The Evil Symphony 32
" Apa maksdumu .... " Lucas menatap tajam ke arah Damian, seolah meminta penjelasan lebih atas apa yang telah di katakan Damian padanya barusan.
" Kamu mengejar Rachel, dan itu fakta .... " Damian menenggak beernya sampai tandas, kemdian dia melemparkan kaleng itu dengan mudahnya ke tempat sampah. " Kamu mengejar Rachel, dan kamu tidak menyadarinya kalau kamu itu menyukai Rachel .... "
" Jangan pernah bercanda denganku bagaimana mungkin aku menyukai wanita seperti Rachel, pembangkang dan benar benar menyebalkan ... " Lucas mengelak, ia menenggak beer di tangannya, merasakan kehausan di tenggorokannya.
" Aku hanya mengatakan ini satu kali dan tak akan mengulanginya. Jadi dengarkan baik baik, buka kupingmu lebar lebar dan otakmu yang keras kepala itu. Kamu mungkin akan mengelak semua perkataanku ini ... "
Damian berjalan ke arah meja kerjanya, menulis entah apa di notenya dan kembali lagi ke sofa dan duduk berhadapan dengan Lucas.
" Kamu yang mengurung Rachel di dalam kehidupanmu, kamu yang membuat dia lebih dekat denganmu. Jadi apa alasanmu untuk itu ...? " Damian mengangkat notenya, memperhatikan setiap tulisan di notenya dan memperhatikan reaksi Lucas.
" Karena dia berhutang padaku, apa lagi. Banyak yang harus di lunasi olehnya untuk membayar hutangnya padaku ... "
" Kamu salah .... " Damian mencoret notenya, " Kamu yang membuat Rachel berada di posisi ini sekarang, berhutang padamu dengan mempersulitnya. Tapi sayangnya, dia tak seperti wanita lain yang menyukaimu dan mendekatimu, tunduk padamu. Rachel tak mencitaimu ataupun tertarik padamu, dia memberontak. Dan kamu tak suka jika ia memberotak ... "
Lucas terdiam, mendadak bisu dengan semua yang di katakan oleh Damian.
" Dia bukan wanita yang penurut, dia tak terpesona olehmu. Karena itu kamu marah, tapi kamu tidak berhak marah. Karena kalau kamu mencintai Rachel, harusnya kamu memperlakukan dia dengan baik maka dia akan lebih penurut dari sebelumnya ... "
Lucas terganggu dengan semua penjelasan Damian padanya, ini benar benar mengganggu. Ia kesini untuk menghilangkan rasa stressnya tapi Damian menambah beban pikirannya menjadi dua kali lipat. Lucas berjalan ke arah pintu keluar dengan kesal, menyebalkan sekali ketika Damian sudah mulai berasumsi. Jatuh cinta pada Rachel? Untuk apa. Begitu Lucas sudah berdiri di depan pintu, Damian kembali membuka suara. Tanpa sadar Lucas menghentikan aktivitasnya, ia berhenti dan menunggu perkataan Damian hingga selesai.
" Kalau kamu memperlakukan Rachel dengan lembut, menunjukan sisi dari dirimu yang sebenarnya, mungkin Rachel tak menganggapmu sebagai laki laki paling berbahaya di dunia ini. Kamu tak perlu berpura pura memiliki dua sisi yang berbeda. Kamu mengurungnya, tapi di sisi lain kamu juga orang yang menolongnya .... "
Brak...!
Lucas membanting pintu setelah Damian selesai dengan kata katanya. Ia tau, Lucas memang terlalu tertutup untuk memperlihatkan perasaanya yang sebenarnya. Damian hanya menatap kosong ke arah pintu yang di banting Lucas. Ia berharap Lucas tak kasar menghadapi Rachel. Bagaimanapun dia perempuan yang baik.
*** 000 ***
Sore ini Rachel tak berkutik sedikitpun, setelah ia menandatangani surat kontrak yang di berikan Shawn. Ia tak melakukan apapun. Ia merasa sedikit bersalah kepada Lucas. Tapi kenapa laki laki itu tak memberikannya penjelasan, kenapa dia malah memperkeruh suasana dengan tidak memberikan penjelasan, pembelaan diri jika itu perlu. Bukan malah berbalik marah dan mengiyakan tuduhan yang diberikan olehku.
