Naufal pulang dari kantor. Saat masuk ke dalam apartemen, ia melihat Thella tertidur di sofa sambil mendekap buku resep masakan. Sesuai dengan keinginannya, Thella selalu tampil cantik dan menawan. Termasuk malam ini, dia terpesona. Meskipun sedang tertidur, wajahnya tetap begitu mempesona.
Diam-diam, ia mendekati Thella dan mengecup Kening gadis itu sekilas. Ia sempat mengelus pipi Istrinya menggunakan jari telunjuknya dengan lembut. Dia tersenyum, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan di depan Thella.
Fall membopong Thella masuk ke dalam kamar. Karena lelah, gadis itu tidak terbangun. Ini kali pertama dalam hidup Naufal, menggendong seorang wanita. Ia tidak pernah melakukan hal seromantis itu. Dia tidak perduli apa reaksi Thella saat bangun nanti, ia menidurkan istrinya di ranjang yang sama untuk tempatnya tidur.
Setelah bekerja seharian, Fall merasa sangat lelah. Ia segera membersihkan diri, setelah itu tidur di samping Thella. Bahkan ia lupa ada gadis itu di sana. Aktivitas yang terlalu padat membuatnya langsung terlelap.
Pagi harinya...
"Aaaa....!" Teriak Thella. Ia histeris karena terbangun di ranjang yang sama dengan Fall. Sementara kebiasaan Fall, ia hanya tidur memakai celana panjang tanpa baju.
Fall yang kaget dengan teriakan Thella, jatuh ke lantai. Ia buru-buru bangun, dan memandang Thella dengan tatapan sayu karena baru saja bangun tidur.
"Kenapa, pagi-pagi teriak. Ini belum jamku bangun. Bukankah sudah ku bilang, jangan asal membangunkanku," Omel Naufal dengan malas. Ia lalu naik ke ranjangnya kembali dan berniat melanjutkan tidur.
"Fall...!" Teriak Thella, membuat Fall tidak bisa terlelap.
"Kamu kenapa? pagi-pagi buta mau ngajak ribut? aku masih ngantuk, mending kamu masak, siapin keperluan aku," Omel Naufal sedikit kesal.
"Kenapa kita bisa tidur satu ranjang? Kamu nggak ngapa-ngapain aku, kan?" Thella panik, sebaliknya Fall tampak tenang, masih setengah membuka mata sambil memeluk guling.
"Karena semalam kamu tidur di sofa, masih bagus aku mau menyeretmu ke sini. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Sedikitpun aku tidak menyentuhmu." Jawab Fall setengah tertidur dengan intonasi yang tidak jelas. Tapi setidaknya itu jawaban yang menenangkan Thella.
Ngapain dia repot-repot bawa aku tidur di ranjangnya, sok perhatian. Biasanya juga mencaci-maki. Kesambet mungkin si Fall.
Tanpa berkata-kata lagi, Thella turun dari ranjang suaminya, bergegas menyiapkan sarapan dan beberes. Seperti biasanya, menyiapkan baju kantor Fall. Mempersiapkan diri secantik mungkin sebelum pria jutek itu bangun.
Semua selesai. Thella memutuskan untuk pergi ke halaman, meskipun cukup sempit, tapi ada beberapa tanaman bunga di sana. Thella merawat dan menyiram satu per satu tanaman-tanaman itu. Semenjak berada di apartemen Fall, tanaman yang tidak terurus pun berubah menjadi taman kecil yang indah.
Fall berdiri tidak jauh dari Thella. Ia sudah siap, dan menantikan sarapan bersama istrinya. Meskipun hanya sarapan, Fall merasa terinfus semangatnya jika melakukannya bersama Thella.
Ia kagum melihat Thella yang rajin, merubah tempat tinggalnya yang berantakan menjadi tempat yang sangat nyaman untuk di huni. Bahkan kamarnya yang seperti kapal pecah, yang selalu membuat lelahnya bertambah, kini menjadi tempat yang selalu ia rindukan saat lelah menerpa.
"Kamu lupa, menyiapkan makananku?" Fall berusaha menarik perhatian Thella yang terlalu serius merawat tanaman. Gadis itu segera teringat tugasnya menyiapkan sarapan Tuan Singa.
"Baik, Fall. Aku segera menyiapkannya. Ayo kita masuk," Ajak Thella dengan nada lembut dan senyum yang merekah. Fall heran, sejak kapan Thella semanis itu di hadapannya.
