==== Sebuah renungan, tentang jodoh yang sudah di takdirkan dan di gariskan. Tak perlu gelisah, apa lagi resah~
Karena jika saatnya tiba, ia akan datang menghampirimu. Tak perlu mencari hati yang lain, karena hatimu sendiri yang akan menuntunmu padanya.
Dan jika saat itu tiba, rengkuh ia dengan sepenuh jiwamu. Jangan lepaskan, atau sakiti. Karena ia yang akan melengkapimu
======
Petir! Itulah yang dirasakan Lucas ketika mendengar kalimat lengkap Rachel. Bukan hanya rasa kaget, tapi rasa cemburu tersulut di sana. Sisi hati Lucas yang masih putih merasakan sebuah rasa posesif yang ingin memilik Rachel sepenuhnya. Tapi Rachel justru menyebutkan nama orang yang tak di sangka sangka. Bagaimana mungkin seseorang jatuh cinta pada pandangan pertama. Sialan! Mereka baru bertemu hari ini dan Jarvis lah yang mendapatkan hati Rachel. Amarah bergemuruh di dada Lucas, ia tau Rachel sedang mabuk. Entah itu adalah pernyataan dari kesadarannya atau bagian dari rancauannya barusan. Tapi cemburu tetaplah cemburu. Dan sekarang Lucas sudah di selimuti rasa itu.
Lucas dengan susah payah membawa Rachel ke arah mobilnya di parkirkan, langkah Rachel semakin tertatih dan terseok seok. Membuat Lucas tak nyaman dan kesulitan berjalan. Akhirnya dengan tangan kekarnya, ia mengangkat Rachel ke dalam pelukannya. Memboyong Rachel
yang sepenuhnya tertidur dan tak sadarkan diri karena mabuk. Wanita mana yang akan mabuk kalau hanya meminum beberapa gelas coktail. Wanita itu pastilah Rachel. Wajahnya sudah memerah, nafas Rachel cepat dan pendek.
Begitu melihat mobilnya yang masih terparkir, tanpa pikir panjang. Lucas langsung mempercepat langkahnya. Berjalan dengan langkah yang lebar tapi pelan. Ia takut kalau sedikit saja tubuhnya tergoncang karena kehilangan keseimbangan. Maka Rachel akan terbangun. Tapi Rachel tertidur seperti bayi, lelap tanpa terusik sedikitpun. Ia tidur seperti bayi yang terlelap di gendongan ibunya. Tanpa sadar Rachel mengalungkan lengannya ke leher Lucas. Membuat Lucas kaget dengan gerakan wanita itu.
" Sabar, wanita ini sedang tak sadarkan diri. Dia mabuk, bagaimana mungkin ia akan melingkarkan tangannya dengan suka rela kalau ia tersadar ... " Lucas bergumam dan sedikit kesal. Ia sudah sampai di depan mobilnya. Tak berselang lama, Shawn mendekati Lucas yang terlihat
kesulitan membawa Rachel di gendongannya. Apa lagi tangan Rachel yang mengganggu jalur nafas Lucas.
" Ayo kita pulang sekarang, pulang ke apartemen ... "
" Baik Tuan .... "
Lucas berbicara dan sat itu juga, Shawn langsung bergegas. Membukakan pintu untuk Tuannya, menyalakan mesin mobil dan langsung bermanufer di halaman rumah Jarvis. Mobil langsung berbalik tanpa kendala dan juga karena halaman yang sangat luas ini, itu membuat Shawn dengan mudahnya bisa menyetir mobil menuju ke jalan utama. Meninggalkan riuk pesta yang semakin malam akan semakin ramai. Shawn mengemudi tanpa melihat ke belakang. Ia terus fokus ke jalanan. Sampai ia melihat kalau Lucas belum juga membaringkan Rachel di kursi mobil.
" Tuan, apakah tidak apa apa membiarkan Nona Rachel tidur di gendongan anda? Anda tidak merasa lelah .... ? "
Lucas mendengar itu, dan ia langsung menatap tak peduli. Itu jawabannya dan Shawn langsung mengerti . sebenarnya Lucas tak tega jika Rachel menekuk tubuhnya, ia juga takut kalau Rachel akan terguncang dan itu akan mengganggu tidur nyenyak wanita nya itu. sekilas Lucas teringat permainannya barusan. Ia seperti mendapat gejolak sama seperti dulu saat ia masih muda, laki laki tampan di usia mudanya yang sangat mencintai musik. Bermain dengan hati. Tapi itu sudah lebih dari dua belas tahun lamanya, sejak saat itu ia tak lagi bermain dengan hati. Ia masih mencintai musik sama besarnya seperti dulu. Hanya hatinya tak tergugah untuk mencintai musik lebih dalam.
