Chereads / Pengantin Lima Ratus Juta / Chapter 14 - Eperiting is gona bi olrait

Chapter 14 - Eperiting is gona bi olrait

Sepuluh menit sebelum jam empat sore. Bagas berdiri di salah satu depan stasiun kereta kota. Dia bukannya baru saja sampai atau ingin pergi. Namun tempat itu dijadikan tempat ketemuan baginya dan Eruin.

Setelah berjalan selama setengah jam dari rumah dia berhasil sampai sepuluh menit lebih cepat.

Memakai jaket ringan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang, Bagas berpenampilan sederhana namun terlihat keren. Bahkan untuk sejenak dia menarik perhatian perempuan lain yang lewat.

Di saat dirinya baru saja mau dijadikan santap sore bagi pengincar pria tampan, Eruin datang di saat yang tempat.

"Aska!"

Panggilan Eruin membuat perhatian Bagas tertuju pada gadis yang sedang berlari ke arahnya.

Eruin memakai sweater panjang yang manis dengan warna yang cocok dengan rambutnya. Juga gaun one piece merah muda panjang dengan tas merah kecil yang digantung di bahu kanan. Wajahnya terlihat natural tanpa make-up. Rambut indahnya juga dibiarkan terurai ke belakang.

"Kamu datang lebih cepat, ya?"

Nafas Eruin terengah-engah saat sampai di sisi Bagas.

Bagas menatap ke arah Eruin seperti melihat es krim rasa durian dengan corong pink di bawahnya. Terlihat lezat untuk dimakan.

"Hei, apa yang lagi kamu pikirkan?"

Eruin mengacaukan imajinasi Bagas dengan menyubit pipinya. Bagas dengan poker face-nya menjawab, "Enggak ada, yuk jalan," dan dia melepas tangan Eruin, menggenggam tangan yang menyubit lalu memimpin mereka berjalan.

Eruin senang Bagas memanjakannya dengan berjalan sambil berpegangan tangan. Tetapi dia tak suka kalau Bagas melakukannya dengan niat setengah-setengah.

"Kamu gak apa-apa?"

"Hm?"

Eruin khawatir, karena Bagas terlihat lebih lelah daripada kemarin. Di sisi lain, Bagas malah tak fokus dan menunjukkan ekspresi bertanya.

Eruin yang geram menjinjit dan mendekatkan mulutnya ke telinga Bagas, dengan keramaian yang ada Eruin mengulang pertanyaannya dengan sedikit berteriak.

"Kamu, gak, apa-apa?!"

Saat Eruin mengembalikan pose tubuhnya, tiba-tiba saja Bagas malah mencium kepalanya. Perasaan terkejut dan juga bertanya beradu di pikiran Eruin.

Ekspresinya berkata, ha?, dengan diarahkan ke Bagas. Di sampingnya Bagas malah melihat ke depan dengan ekspresi yang tak berubah.

Gak nyambung, adalah kalimat yang cocok untuk digunakan dalam situasi saat itu. Eruin bertanya dan yang dia dapat malah ciuman di kepala. Itu sebenarnya hal yang romantis kalau dilakukan di waktu dan tempat yang tepat. Tapi...

"Sshhh, aw, apa sih?"

Eruin mencoba menyubit perut Bagas, yang dia dapat malah ekspresi kesal yang bertanya apa yang dia lakukan.

Eruin tak tahu bagaimana lagi harus memperbaiki kondisi kesamaan hati mereka yang sekarang. Jadi untuk saat itu Eruin hanya akan diam sampai mereka berada di tempat yang sudah ditentukan.

-

Itu adalah restoran kecil yang menjual soto dengan berbagai macam rasa. Tempat yang ditentukan untuk Bagas dan Eruin berkencan, atau lebih tepatnya menghabiskan waktu dengan makan malam.

Harusnya mereka datang ke tempat itu dengan perasaan yang berkilau-kilau, namun yang terjadi malah sebaliknya.

Ruang hampa memenuhi kursi di ujung restoran yang mereka pesan. Suasananya benar-benar berat, sampai-sampai pelayan yang menerima pesanan mereka merasa tidak enak.

"Bagaimana, mbak dan mas, sudah ditentukan pesanannya?"

Bagas dan Eruin masih melihat ke menu dengan satunya berekspresi datar dan satunya masih merasa kesal.

Si pelayan yang tidak sabar membuat ekspresi, 'ini pasangan ngerepotin dah', dengan senyum pelayan yang tulus melayani pelanggan.

Setelah lima menit melihat menu Bagas akhirnya mengangkat tangan.

"Soto ayam santan, satu."

"Dua, tolong."

Tak disangka Eruin ikutan merespon dan sempat membuat si pelayan bingung. Karena pesanan tak sulit untuk dimengerti, si pelayan berusaha untuk kuat dan menjawab.

"Soto ayam santan dua ya, mas mbak. Bagaimana dengan minumnya?"

"Uhh, jus jeruk dingin aja, dua."

