Pagi- pagi sekali Thella sudah menyiapkan segalanya, mulai dari sarapan sampai baju kantor Naufal. Setelah semua beres ia segera membersihkan diri, memakai baju koleksi pilihan Fall dan berdandan secantik mungkin untuk menghindari omelan suaminya.
Badanku rasanya penat. Agak sedikit demam karena tidur di lantai. Katanya sih ikut suami, tapi kenapa menderita seperti ini, seperti ikut mama tiri, Keluh Thella dalam hati.
Thella duduk sendirian di dekat kolam ikan yang terletak di dekat dapur. Ia memang sengaja tidak membangunkan Fall, karena pria itu sendiri yang bilang, tidak usah membangunkannya karena ia sudah terbiasa di bangunkan oleh alarm.
"Thella..! Mana dasiku?!" Teriak Fall dari kamar, terdengar ke seluruh ruangan. Thella bergegas menemui Fall.
"Aku lupa tadi, tidak menyiapkan dasinya, pasti kena omel lagi, deh." Gumam Thella pelan.
"Maaf, Fall. Aku lupa siapin dasi kamu," Thella lebih memilih mengalah daripada harus berantem di pagi hari.
Fall mendekati Thella. Senang sekali dia melihat istrinya secantik itu di pagi buta dan juga wangi. Kalau saja ia tidak memiliki ego yang tinggi, ia pasti sudah memeluk Thella. Sayangnya ia harus membuat Thella kesal setiap hari, karena itu membuatnya merasakan kebahagiaan tersendiri.
"Aku sudah bilang, siapkan dengan teliti. Semua pakaian yang akan ku pakai, jangan sampai lupa meskipun hanya kaos kaki! Apa harus setiap hari aku ngomel terus seperti ini?!" Lagi-lagi Naufal membuat telinga Thella panas.
Mungkin memang dia di ciptakan untuk mengomel dan marah-marah setiap hari. Pagi-pagi saja sudah bikin telingaku ternoda, omel Thella dalam hati
"maaf Fall. Lain kali aku nggak akan lupa lagi, Lebih baik kamu cepat bersiap, nanti kamu terlambat hanya karena mengomeliku," Thella mencoba menenangkan Si Tuan Singa. Siapa tahu caranya berhasil. Naufal kan gila kerja, pasti akan merasa rugi saat waktunya terbuang sia-sia.
"Tumben kamu benar, sudah cepat ambilkan dasiku, lalu segera siapkan sarapanku!" Perintah Fall dengan nada ketus. Thella tidak merespon, hanya berjalan ke arah lemari tempat menyimpan dasi-dasi pria itu.
Dasar manja! Dasi di sini juga, harus berteriak memanggilku untuk mengambilkannya. Memangnya dia tidak punya tangan dan kaki?! Aish, mengesalkan.
Thella menyerahkan dasi yang sesuai dengan warna setelan yang di pakai Fall, lalu berniat bergegas menyiapkan sarapan untuk suaminya yang super cerewet itu.
"Mau kemana? Pakaikan dulu dasiku, baru boleh pergi," Perintah Fall lagi. Dengan sedikit kesal, terpaksa Thella berbalik dan mulai memasangkan dasi ke leher Fall. Karena Thella sedikit lebih pendek, terpaksa ia harus berjinjit dan..
Bruukk..
Tubuh Thella oleng dan membuatnya terjatuh ke dalam pelukan Fall. Seperti saat di Bar, tubuh fall terlalu kuat untuk di goyahkan oleh tubrukan tubuh Thella.
Tubuhnya sih oke, tampilannya rapi, wajahnya tampan, sayangnya dia cerewet dan galak. Seandainya saja dia lembut, mungkin aku bisa jatuh cinta..
"jangan terlalu lama memelukku. Aku harus pergi kerja. Singkirkan otak mesummu !" Umpat Fall, pura-pura tidak suka Thella berada dalam pelukannya. Padahal dia sangat berbunga-bunga, mendapat alasan untuk memeluk gadis itu.
Thella cepat-cepat bangkit dan mencoba memakaikan dasi Naufal kembali. Tapi pria iti merebut dasi yang ada di tangan Thella, membuat tangan mereka bersentuhan dan kontak mata.
Sesaat kemudian Fall sadar dan menepis tangan Thella, lalu memakai dasinya sendiri.