Naufal mengikuti langkah Thella masuk ke dalam apartemen dan langsung menuju meja makan.
"Aku mau makan roti tawar dengan selai coklat, minumnya susu hangat,"Fall berusaha sedatar mungkin untuk mengucapkan kalimatnya itu. Ia sambil mengecek e-mail yang menumpuk.
"Tentu saja, aku akan siapkan segera,"
"..." Fall tidak menyahut, ia lebih memfokuskan diri ke ponselnya.
"Sudah siap, silahkan di makan," Thella heboh sambil menyodorkan piring kecil berisi sepotong roti dan segelas susu hangat.
Fall tertegun saat melihat makanannya. Thella mengoles selai coklat di atas roti dengan bentuk hati. Sesaat kemudian, ia bersikap biasa saja dan memakannya dengan santai.
Melihat ekspresi Fall yang biasa saja, membuat Thella sedikit kecewa. Tapi gadis itu tidak patah semangat, ia akan terus berusaha untuk merebut hati Fall. Meskipun ia sadar, itu cukup sulit dan perlu perjuangan ekstra.
"Nanti malam kamu pulang jam berapa? Ada yang ingin kamu makan? Aku dengan senang hati akan memasaknya untukmu." Thella berusaha bersikap sebaik mungkin di hadapan Fall. Meskipun sebenarnya ia kesal melakukan ini.
"Kenapa kau tiba-tiba perduli? Biasanya kau cuek. Aku makan malam di luar, kamu tidak perlu repot menyiapkan hidangan untukku. Urus saja dirimu sendiri," Kali ini kalimat yang Fall ucapkan tetap datar, tapi tidak ketus seperti biasanya.
Tidak salah, Fall menyebutku cuek? bukannya dia yang selama ini mengabaikanku? Bisa-bisanya dia memutar balikkan fakta. Dasar Tuan Singa!
"Baiklah, kalau begitu, aku akan menunggumu pulang saja, jika pikiranmu berubah, telepon saja aku. Ponsel pemberianmu selalu aku aktifkan," Thella tetap berusaha selembut mungkin berbicara pada Fall. Menahan segala umpatan yang sebenarnya ingin ia utarakan pada pria dingin itu.
"Tidak perlu. Aku malas harus memindahkanmu jika kau tertidur lagi di sofa." Fall memakan potongan roti terakhirnya dan meneguk habis susu yang masih tersisa di gelasnya dan mengelap bibirnya dengan tisu yang tersedia di hadapannya.
"Aku janji, aku tidak akan tertidur lagi. Aku akan tetap menunggumu pulang," Thella tetap bersikeras dengan keputusannya.
"Apa yang membuatmu berubah drastis seperti ini? Apa kau mulai mencintaiku? Kalau iya, lupakan. Aku tidak ada waktu untuk menanggapi hal sepele semacam itu," Naufal bangkit dari duduknya, menenteng tas kerjanya dan meninggalkan Thella yang tengah membereskan peralatan makannya.
"Aku hanya ingin menjadi seorang istri yang baik. Tidak perduli kamu menganggap usahaku atau tidak, Aku akan tetap berusaha," Ucap Thella lantang, berharap Fall mendengarnya.
Mendengar perkataan Thella, Fall tersenyum. Ia merasa sangat senang karena pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang perduli padanya. Bahkan, orangtuanya pun tidak ada waktu untuk sekedar mengunjunginya.
Papa dan mama Fall adalah orang-orang sibuk. Karena terlalu sibuk, tidak ada kepedulian satu sama lain. Fall anak tunggal mereka pun, tidak sempat mereka perhatikan. Hingga menyebabkan Naufal lebih memilih tinggal seorang diri.
"Terserah, lakukan apa saja yang ingin kau lakukan, sesuka hatimu, tapi jangan pernah menuntut apapun dariku. Aku tidak akan perduli. Aku hanya mencintai diriku dan pekerjaanku. Di luar itu, hanya hiburan semata," Fall melangkah panjang keluar dari apartemennya. Meninggalkan Thella yang masih memandangnya sampai punggung lelaki itu tak terlihat lagi. Ia membanting ringan piring bekas makan Naufal ke meja. Ia sangat geram.
"Manusia berhati batu. Lihat saja, sampai kapan kamu akan mengacuhkan aku. Keangkuhan dan egomu itu tidak akan berguna lagi saat hatimu melemah." Seringai Thella.