" Shawn, bolehkah aku minta tolong padamu. Ambilkan Biola yang Lucas pinjamkan padaku tempo hai di rumahku? Aku janji takan kabur dari Apartemen ini ... " Rachel berbicara dengan Shawn yang nampak sibuk dengan berbagai berkas, sedikti rasa bersalah karena telah menggganggu Shawn yang tengah sibuk itu. Shawn menatap Rachel yang barusan berbicara padanya. Ia degnan cepat menyingkirkan Map yang berserakan di meja kerja Lucas itu.
" Baik Nona, akan saya ambilkan Biola itu sebentar lagi .... "
Shawn langsung bergegas dan berdiri, ia tak perlu meragukan Rachel. Ia takan memperssulit orang lain hanya untuk kabur dari Lucas. Shawn langsung pergi dan sebelum pergi ia menundukan kepalanya, menunduk hormat kepada Rachel.
" Saya akan mengambil Biola itu dalam tiga puluh menit lagi .... "
" Terimakasih Shawn .... "
Shwan tersenyum dan langsung keluar dari ruangan Lucas, ia tau Tuannya entah akan pulang kapan. Jadi ia sudah berbelanja kebutuhan dapur tadi pagi dan menaruhnya di kulkas. Rachel tak suka di layani, ia meminta Shawn untuk membelikannya bahan makanan dan ia akan memasak sendiri.
Dan si situlah Rachel sekarang, ia tengah bersiap membuat makan malam untuknya dan untuk Shawn. Seharian mereka hanya makan makanan pengganjal lapar, sekarang Rachel berniat membuatkan makanan sebagai tanda terimaksihnya kepada Shawn.
Rachel membuka pintu kulkas dan begitu kaget setelah melihat belanjaan yang di beli Shawn. Kulkas penuh sesak dengan bahan makanan yang di beli Shawn. Rachel tersenyum senang, kalau begini ia tak perlu pusing akan menyajikan apa untuk Shawn. Rachel langsung mengambil potongan ayam dan sayur sayuran. Ia sedikit bergumam dan bernyanyi. Ia merindukan permaian Biola. Tapi terlalu takut untuk menggunakan Biiola yang ada di apartemen Lucas ini. Jadi Rachel meminta Shawn untuk mengambil Biola yang di pinjamkannya di rumahnya. Ia tak berani memasuki ruangan Lucas.
Rachel sibuk memasak sup ayam dan ia tengah memasukan potongan kentang ke dalam sup buatannya. Aroma gurih dan pedas dari sup menguar ke seluruh ruangan. Rachel tak menyadari, sosok Lucas yang tengah memperhatikannya dari kejauhan.
Lucas bisa melihat Rachel yang tersenyum senang saat mencicipi makanan buatannya itu, kemudian wanita itu beralih ke wajan lain dan mengaduk masakannya yang lain. Ia memperhatikan Rachel dari awal. Melihat Rachel yang mondar mandir mengambil bahan makanan, memperhatikan Rachel yang dengan gesit mencuci dan memotong motong sayuran. Menambahkan bumbu dan mencicipi makannanya.
Tanpa sadar Lucas mendekati Rachel, ia tergugah dengan masakan yang di buat Rachel. Begitu enak dan membuat Lucas merasa lapar ketika aroma makanan itu menusuk hidungnya. Ia mendekati dapur yang bisa terlihat dari pintu apartemen. Berjalan pelan dan santai. Tapi begitu Rachel menyadari sosok Lucas yang mendekatinya, gerakannya terhenti seolah semuanya membeku. Rachel belum mepersiapkan diri untuk beratatapan lagnsung dengan Lucas. Ia begitu gugupnya sampai Lucas tertawa melihat Rachel yang nampak kaget dan mulut yang sedikit terbuka itu.
" Jangan kaget melihatku seperti kamu melihat hantu ... " Lucas mendekati Rachel sambil tersenyum. Satu kekagetan lagi, Lucas baru saja tersenyum. Itu bukan senyum menegerikan. Lebih kesenyum hangat yang ramah.
" Eh.. ah kamu, sudah pulang .... " Rachel bertnya sambil tergugup, ia tak tau harus bertanya apa. Tapi tangannya tak sengaja menyentuh panci panas yang berisi sup yang tengah di masakannya.
" Ahh shht ... " Rachel berteriak tercekik karena kaget, tangannya bisa merasakan kalau kulitnya mulai terbakar karena menyentuh besi panas itu. Tak di sangka Lucas bergerak cepat dan menggapai tangan Rachel.