Mobil masih melaju di jalanan, membentur angin malam dengan segala kelembapannya. Membuat tubuh Rachel sedikit kedinginan. Tapi insting Rachel merasakan ada sumber kehangatan. Ia kembali memper erat pelukanya kepada Lucas.
Lucas hanya menyambut pelukan Rachel itu dengan senyum tipis di bibirnya. Andai waktu bisa berhenti atau di ulang. Lucas ingi nterus mengulang saat saat seperti ini atau berhenti di waktu sekarang. Lucas mengecup kening Rachel, ia baru saja lepas kontrol. Tak seharusnya ia menunjukan rasa posesifnya kepada Rachelndi depan umum. Itu akan membuat Rachel terjerat dalam bahaya. Tapi Lucas telah melakukan barter. Ia akan melindungi Rachel apapun kedepannya. Lucas ingin melindungi Rachel, entah karena apa alasan yang sebenarnya.
Lucas sudah sampai, ia sudah keluar dari mobil dan akan sgera menuju ke apartemennya. Sebelum Shawn membututinya nuntuk menawarkan bantuan. Tuannya itu sudah sangat lama membawa Rachel di gendongannya. Lengan itu pasti kesemutan sekarang.
" Tuan biarkan saya membantu ... "
Shawn hendak mengulurkan tangannya untuk membantu Lucas menggendong Rachel, tapi ia menolak.
" Tak perlu, aku bisa sendiri, berhubung kamu ada di sini. Menginaplah di sini, kamu tak perlu kembali ke rumah. Ini sudah terlalu larut untuk berkendara, orang yang kelelahan akan beresiko besar untuk mengalami kecelakaan " Lucas berjalan ke arah lift dan di ikuti Shawn di belakangnya. Mereka masuk lift tanpa sepatah kata, hanya diam satu sama lain. Bagi Shawn, Lucas tak selamanya jahat dan kelam. Ia hanya tak bisa bersikap lunak, tak bisa bersikap lembut. Tapi ia menyadari alasan Lucas seperti itu. Shawn memahami betul sikap Tuannya ini.
" Apa Tuan benar benar membuat kontrak dengan Nona Rachel..? " Shawn bertanya, bukan karena ia ingi nmengurusi kehidupan Lucas. Tapi beberapa hari yang lalu, Lucas memintanya untuk membuat kontrak tertulis. Ia adalah sekretris Lucas. Ini adalah bentuk profesionalitasnya.
" Iya, sudah kau siapkan kontraknya ... ? "
" Sudah Tuan, besok saya akan menyerahkan kepada Nona Rachel agar ia menandatangani surat kontrak itu ... "
" Bagus ... " Lucas tersenyum tipis, senyum puas yang ia samarkan dengan senyuman tipis yang dingin itu. ia membuat surat kontrak untuk membuat Rachel terus berada di sampingnya. Itu yang di lakukan Lucas. Entah di sadari atau tidak. Lucas sebenarnya sudah jatuh terlalu dalam ke dalam pesona Rachel. Jatuh cinta yang tak di sadari adalah perasaan yang harus membuat kita hati hati. Lift berbunyi dan Lucas sudah sampai di lantainya, ia masih terus menggendong Rachel di lengannya. Menuju ke arah apartemennya. Tapi sesuatu tak terduga terjadi.
" Ah! Shit! Sial ... "
Shawn yang melihat kejadian itu langsung berlari ke arah Lucas.
" Tuan, biar saya bantu anda membereskan ini .... "
" Bersihkan ini, dan biarkan aku yang mengurus sisanya .... "
*** 000 ***
Rachel terbangun dengan kepala pusing, ia memijit mijit pelipisnya yang terasa sakit ketika di pegang. Mengumpulkan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya. Ia membuka matanya perlahan dan memfokuskan pandangan matanya. Ia melihat sekeliling ruangan. Ini kamar Lucas. Ia sudah tertidur di kamar Lucas. Tanpa! Tanpa busana ....!!
