Chereads / Señorita : The Evil Symphoy / Chapter 24 - The Evil Symphony

Chapter 24 - The Evil Symphony

Aku bakalan gunain sistem update kaya gini, kalau setiap chapter udah tembus like lebih dari 200. Kenapa Thor kok gitu? Karena banyak yang baca, nungguin update, tapi pelit like. Satu chapter itu cuman 11 - 15 kb, ngga sebesar paket data yang kalian gunain waktu ganti profile picture WA. Jadi, kenapa kalian ( yang ngga like ) ngga mau ngasih dukungan dengan tekan tombol jempol? Dan aku makasih banget buat yang udah like, komen dan vote. Itu bentuk dukungan lain dari kalian yang buat aku semangat nulis. Enjoy~

======== Sebuah renungan, tentang jodoh yang sudah di takdirkan dan di gariskan. Tak perlu gelisah, apa lagi resah~

Karena jika saatnya tiba, ia akan datang menghampirimu. Tak perlu mencari hati yang lain, karena hatimu sendiri yang akan menuntunmu padanya.

Dan jika saat itu tiba, rengkuh ia dengan sepenuh jiwamu. Jangan lepaskan, atau sakiti. Karena ia yang akan melengkapimu ======

Rachel terbangun ketika kesadarannya menyadarkanya bahwa ada nafas orang lain di sampingnya, nafas yang teratur dan dalam. Nafas orang yang tengah tertidur dengan pulasnya di samping Rachel.

BegituRachel memalingkan tatapannya dan merasakan bahwa ada sepasang tangan kekar yang tengah memeluknya, tangan Lucas. Rachel langsung terlonjak kaget. Ia beringsut dengan cepat menuju ke sisi lain ranjang. Rachel sontak melihat ke arah tubuhnya sendiri, dan mendapati kalau ia masih berpakaian dan tak ada apa apa yang terjadi. Seketika Rachel menarik nafas lega, Lucas tak melakukan apapun padanya semalam. Ia hanya tertidur.

Lucas yang menyadari kekosongan di sampingnya itu, membuat matanya terbuka. Ia mencari cari keberadaan Rachel yang tengah berada di pelukannya barusan, lalu Lucas menatap ke arah Rachel yang tengah berada di sisi ranjang. Sisi yang bersebrangan dengannya. Lucas bisa melihat Rachel yang tengah menatapnya dengan tatapan panik sedangkan tangan Rachel tengah menutupi pahanya yang terekspos karena kemeja yang di pakainya kini tergulung ke atas. Lucas menertawakan kebodohan dan keluguan Rachel di dalam hati, tapi yang tersampaikan di mulutnya lain lagi di hati.

" Well, morning .... " Lucas tersenyum ke arah Rachel, memberikan Rachel sebuah senyuman dari bibir Lucas. Senyuman paling manis yang pernah di berikan Lucas. Sepagi ini? Dengan Rachel yang terduduk satu ranjang, apa yang bisa terlintas di pikiran Lucas? Dia malah mendekati Rachel dengan bersingsut sedikit demi sedikit. Mencoba mengintimidasi Rachel dan membuat dia gugup.

" jangan mendekat ...! " Rachel sontak berteriak mencoba menghentikan Lucas yang sudah sangat dekat dengannya, hanya tinggal hitungan senti dan mereka akan berhadapan sangat dekat lagi. Tapi Lucas megnabaikan peringatan Rachel, ia justru semakin mendekat dan sampai di titik terdekat. Lucas bisa melihat Rachel yang menutup matanya rapat rapat. Tapi apa yang di lakukan Lucas? Ia justru mengecup kening Rachel dan langsung beranjak dari kasur.

" aku hanya memberikan ucapan selamat pagi ... " Lucas sudah berdiri di sisi kasur, ia masih megnenakan pakaian yang sama seperti kemarin, tampilan Lucas ini mengingatkan Rachel pada permainan Biola Lucas semalam. Lagu menyayat seperti itu tak mungkin di mainkan hanya untuk menghilangkan kebosanan. Tanpa sadar Rachel tertarik untuk mengetahui kepada siapa? Untuk siapa lagu itu di tujukan. Apakah diam diam Lucas memiliki sesorang di hatinya? Tapi Rachel langsung menampik pertanyaan bodoh di otaknya itu. untuk apa memikirkan hubungan rumit Lucas dengan banyak wanita. Itu bukan urusanku. Bukan urusanku sedikitpun.