" Kemarikan tanganmu .... " Lucas langsung menyambar tangan Rachel, menariknya ke wastafel dan mengalirkan air dingin ke kulit tangan Rachel yang sedikit melepuh itu.
" Bodoh, wanita bodoh ... " Lucas mengumpat sambil tetap melihat tangan Rachel dengan ekspresi khawatir, ia tak bisa merubah cara bicara kasarnya. Tapi Lucas teringat perkataan Damian tadi siang.
" Maafkan aku, aku sedikit ceroboh ... " Rachel menunduk malu, ia tak biasa berdekatan dengan laki laki seperti saat ini. Ia bahkan tak bisa mentap Lucas secara langsung.
" Jangan minta maaf, aku tak sedang menyalahkan mu ... " Lucas menarik tangan Rachel yang sudah di bilas dengan air dingin itu, ia mengeringkan tangan Rachel dengan handuk kering dengan sangat berhari hati.
" Berhati hatilah saat memasak .... " Lucas megnatakan itu dan pergi. Tak berbicara apapun lagi. Ia pergi ke ruangannya. Ruangan yang sama dengan ruangan Lucas bermain Biola tempo hari. Rachel menghela nafas lega. Ia merasakan ada sedikit perubahan dari Lucas, ia tak lagi. Sekasar kemarin kemarin. Itu membuat Rachel bertanya, apa yang telah di lakukan Lucas seharian ini.
Tiba tiba Shawn sudah datang, ia sudah membawa Biola yang di maksud Rachel.
" Nona, Biola ini sudah saya bawa. Akan saya letakan di dekat meja makan. Di sana ada meja yang bisa di gunakan untuk menaruh Biola ... "
" Terimakasih Shawn ... "
Shwan menganggguk, ia tersenyum ke arah Rachel dan langsung meletakan Biola di meja yang ia maksud.
" Shawn, ehm ... Lucas sudah pulang. Bisakan kamu katakan padanya untuk ikut makan malam ...? "
" Baik Nona ... "
Shawn melangkah menedekati ruangan Lucas, ia tau kalau Tuannya terbiasa di ruangan temaram itu sambil menatapi Biolanya. Ia langsung megnetuk pintu dan memasuki ruangan itu. Shawn tak muncul lagi, ia mungkin berbincang dengan Lucas atau bahkan di damprat oleh Lucas. Racehl sedikit panik dan gugup. Ia belum meminta maaf atas kesalahannya tadi pagi. Makan malam ini hanya untuk membuka obrolan agar ia bisa meminta maaf dengan layak.
Tapi tiba tiba Shwn keluar dari ruangan, ia tak menghampiri Rachel. Rachel sendiri tau kalau itu jawabannya, berarti tidak. Lucas tidak mau ikut makan malam dengannya. Rachel sudah kecwea, ia kembali melanjutkan kativitasnya. Menaruh sup di mangkok untuk makan malamnya dengan Shawn. Sampai tiba tiba tubuh kekar itu menghadapnya dari sebrang meja.
" Kamu mengajakku makan malam tapi meja makan masih kosong ...? " Lucas bertanya dengan nada lembut, ia sepertinya mengurangi sarkasme di dalam kata katanya. Rachel sendiri tercengang bukan main, ia tak mengira Lucas setuju dan mau ikut makan malam dengannya.
" Tunggu... se... bentar lagi ... " Rachel gugup sampai ia tergagap, tapi Lucas malah tertawa cukup keras karena kegugupan Rachel.
" Cepatlah, atau aku bisa memakanmu sekarang ... " Tak di sangka Lucas memutari meja dan mendekati Rachel, kini mereka tengah bersebelahan.
" Biarkan aku yang menaruh ini dan kamu bisa melakukan yang lain. Tanganmu takan bisa memegang mangkok panas ini dengna mudah ... " Lucas mengambil mangkok yang ada di tangan Rachel tanpa melihat protes di wajah Rachel. Ia justru dengan serius memasukan sup itu ke dalam mangkuk, mengambil potongan ayam dan dengan hati hati ia berjalan melangkah ke meja makan. Meletakan sup itu di meja dan duduk manis di sana. Menunggu Rachel selesai mengambil semua menu makan malam mereka.
Rachel heran, heran bukan main. Apa yang sedang Lucas lakukan, ia bertindak lain dari biasanya. Kenapa ia sangat perhatian terhadap orang lain sekarang. Lelembut apa yang menempel pada Lucas sekarang ini.