Rachel langsung terlonjak menyadari ketelanjangannya yang membuatnya resah. Gerakan Rachel yang tiba tiba itu membuat Lucas terbangun dari tidurnya yang pulas. Lucas juga masih megnumpulkan kesadarannya, bola matanya menatap Rachel yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam dan nafas yang memburu.
" Apa yang kamu lakukan kepada ku...!! " Rachel sedikit berteriak, manahan amarahnya di pagi hari saat Lucas dengan santainya menatapi ketelanjangannya.
" Apa maksudmu .... ? " Lucas mengernyitkan matanya tanda ia tak memahami pembicaraan Rachel.
" Kenapa kamu mengambil kesempatan dalam kesempitan, laki laki tidak bermoral .... " Rachel mengumpat. Ia di penuhi amarah sekarang. Ia tak bisa menahan diri untuk melampiaskannya kepada orang yang seharusnya. Yaitu Lucas. Seperti memahami topik pembicaraan Rachel yang sebenarnya. Lucas langsung bangkit dari kasurnya. Berdiri dengan tubuh telanjangnya. Ia tak menyentuh Rachel sama sekali, ia tak suka menerima penolakan dan Rachel pasti akan menolaknya. Itulah alasannya tak menyentuh Rachel sampai sekarang. Tapi ketelanjangan Rachel adalah cerita lain.
" Apa aku salah mengambil apa yang sudah menjadi milikku? Kamu yang menawarkan diri. Apa kamu hendak memberikan kesucianmu itu kepada cinta pertamamu itu hah? Siapa semalam, Jarvis .... ? " Rachel terkejut dengan perkataan Lucas, semalam ia mabuk dan pasti tanpa sadar mengatakan semua isi otakknya. Rachel semakin ingin mengutuk dirinya sendiri. Tapi amarahnya masih di sana, Rachel yang tak bisa mengendalikan amarah di pertemukan dengan Lucas yang tak bisa jujur dan bersikap lembut. Sudah di pastikan hanya ada pertengkaran.
" Lalu kenapa jika kau memberikan kesucianku untuk cinta pertamaku. Setidaknya dia laki laki yang baik, tidak sepertimu. Laki laki brengsek!! " Rachel mengumpat dan ini sukses membuat Lucas marah. Ia tak suka di banding bandingkan. Apa lagi dengan cinta pertama Rachel.
Tapi Rachel yang sudah antisipasi atas kemarahan Lucas, ia justru mendapati Lucas tengah tertawa terbahak bahak.
" Apa kamu pikir, Jarvis itu laki laki yang baik? Menurutmu begitu? " Lucas bertanya dengan nada sarkas. Pertanyaan itu justru menimbulkan keraguan di hati Rachel. Sudah dua belas tahun. Dan dalam waktu selama itu, semua orang bisa berubah. Siapapun itu, tak luput. Cinta pertamamnya juga pasti berubah.
" Asal kamu tau, laki laki di depanmu ini. Aku lebih baik dari Jarvi! Ingat itu! laki laki yang kau anggap baik itu tak lebih dari Mafia! Mafia yang membunuh orang tanpa pikir panjang ... "
Seperti tertusuk belati, itulah yang di rasakan Rachel sekarang ini. Bagaimana mungkin, laki laki yang tersenyum manis, ramah, dan memiliki tatapan hangat itu adalah seorang pembunuh. Jarvi, bagaimana cinta pertamaku bisa menjadi seperti itu. tapi Rachel masih tak percaya sepenuhnya, ia tak mungkin percaya dengan omongan Lucas barusan. Lucas orang yang licik. Dia pasti bisa berbohong dengan mudahnya.
" Kamu berbohong! Jangan pernah menjelekan orang lain! Kamu hanya sedang menceritakan dirimu yang sebenarnya. Kamu yang dengan mudahnya membunuh orang. Bukan Jarvis "
Lucas tertegun dengan kata kata Rachel, kini ia menyadari. Bagaimanapun ia di mata Rachel, ia hanya akan terlihat gelap selamanya. Sisi hidupnya yang lain takan di percayai oleh Rachel. Seakan semua kegelapan ada di dalam dirinya, kekejian yang mengalir di dalam darahnya. Ini membuat hati Lucas sakit. Tak ada kepercayaan di mata Rachel untuknya .