" Aku akan mandi, apa kamu mau mandi denganku ..? "

Lucas masih menggoda Rachel dan itu langsung di sambut dengan pipi Rachel yang memerah. Ini benar benar topik paling vulgar yang pernah Rachel dengar. Ia tak pernah berpikiran kotor sedikitpun tentang laki laki. Tapi Lucas dengan santainya malah membahas topik seperti itu di pagi hari. Pikiran Lucas memang benar benar butuh di bersihkan. Diam diam Rachel mengutuk Lucas di dalam hatinya. Ia tak berani mengatakannya langsung di depan Lucas, ia tak mau mengambil resiko atas kemarahan Lucas. Tak mau sedikitpun.

" Aku bisa mandi sendiri ... " Rachel menjawab dengan nada gerogi di campur sedikit keberanian yang di paksakan, tapi justru ini membuat tawa kecil di bibir Lucas. Ini hanya ajakan, kenapa reaksinya justru membuatku geli?

" Aku tidak memaksa, toh masih ada banyak waktu dan masih banyak hari. Untuk aku mandi denganmu .... "

Lucas meninggalkan Rachel, ia masih berjalan menuju kamar mandi sambil tertawa terkekeh. Sedikit menahan suara tawanya karena Rachel bisa mendengar tawa itu. ia kini masuk ke kamar mandi tanpa mengunci pintu, toh Rachel takan berani menggunakan kamar mandi kalau ada Lucas di dalamnya.

Lucasmenerpa seluruh tubuhnya dengan air dingin, ini adalah tidur terpanjangnya. Selama ini ia hanya tidur dalam hitungan jam. Ia bisa di sebut workaholic. Hidup untuk bekerja. Kalaupun ia bisa memilih, Lucas akan memilih musik sebagai jalan hidupnya. Tapi terlahir di keluarga kaya juga memberikan tanggung jawab besar. Ia di tingggali sebuah perusahaan yang harus tetap di jaga. Dan setelah perusahaan Nortwest Corporation berada di tangan Lucas. Perusahaan semakin besar dan luas. Semakin menjadi perusahaan yang memonopoli pasar. Semua bidang usaha di selundupi Lucas dengan memasukan anak anak perusahaannya. Entah itu di bidang agraris, maritim, ekport import ataupun hiburan serta perbankan.

Tak ayal semua itu yang membuat Lucas tak bisa beristirahat panjang. Tapi hari ini ia tidur dengan damai dan tidur dengan nyeyak. Ini semua hanya karena gadis bernama Rachel. Rachel bisa mendengar suara kucuran air shower dari dalam kamar. Ia bahkan bisa mendengar Lucas menyenandungkan sebuah lagu. Pagi yang membahagiakan mungkin untuk Lucas, pikir Rachel.

Iasendiri tak tau apa yang membuat Lucas menjadi sangat senang saat ini. Belum selesai Rachel berpikir, Lucas sudah masuk ke kamar. Ia sudah selesai mandi dan tubuhnya basah

karena air. Rambut Lucas juga masih meneteskan air di tengkuknya. Rachel sontak memalingkan wajah, ia bisa melihat Lucas masih bertelanjang dada, ia hanya menggunakan handuk yang menutupi pinggang hingga lututnya.

Melihat Rachel yang nampak malu saat melihatnya, Lucas justru dengan santainya memilih milih baju dengan gerakan lambat. Seolah ia tak memedulikan Rachel dan tengah sibuk memilih setelan jas mana yang akan di kenakan hari ini. Sesekali ekor mata Lucas melihat Rachel yang tak bergeming sedikitpun, ia tak melirik atau menatap Lucas. Ia tetap memalingkan wajah dan bahkan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Lucas memaikai pakaiannya dengan tempo lambat, semakin lama ia mengenakan pakaian semakin lama pula Rachel tersiksa. Semakin lama juga pipi Rachel menjadi merah. Hingga sampai Lucas selesai berpakaianpun, Rachel tak menyadarinya. Ia masih sibuk menutupi matanya.