"Baik kalau begitu. Tolong tunggu sebentar selagi pesanan dibuat."

Si pelayan pergi dengan menunjukkan ekspresi kesal setelah dia berpaling.

Bagas menaruh buku menu di tempat yang tersedia, sedangkan Eruin melempar buku menu ke tengah meja. Bagas menatap Eruin heran sambil mengambil buku menu yang dilempat dan meletakkan ke tempatnya.

Menyilangkan kedua tangan di atas meja, berkonsentrasi dengan perkataan, Bagas mencoba untuk menenangkan Eruin yang menopang kepalanya dengan satu tangan di atas meja dan melihat keluar dinding kaca tembus pandang.

"Hei, apa rencanamu selama liburan ke depan?"

Bagas berusaha untuk bertanya dengan selembut dan sebaik mungkin. Namun Eruin tak bergeming dan tetap berpegang teguh pada perasaannya saat itu.

Saat itu Bagas ingin marah. Dia menutup matanya sejenak untuk menghilangkan perasaan negatif. Setelah merasa tenang Bagas mencoba lagi.

"Kamu marah kenapa?"

Sesaat setelahnya Eruin memberikan tatapan sinis. Alis matanya di tajamkan. Ekspresinya cukup pedas untuk ditambahkan sebagai bumbu makanan nanti.

Bagas tak tahu harus merespon apa. Karena yang dia ingat dia melakukan yang terbaik saat perjalanan mereka ke restoran tadi.

Eruin melihat Bagas yang menunjukkan ekspresi tidak tahu apa-apa dengan wajah kesal. Eruin tampak ingin marah. Namun sesaat setelahnya dia menarik nafas panjang.

Eruin jadi sedikit tenang. Tetapi ekspresi serius malah menggantikan rasa kesalnya.

"Sekarang kamu jujur, apa yang sedang kamu kerjakan akhir-akhir ini?"

Mendengarkan pertanyaan itu, ekspresi terkejut muncul di wajah Bagas. Dia tak menyangka Eruin akan menyadari dia sedang melakukan sesuatu secepat itu.

"E – eh, aku gak lagi ngerjain apa-apa kok."

Di sebelah Eruin malah terlihat sudah menduga kalau akan jadi seperti itu situasinya. Bagas berusaha mengelak dan mengesampingkan rasa khawatir yang diberikan.

Eruin menyentuh sebagian wajah dengan tangan kanan. Ekspresinya pahit karena Bagas tak mau membagi beban kepadanya.

"Kamu gak perlu menghindar begitu. Tanpa kamu beri tahu, aku sudah tahu kalau kamu dan ayah sudah melakukan perjanjian yang berkaitan dengan hubungan kita, kan?"

Bagas awalnya terkejut mendengar pertanyaan Eruin. Namun dia tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk tak membiarkan Eruin terlibat.

"Y – yaahh, itu benar sih. Tapi kamu tenang aja, semuanya pasti akan beres dan kita akan terus bersama. Eperiting is gona bi olrait."

Bagas berusaha memperbaiki suasana dengan semangatnya. Tetapi dengan wajah yang lelah dan tenaga yang sedikit, Eruin malah merasa kasihan padanya.

Dengan ekspresi khawatir dan tulus, Eruin menyentuh tangan Bagas dan berkata.

"Aku akan selalu disimu kalau kamu mau. Kalaupun kamu gak mau aku mengganggumu, aku selalu menerima permintaan tolong dan aku akan melakukan apapun yang aku bisa. Jadi, jangan terlalu memaksakan diri. Semua gak akan baik-baik aja kalau kondisi kamu malah jadi buruk nanti."

Setelah mendengar kata-kata tulus dari Eruin, entah kenapa rasa lelah menyerang tubuh Bagas. Matanya menjadi berat dan dia menjatuhkan kepalanya ke dua pasang tangan yang sedang menggenggam tangannya.

Di posisi yang menyejukkan Bagas menarik nafas panjang yang berat. Eruin bisa melihat kalau Bagas sedang menghadapi sesuatu yang sangat memusingkan. Namun untung saja, itu bukanlah sesuatu yang membahayakan. Eruin bisa tersenyum lega karenanya.

Kepala berat Bagas ditopang digabungan antara tangannya dan tangan Eruin. Rasanya benar-benar nyaman. Bagas sampai sedikit mengantuk karenanya.

Dari depan, Eruin tersenyum pahit karena tanpa sengaja dia membiarkan sang kekasih memikul beban yang cukup berat yang sebenarnya dia tak ingin itu terjadi.

Eruin mendekatkan kepalanya ke kepala Bagas. Dengan penuh rasa cinta dan sayang dia berbisik : "Lalu ingat, kalau kamu gak sendirian."

Di saat yang sama, pelayan yang barusan yang memegang nampan dengan pesanan Bagas dan Eruin berdiri tak jauh dari posisi mereka. Melihat situasi romantis yang tak bisa diganggu membuatnya kesal sendiri.