"Siapkan sarapanku, cepat!"
"Baik," Thella bergegas menuju meja makan. Menyiapkan makanan yang akan di makan oleh Naufal. Kali ini tidak boleh salah lagi. Karena dia akan kembali marah dan mengomelinya lagi.
Fall datang, ia meletakkan kunci mobil, lima kartu kredit, sebuah ponsel dan sejumlah uang tunai bernilai puluhan juta rupiah di meja makan. Thella tidak mengerti untuk apa semua itu.
"Ini kunci mobil, Kartu kredit, handphone dan juga uang tunai. Semua ini milikmu. Kamu bebas menggunakannya untuk apa. Terserah. Dengan catatan, jangan berbuat sesuatu yang mempermalukan aku. Kamu mau bertemu teman, arisan atau apalah terserah. Tapi saat aku pulang kantor, kamu sudah ada di rumah. Nomor kamu harus selalu aktif, jangan menutup telepon kalau aku sedang bicara." Peraturan baru dari Naufal, ada kebebasan dan pengekangan. Sama saja dengan tarik ulur layang-layang.
"Apa semua itu tidak berlebihan, Fall?" Thella sebenarnya enggan di perlakukan seperti itu. Terlalu berlebihan. Meskipun gaji di kantornya dulu tidak sebrsar dan sebanysk uang pemberian Fall, tapi ia lebih suka memakai uangnya sendiri.
"Bukankah aku sudah bilang, aku benci penolakan! Jadi pakai semua itu. Kamu harusnya senang, punya suami kaya sepertiku, aku pergi! Jam delapan malam aku pulang," Naufal pergi meninggalkan Thella yang masih tidak mengerti jalan pikiran suaminya itu.
Bukan dia tidak senang punya suami seperti Naufal. Dia memang lelaki tampan, mapan, punya segalanya. Tapi yang Thella butuhkan bukan itu. Ia ingin di sayang oleh Fall. Layaknya istri pada umumnya.
Sampai kapan kamu seperti ini Fall. Aku ingin kamu seperti suami orang lain. Penuh perhatian. Bukan hanya uang yang aku mau..
Thella pergi ke kamar, mencari ponselnya. Ia harus menceritakan kegundahan hatinya pada Vanya, sahabatnya. Ia tidak bisa memendam segalanya sendiri.
"Hallo, Thella, pengantin baru, akhirnya telpon juga.Cerita dong, udah ngapain aja sama si suami kamu, aduh.. siapa namanya...?"
"Namamya Fall, udah, jangan kepo dulu. Kita ketemuan di mana, yuk. Aku lagi gabut banget nih, tenang, aku traktir,"
"Ayolah, di tempat biasa kita ngobrol aja. Percaya deh yang udah jadi istri orang kaya, main traktir sekarang,"
"Beginilah, punya suami yang banyak duit,"
"Sombong. Buruan kemari, aku tunggu,"
Vanya dan thella memutuskan untuk bertemu di kafe tempat mereka sering rumpi yang letaknya tidak jauh dari rumah Thella.
"Hai...!" Vanya melambaikan tangan melihat Thella yang baru turun dari mobilnya. Ia menatap takjub karena penampilan Thella jauh berubah. Gadis yang dulu suka pakai kaos dan jeans itu sekarang pakai dress.
"Kangen.. lama nggak ketemu," Thella memeluk Vanya.
"Gimana kabar kamu? Kok kurusan? Bukannya gemuk, dapat suami kaya," Celetuk Vanya.
Thella lalu menceritakan semua yang ia alami selama menikah dengan Fall.
"Apa?! Jadi Fall memperlakukan kamu dengan seperti itu?!" Vanya heboh mendengar cerita Thella. Gadis itu mengangguk, mengiyakan.
"Kamu belum pernah di sentuh dia?" Tanya Vanya lagi, Thella menggeleng.
"Hanya wedding kiss doang," Jawab Thella jujur.
"Harusnya nggak usah nikah sekalian, dia juga cuma perlakuin kamu kayak pembantu, kan?" Vanya memberikan komentarnya pada apa yang di alami sahabatnya.
"Aku pengen cerai saja sama dia," Thella sudah berada di puncak kekesalannya.
"Bodoh! Sayang sekali buang suami potensial sepertinya, buat dia jatuh cinta." Vanya mencetuskan sebuah ide.
"Caranya...?"