Chereads / Pengantin Lima Ratus Juta / Chapter 26 - Festival Musim Panas Part 1

Chapter 26 - Festival Musim Panas Part 1

"Huuuuuuuuhhhhhh~"

"Cok, keluhanmu itu lebih panjang tiga detik dari sebelumnya, ada apa sih?"

Di dalam rumah kos Bagas, seperti biasa.

Bagas yang sedang tiduran di atas tempat tidur, menghela nafas lebih panjang dari sebelumnya. Beni yang duduk di meja belajar, sedang memegang dua senjatanya, khawatir kalau ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh sahabatnya.

Saat itu sudah sebulan berlalu semenjak mereka memulai proyek. Bulan Juli sudah mau berakhir, digantikan dengan Agustus, dimana bulan yang akan dipenuhi dengan terik matahari dan angin kencang sepanjang siang malam.

"Kemarin Erina bilang, kalau hari ini dia bakal menghadiri pesta," ucap Bagas.

"Pesta?"

"Ya, pesta perkumpulan para pengusaha gitu."

Itu berarti, ada kemungkinan kalau sesuatu yang gawat terjadi. Beni yang khawatir jadi sedikit agresif.

"Cok, bukannya gawat. Gimana kalau dia terperangkap di satu event dimana dia ditawarkan untuk dijodohkan ke salah satu anak pengusaha ternama agar yayasan ayahnya mendapatkan lebih banyak donor uang!"

"Ceng, kau itu esper atau gimana?"

Bagas sebenarnya menolak untuk percaya kemungkinan itu. Namun kemungkinan tetap kemungkinan, apalagi persen kalau itu benar-benar terjadi cukup besar.

"Huuuuuuuuuuhhhhhhhhhhh~"

Tak ada sesuatu yang lebih mengesalkan daripada mengkhawatirkan kekasihmu sedang sendirian di dalam kerumunan orang-orang yang mengincarnya.

Melihat sahabatnya sedang terpuruk, Beni meletakkan senjatanya, memperbaiki posisi kursi lalu berkata :

"Cuk, kupikir kau gak harus sekhawatir itu. Maksudku, bukannya Pak James berjanji padamu, kalau dia akan memberikanmu kesempatan selama tiga tahun, untuk menunjukkan keseriusanmu ke Eruin."

Itu memang benar, tetapi, khawatir tetaplah khawatir, dan untuk mengobati hal itu yang bisa dilakukan hanyalah dengan mendengar sendiri, kalau seseorang yang dikhawatirkan baik-baik saja.

Berpikiran seperti itu, semangat Bagas jadi sedikit naik.

"Kau benar, Ceng, aku gak boleh terpuruk begini."

"Nah, bagus! Kalau gitu segera selesaikan chapter selanjut – "

Sebelum Beni bisa menyelesaikan kata-katanya, sebuah bantal terbang tepat ke wajah dan membungkamnya.

Pelaku dari pelemparan bantal itu adalah Bagas. "Orang lagi males begini jangan disuruh yang enggak-enggak."

"TAPI, COK! Orang-orang pada nungguin cerita selanjutnya dari sang penantang, Iko! Kalau kau terus-terusan malas begini, mereka pasti bakal kecewa dan tak mau datang lagi."

"Kemungkinan mereka gak mau datang itu kecil. Lagipula aku baru absen lima hari, kau udah ribut begitu."

"COK! Dunia perliterasian, apalagi ditingkat Light Novel itu sangat ketat. Kalau kau gak mengejar ketertinggalan, pasti ada banyak sensei yang melombamu!"

"Gak perlu sekhawatir gitu juga kali. Lagipun, cerita dari Iko yang bekerja di dunia lain sebagai prajurit penyelamat dunia, dengan tema yang sangat tak biasa yaitu sci-fi, dan bantuan ilustrasi dari seorang Ilustrator hebat dan terkenal, kita gak mungkin tertinggal sejauh itu."

"TAPI COK - !"

"Ah, iya-iya, biarin aku mager sehari ini aja, besok baru kumulai kerjain lagi."

Setelah mengucapkan permintaan terakhir, Bagas berbaring miring ke arah dinding, membelakangi Beni.

"Hmm, kayanya kau memang lagi butuh liburan, cuk."

Beni memang tak mau terlalu memaksa Bagas, yang sedang berada dalam tekanan yang tak bisa dia tahan. Apalagi sudah tiga minggu lebih Eruin tak menyentuhnya. Stress terus menumpuk di kepala tanpa ada satu hari dia menyegarkan diri.

"Gak ada pilihan lain, besok kita harus keluar," ucap Beni semangat.

"Kemana?"

"Kemana? Oi, kau gak lupa kalau besok itu Festival Musim Panas di kampusmu, kan?"

Tersadar akan sesuatu, Bagas bangkit dari tidurnya, lalu duduk di tepi kasur. Menaruh jarinya di dagu, dia bergumam. "Kalau gak salah, Eruin dan kelasnya bakal ngadain Maid Cafe."

"Wooooooooooooooooohhhh!"

Beni tiba-tiba saja berteriak, sangat bersemangat. Di saat semangatnya sangat membara seperti itu, dia bangkit dari kursi dan menghadap Bagas.

"Cok, seumur-umur, kita cuma bisa ngeliat event begitu di manga, kan?"

"Ho, iya juga."

"Nah, mumpung kita lagi stress berat begini, ayo kerahkan tenaga untuk menikmati masa muda kita!"

"Masa muda!"

Dua biji anak muda, dalam sebuah ruangan petak yang tak terlalu besar, mengangkat kedua tangan mereka, dengan semangat 45, bersorak ria.

Di saat Beni dan Bagas meneriakkan masa muda mereka, tetangga yang sedang dalam keadaan murung, duduk di depan komputer, dalam ruangan gelap, bergumam, "Enaknya."