau aku sudah jadi istrinya, pasti lama-lama aku menjadi tuli karena setiap hari harus mendengarnya ngoceh seperti ini. Tuhan, kenapa engkau pertemukan aku dengan manusia semacam Fall, keluh Thella dalam hati.
"iya, Fall. Aku akan dandan setiap hari, memakai baju yang sesuai dengan apa yang kamu mau, aku akan mematuhi semua peraturanmu, apa kamu senang?" Thella menampakkan muka pura-pura bodohnya di depan Fall. Ia yakin, suatu hari pasti Naufal akan berubah, atau paling tidak melepaskannya untuk pergi.
"Tentu saja, aku sangat senang karena kau cepat paham," Naufal kembali serius mengemudikan kendaraannya. Ia berhenti berbicara.
Untuk sementara, tidak apa-apa aku menjadi istrinya. Suatu hari, aku akan mempunyai celah untuk meninggalkan dia. Aku tidak ingin mati konyol jika serumah dengan pria seperti ini, umpat Thella dalam hati.
Mobil Naufal kembali berbelok ke sebuah tempat yang mewah. Ternyata tempat itu adalah butik yang akan di gunakan untuk fitting baju pengantin mereka berdua.
"Silahkan, Kak. Ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang pelayan kepada Naufal ramah.
"Mbak, saya mau lihat koleksi terbaru gaun pengantin di toko ini, yang terbagus dan paling mahal," Naufal berbicara denga lembut. Thella jadi kesal, ternyata Fall hanya ketus padanya saja.
"Baik, Mas, mari.."
Kami mengikuti pelayan itu masuk ke dalam toko. Naufal menggandeng tangan Thella, seolah-olah mereka pasangan romantis. Berulang kali Thella coba melepaskan tangannya tapi Fall semakin mengeratkan genggamannya hingga gadis itu merasa kesakitan.
"Mbak ini calon istrinya, mas?" Pelayan itu menanyakan status Thella.
"Iya, ini calon istri saya, cantik ya mbak?" Tanyanya pada pelayan itu. Untung saja mereka tidak sedang makan, kalau sedang makan pasti Thella akan tersedak.
"Iya, mbaknya cantik sekali. Imut lagi, cocok banget sama masnya,"Puji pelayan itu. Naufal tersenyum manis mendengar pujiannya.
"Makanya, saya sangat mrncintai calon istri saya ini, mbak," Naufal menatap Thella dalam-dalam. Dia ingin mengakuinya secara langsung tapi gengsinya lebih besar dari perasaan kagumnya pada Thella.
Di depan orang saja sok manis. Sama seperti bunglon, suka berkamuflase. Aslinya galak seperti macan, Omel Thella dalam hati.
Mereka berdua lalu di sibukkan memilih baju yang di inginkan. Selama di dalam toko, Fall memperlakukan thella seperti pacar sungguhan. Karena sebenarnya Naufal itu mulai menyukai Thella tapi gengsi untuk mengakuinya.