Lucas tak segan membunuh, tapi ia tak pernah membunuh siapapun. Ia menghargai jiwa manusia yang hidup, ia menghargai mereka yang bernafas di muka bumi ini. Kematian justru mengingatkannya terhadap Ibunya. Lucas hanya menggertak, ia bertindak keji namun tak pernah menyentuh nyawa siapapun sampai melayang.
" Ah aku memang benar benar bisa membunuh siapapun dengan tangan kosong, mau ku tunjukan ... "
Lucas mendekati Rachel dan mengintimidasi perempuan itu dengan tatapannya. Sedikit kelibatan rasa takut di mata Rachel. Tapi ia memberanikan diri.
" Bunuh aku dan aku bisa bebas dari cengekramanmu. Aku muak di ikuti olehmu, di permainka. Seolah kau mau menolongku tapi kau hanya menjebakku lebih dalam dan terjerat lebih kencang. Bunuh aku dan aku bisa bebas ... "
Lucas mengehentikan langkahnya, ia tertergun dengan kata kata Rachel. Ia seperti di pukul dengan palu seberat puluhan ton. Ia seperti baru menyadari, kalau Rachel benci berada di dekatnya. Ketampanan, harta dan derajatnya. Tak membuat Rachel menaruh nama Lucas di hatinya.
" Jangan pernah! Sekali kali kamu mencoba lari dariku. Janga pernah dalam hidupmu, seluruh hidupmu. Kamu bermimpi untuk bisa lepas dari cengkeramanku, ingat itu Rachel...! "
Lucas menarik kemejanya yang tersampir di kursi. Ia berjalan dengan amarah yang mengusai dirinya, Lucas tak berbalik sedikitpun. Ia kelaur dari kamat dan membanting pintu kamarnya keras keras. Suara itu menggema di seluruh ruangan. Membuat Shawn mengulurkan niatnya untuk menemui Tuannya. Itu. tapi tanpa di kira. Lucas malah menghampiri Shawn dengan amarah yang masih tersampir di pikirannya.
" Jangan biarkan wanita bodoh itu keluar dari apartemen ini, jangan biarkan dia menginjakan kakinya keluar dari sini. Ingat itu Shawn .... "
Shawn megnangguk mengiyakan, dia tak pernah bangkang terhadap Tuannya. Walaupun sekarang, tapang Lucas sangat enakutkan karena amarah. Lucas tetap Tuannya yang harus di hormati. Tuannya yang pernah menolong hidupnya.
" Baik Tuan .... "
Shawn menatap punggun Lucas yang beringsut pergi, kelaur dari pintu dan tak terlihat lagi. Ia kini harus melakukan tugasnya. Lucas bukan orang jahat, tapi bukan orang baik. Tapi orang orang sudah menatapnya dengan pandangan hitam. Lucas hanya kehilangan arah, kehilangan arah bagaimana harusnya ia bersikap.
.
.
.
.
.
Rachel mendengar bunyi bedebum itu dan langsung keluar dari kamarnya. Ia seharian berada di kamar tanpa berkutik sedikitpun. Ia takut akan berpapasan dengan Lucas dan akan langsung mempertanyakan kebenaran kata kata Lucas. Apakah Jarvis bukan laki laki baik? Jarvis mau membuhun orang. Jarvis mafia yang berurusan dengan semua hal hal gelap, pasar gelap dengan senjata ilegal dan peredaran narkoba.
Namun Rachel masih kokoh dengan pendiriannya, ia tak akan mempercayai Lucas sedikitpun. Tak ada yang perlu di percayai dari Lucas. Begitu Rachel keluar dari kamar dan hendak mencari sumber suara yang ia dengar barusan. Ia malah mendapati Shawn yang tengah membersihkan lantai apartemen.
" Shawn apa yang sedang kamu lakukan ....? "
Rachel mendekati Shawn dengan kebingungan. Apartemen ini bersih kemarin, kenapa tiba tiba harus di bersihkan sekarang. Shawn yang di tanya seperti itu, ia justru tak langsung berhenti dari kegiatannya. Ia masih melanjutkan mengepel lantai.
" Nona, anda sudah salam paham terhadap Tuan Lucas. Semua yang Nona pikirkan tentang Tuan Lucas, tidak lah benar .... "