" Bukalah matamu, kau pikir aku ini tontonan yang tak layak kau tonton. Kau anak di bawah umur? "

" Aku tidak mau melihat, cepatlah berpakaian ... "

Rachel masih bersikekeh kalau Lucas itu telanjang, tapi Lucas malah tersenyum lagi. Benar benar wanita yang polos. Lucas mendekati Rachel dengan berjalan santai, ia kini sudah menggunakan kemeja dan celana kantor. Jasnya masih tersampir di kursi dekat lemari.

" Bukalah matamu, buka matamu kataku ... "

Lucas sedikit membentak, membuat Rachel tak punya pilihan lain selain menuruti perintah Lucas. Ia membuka matanya perlahan dan mendapati Lucas yang sudah berpakaian rapi. Ia kemudian menarik nafas lega karena tak harus berlama lama melihat ketelanjangan Lucas.

Ekpresi kelegaan Rachel itu justru membuat Lucas tersentak. Ada wanita di luar sana yang tak ingin melihat Lucas secara intim dan itu adalah Rachel.

Lucas langsung menarik Rachel mendekati dirinya, langsung mencium Rachel tanpa permisi. Belajar dari pengalaman, kini Lucas mencium Rachel dengan lembut. Mencoba mencermati apakah ada penolakan atau tidak. Mencoba mencium Rachel dengan selembut mungkin walaupun gairah tak bisa di pendam.

Rachel tak yakin ini keputusan benar atau salah, tapi yang ia tau. Ia sudah tak punya pilihan untuk menolak Lucas. Tak ada pilihan untuk menolak Lucas karena kebebasannya sudah tergadai. Yang bisa Rachel lakukan sekarang hanyalah menerima ciuman Lucas yang berbeda dari sebelumnya. Jika kemarin ia mencium Rachel dengan beringas dan kasar. Kini Rachel bisa meraskan bahwa Lucas menciumnya dengan kelembutan walaupun ada sedikit perasaan mendominasi di ciuman itu. tanpa sadar Rachel menutup mata, berciuman adalah sensasi baru untuknya. Ia tak bisa memungkiri kalau Lucas adalah orang yang sangat lihai dalam berciuman. Tak perlu di tanya, Rachel terbuai akan ciuman Lucas, kelembutan Lucas.

Lucas yang tak meraskan adanya penolakan dari Rachel, ia kini semakin memperdalam ciumannya. Menarik pinggul Rachel agar ia semakin dekat dengannya. Hingga Lucas menyadari ia sudah cukup lama mencium Rachel, nafas gadis itu sekarang semakin pendek dan memburu.

Rachel kehabisan nafas. Lucas langsung melepaskan ciumannya, dan berganti menatap Rachel yang masih kewalahan mengatur nafas.

" You're Bad kisser " Lucas berkomentar pedas dan tersenyum secara bersamaan. " Tapi tak apa, aku akan mengajarimu bagaimana cara berciuman nantinya. Toh orang yang akan kau cium hanya aku, oh iya. Pakaian yang bagus .. "

Lucas menunjuk ke arah kemejanya yang di pakai oleh Rachel, itu membuat Rachel merona malu karena ketahuan membuka lemari Lucas tanpa izin dan sembarangan memakai pakaiannya. Lucas hendak beranjak sebelum gerakan Rachel menghentikan langkahnya.

" Kapan, ibuku.. " Rachel terhenti, ia seperti ragu untuk melanjutkan kata katanya tapi Rachel memberanikan diri untuk melanjutkan pertanyaanya " kapan, Ibuku bisa di operasi ...? "

" Ibumu sudah di operasi, sekarang tinggal bagaimana caramu membayarku " Lucas berjalan lagi, meniggalkan Rachel yang masih terdiam setelah mendengar pernyataanya barusan. Rachel? Ia masih terdiam, antara lega dan bimbang. Ibuku sudah di operasi, sudah selamat dan tak ada lagi yang perlu ku cemaskan kondisinya. Tapi sekarang, aku harus membayar biayanya. Sekarang aku harus membayar harganya.

Rachel terdiam, Lucas sudah pergi entah kemana. Tak terlihat lagi keberadaanya di kamar ini. Lucas pergi keluar dengan setelan lengkap. Apa ia bekerja sepagi ini?. Tapi Rachel tak punya alasan untuk pergi dari apartemen ini. Pakaian? Tak ada. Semua pakaiannya kotor dan masih teronggok di keranjang cucian kotor, basah pula. Pakaian dalam pun tak ada, Rachel benar benar telanjang di balik kemeja over size itu. jadi ia hanya terduduk meringkuk di atas kasur, bingung. Apa yang akan di lakukan setelah ini.