" Cepatlah, kamu mengundangku ikut makan malam tapi di sini hanya ada piring kosong ... " Lucas berteriak meneriakan protes, sekarang Rachel tau. Lucas tak berubah sedikitpun. Ia masih arogan seperti biasanya. Ini hanya mimpi. Karena Lucas takan berubah sedikitpun.
Rachel langsung memasukan semua makanan yang sudah ia masak ke dalam piring saji, perlahan lahan dan hati hati. Tapi tiba tiba tangab lain mengambil piring piring itu. Lagi lagi itu tangan Lucas.
" Cepat, kamu sangat lambat seperti keong ... " Lucas berjalan mendahului Rachel, ia tak menghiraukan wajah Rachel yang bersungut marah karena di ejek seperti keong barusan. Lucas sudah duduk kembali di kursi, meja makan sudah penuh makanan yang harum dan enggiurkan. Makanan rumahan adalah makanan yang tak pernah di makan Lucas. Pelayanya selalu menghidangkan makanan enak, tapi tak pernah di sentuh Lucas sedikitpun.
" Shawn, ayo ikut makan kesini .... "
Rachel menarik kursi makan dengan hati hati dan menawarkan kepada Shawn untuk duduk di sampingnya. Tapi ia terhenti ketika Lucas menatap kearahnya dengan tatapan tajam.
" Duduklah ... " Lucas berkata dengan nada dingin dan menusuk, membuat Shawn sedikit ragu. Itu perintah sungguhan atau malah sebuah peringatan. Tapi karena paksaan Rachel, akhirnya Shawn duduk di sebelah Rachel, tetapi Shawn menggeser kursinya sedikit menjauhi Rachel.
.
.
.
.
.
.
Makan malam berlangsung dengan diam, tapi Lucas menikmati makanan buatan Rachel. Rasa rumah adalah rasa yang paling enak. Tak di pungkiri, Lucas bahkan menghabiskan dua mangkuk sup ayam buatan Rachel. Melihat Lucas yang menikmati sup buatannya itu, ia hanya membiarkan laki laki kesepian itu menyantap makanannya dengan lahap. Sampai malam semakin larut, Shawn di perintahkan untuk pergi. Pulang ke rumah pinggiran kota untuk mengawasi keadaan disana. Alhasil sekrang hanya tinggal mereka berdua. Rachel dan Lucas. Lucas sudah kembali masuk ke ruangannya lagi, Padahal Rachel belum juga meminta maaf. Ia mondar mandir di dapur tanpa tau harus berbuat apa. Kalaupun ia langsung tidur. Akan terasa sangat canggung baginya, karena hanya ada satu kamar. Kamar Lucas.
Tiba tiba Rachel teringat minuman yang di suguhkan Shawn kepadanya tadi pagi. Rachel langsung mencari di mana Shawn meletakan teh camomile yang ia seduh tadi. Rachel mencari di rak makanan kering hingga ia menemukan apa yang ia cari. Rachel menyeduh teh itu dengan senyum puas. Kemudian membaca cangkir itu di tangannya dengan nafas berat dan terartur. Ia sudah di depan pintu ruangan Lucas.
" Bolehkan aku masuk .... ? " Rachel mengetuk pintu dan mendongakan kepalanya ke dalam, ia menatap langsung Lucas yang tengah duduk di kursi meja kerjanya. Di selimuti kegelapan, itu membuat Rachel sedikit begidik.
" Masuklah .... "
Rachel melangkahkan kakinya ke dalam, ia tak ragu ragu sekarang. Ia harus minta maaf. Apapun caranya. Ia mendekati meja Lucas dengan perlahan dengan cangkir teh panas di tangannya. Setelah berjalan sedekat mungkin dengan meja Lucas. Rachel meletakan cangkir teh itu di depan Lucas. Lucas sendiri tak atau apa yang tengah di lakukan Rachel. Ia menatap cangkir yang di letakan di mejanya, aroma camomile yang terjerat uap air panas. Menguap dan menguarkan aroma wangi. Tanpa sadar Lucas tersenyum senang.
" Apa ini ....? "
" Shawn bilang kamu menyukai teh camomile .... " Rachel tertunduk, ia tak mau bertatapan langsung dengan Lucas sekarang ini hingga ia mengatakan apa tujuannya sebenarnya.
" Aku minta maaf ... "