Tapi pintu tiba tiba terbuka dan Lucas masuk membawa sebuah papper bag sebuah brand fashion ternama. Ia masuk dengan santai dengan tangan kanannya yang mengayunkan tas itu ke arah Rachel.

" Itu, pakaian untukmu. Pakailah dan kau bisa pergi enemui Ibumu, aku akan berangkat ke kantor dan pastikan .. " Lucas menggantung kalimatnya, ia memperhatikan raut wajah Rachel yang menunggu kelanjutan kata katanya. " Pastikan kau pulang sebelum pukul lima sore nanti, karena ada hal yang harus kau lakukan. Hal yang hanya bisa kau lakukan denganku .. "

Seperti biasa, Lucas langsung pergi tanpa mendengarkan jawaban Rachel. Lucas langsung keluar dari unit apartemennya, ia harus ke kantor sekarang. Banyak masalah yang harus di selesaikan hari ini.

Sedangkan Rachel? Ia beringsut dari kasur dan mengambil tas itu ia bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih kepada Lucas. Rachel membukanya dan kaget setelah melihat isinya adalah tiga potong gaun yang sangat cantik. Gaun berwana biru muda dengan potongan sederhana tanpa banyak hiasan ataupun tunik. Potongan yang sopan dan memiliki lengan pendek. Dua gaunnya lagi berwana hitam dan juga berwarna hijau mint. Semua di dalam tas adalah pakaian lengkap. Rachel langsung bersemangat untuk memakai dress itu. ia tak bisa bertahan hanya dengan menggunakan kemeja tanpa pakaian dalam.

Rachel langsung berlari ke kamar mandi dan membersihkan diri, ia langsung mengakan dress itu dan pergi untuk melihat kondisi ibunya. Banyak sekali pikiran buruk berkecamuk di otak Rachel, mengenai kondisi ibunya, apa maksud dari kata kata Lucas barusan, dan juga keberadaan Dion yang tak ada jejak sedikitpun. Semua pikiran itu membuat Rachel pusing. Ia tak bisa berhenti memikirkan masalah itu dan juga tak bisa menemukan jawaban atas semua masalah itu. Benar benar hanya membuat pusing.

.

.

.

.

.

Rachel sudah sampai di rumash sakit, ia tak kegabah dengan langsung mencari Ibunya. Rachel justru bertanya dulu di mana ruangan Ibunya sekarang. Rachel begitu terkejut ketika mendengar Ibunya berada di ruang perawatan VIP. Yang ia ketahui kalau biaya inap sehari semalam itu lebih dari sepuluh juta. Membayangkan nominal sebanyak itu membuat Rachel semakin sesak. Berapa banyak lagi harga yang harus dibayarkan kepada Lucas nantinya ?. Rachel menghilangakn pikirannya itu sesaat, sekarang bukan waktunya memikirkan hutangnya kepada Lucas. Tapi sekarang ia harus melupakan Lucas sejenak dan menemui Ibunya.

Rachel berjalan mencari lift untuk menuju lantai atas, tempat berkumpulnya orang orang yang menggunakan ruangan VIP. Rachel memencet tombol lift, menunggu pintu terbuka dan langsung memasuki lift dengan diam. Ia hanya menatap udara kosong di depannya dengan tatapan datar. Hanya tinggal beberapa senti lagi sebelum pintu lift tertutup, sepasang tangan terulur ke dalam dan membuat pintu lift terbuka kembali. Sosok laki laki itu masuk dan tertegun karena tak berpikir akan bertemu Rachel di sana. Rachel yang juga menatap laki laki itu dengan mata terbelalak karena kaget.

" Dion...? "

" Rachel..? "

Mereka meneriakan nama satu sama lain, keterkejutan Rachel atas kemunculan Dion yang tak di prediksi. Keterkejutan Dion karena keberadaan Rachel yang berbeda. Perempuan di depannya kini sangat berbeda, ia terlihat lebih cantik dan juga elegan. Dan di satu sisi, Dion seperti merasakan getaran yang berbisik ke telinganya. Bahwasanya, Rachel semakin tak tergapai olehnya. Semakin jauh dan memperlihatkan jurang yang menganga lebar.