Lucas membanting setirnya kuat kuat, ia baru mendapat panggilan dari Shawn. Rachel di culik. Dan seketika itu ia langsung melaju cepat membabat jalanan yang sempit. Otaknya di penuhi bayangan keji penculikan.
" Rachel...! kamu harus bertahan sampai aku datang ... "
Lucas terus bergumam, gumamam yang terdengar seperti permohonan dan do'a. Lucas bukan orang baik, tapi juga bukan orang yang buruk. Ia hanya, samar dan abu abu. Ia tak mendekati Tuhan tak juga menjauhinya. Ia hanya menganggap kalau Tuhan itu, tak ada di hidupnya.
Bahkan saat Ibunya meregang nyawa, Lucas tak percaya mukjizat itu ada. Sekarang, dengan semua yang tengah terjadi. Kata kata itu yang ia sematkan, bayangan buruk akan apa yang mungkin terjadi pada Rachel membuatnya memberanikan diri untuk memohon kepada Tuhan semoga wanita yang di cintainya itu baik baik saja.
Mobil terus melaju dengan ugal ugalan, pengemudinya jelas tengah stres berat. Peluh terus menetes di pelipis Lucas. Ia takut, marah, dan putus asa. Ia sudah meminta Shawn untuk selalu menjaga dan mengantar jemput Rachel, supaya gadis itu tak
sembarangan naik kendaraan umum. Karena, itu memang berbahaya. Berada di sisi Lucas memang sangat berbahaya untuk gadis polos seperti Rachel. Dan sekarang, satu satunya orang yang menyeret Rachel dalam bahaya adalah Lucas sendiri.
Mobil terparkir dengan asal asalan, pengemudinya langsun turun dan berlari ke arah lift eksklusif menuju ke apartemen di atas sana. Tubuh Lucas sudah awut awuta, pikiran buruknya tentang Rachel memenuhi semua akal sehatnya. Begitu ia sampai di depan pintu apartemennya, Shawn sudah menantinya di sana. Bersiap memberikan detail kejadian, penjelasan sejelas jelasnya.
" Apa yang terjadi pada Rache...?! " Lucas langsung berlari mendekati Shawn dengan tergesa gesa, raut wajahnya di penuhi kekhawatiran yang jelas. Shawn merasakan kalau Tuannya ini sedang putus asa.
" Tuan, Nona Rachel menghilang. Tapi ini pasti penculikan .... " Shawn menggantungkan kalimatnya, membuat Lucas bergegas melihat keseluruh apartemennya. Dan astaga, darah tercecer di dekat jendela. Membuat jantung Lucas seperti berhenti berdetak.
" Apa, ini darah Rachel .... " Lucas langsung berlari mendekati semua penjaganya, selama ini Rachel di jaga diam diam oleh Lucas. Mereka mengawasi Rachel, tapi sekarang mereka sendiri yang kecolonga. Rachel di culik, di sarang mereka sendiri.
" Apa yang kalian lakukan hah..!! " Lucas memukul salah satu Bodyguarnya yang langsung tersungkur ke lantai dengan hidung yang mengeluarkan darah.
" Apa yang kalian lakukan sampai seseorang menerobos apartemen ini!! " Lucas kembali membentak Bodyguardnya. Mereka semua hanya terdiam, ini memang kejanggalan. Semua wilayah Lucas terpantau dengan baik, semuanya. Tak terkecuali apartemen ini. Tapi tiba tiba hari di mana Rachel di culik, hari ini. Semua sistem keamanan mati dan tak ada bukti. Tak ada kecurigaan. Semua fakta ini benar benar membuat Lucas frustasi.
" Rachell ...? Rachelll...? " Lucas mengitari semua ruangan di apartemennya, berharap menemukan Rachel yang tengah bersembunyi karena ketakutan atau apapun itu. Tapi yang Lucas temui hanya kekosongan. Ia terus mencari dan mencari ke seluruh ruangan sampai berkali kali seperti orang yang kerasukan. Lucas terus mengacak acak rambutnya dengan frustasi. Lucas kembali memasuki ruangannya yang berisi Biola, ia kembali menyerukan nama Rachel.
" Rachel...? kamu di sini ... " Lucas membuka pintu kembali dengan putus asa, ia menyalakan lampu untuk menerangi ruangan yang terbiasa gelap itu. Tapi memang sudah di duga, gadis itu tak ada di sana. Lucas sangat frustasi sampai ia membanting salah satu Biolanya ke lantai dan Biola klasik itu hancur berkeping keping dan kayunya berantakan ke seluruh lantai dan karpet.
Saat menatapi pecahan kayu itu, Lucas melihat sesuatu yang tak seharusnya di sana. Lucas mendekati lantai ruangannya dan berjongkok tepat di tepi karpet dan lantai. Ia melihat tanah basah yang kecoklatan. Bukan tanah perkotaan seperti umumnya.
Tak lama Lucas memandangi tanah itu dan otaknya langsung tersengat aliran listrik. Ia langsung berlari kalap ke ruangannya.
" Kalian cepat ikuti aku! Sekarang .... "
Mendengar perintah itu, sekira lima bodyguard langsung mengekori Lucas di belakangnya. Laki laki itu langsung masuk lift ke tempat di mana mobilnya itu di parkirkan.
Sialan! Sialan! Tanah di ruangannya itu barusan adalah tanah pantai! Tanah pelabuhan! Seketika otak Lucas menyadari bahaya yang di hadapi Rachel. Lucas mengaitkan semua ini dengan Philip! Laki laki itu berada di pelabuhan kemarin, dengan banyak penjaga ketat!
" Rachel ada di pelabuhan! Kalian ikuti aku dan selamatkan dia ... "
Perintah itu langsung terkoneksi dengan senirinya, lima bodyguard itu langsung masuk ke mobil, dan menyiapkan pistol. Mereka berkendara di belakang Lucas yang lagi lagi begitu cepat menyetir mobil. Tiga mobil melaju berurutan dengan kecepatan yang tak wajar. Mobil Lucas memimpin di depan, dua mobil lainnya berada di belakang sambil tetap pada posisi siaga.
Keramaian kota menjadi kacau karena tiga mobil itu, tapi ini bukan akhir. Tiba tiba suara tembakan bergema di udara, sebuah peluru melesat ke mobil di barisan ketiga. Musuh mereka belum pergi, mereka mengintai dari belakang dan berusaha menyerag dengan cara yang kotor.
Seketeika mobil di barisan ketiga itu langsung terhenti, ban mobil sudah tertembak dua kali dan mereka tak bisa mengawal Lucas lagi. Dua orang bodyguard langsung turun menghada musuh mereka yang masih melancarkan tembakan. Suara adu peluru memekakan telinga. Mobil itu menghadang jalan hingga musuh tak bisa lagi mengejar Lucas dan tiga bodyguardnya yang tersisa.
Suara tembakan tak berdampak apa apa, tak ada yang tertembak dan terluka. Mereka sama sama bisa menyerang dan mengelak seranga. Mobil sudah jauh dari pemukiman, tapi ini tak menutup kemungkinan kalau suara adu tembakan mereka itu tak akan memancing rasa penasaran masyarakat. Karena suara tembakan yang intens dan terus berulang, di tamabah bau bau bubuk mesiu dari peluru yang di tembakan itu, bau menyengat itu menyebar di udara.
.
.
.
.
.
Di lain sisi, Lucas masih memegang kendali mobil dengan tak sabaran. Ia sudah memacu kendaraan sampai ke kecepatan maksimal. Bahkan para bodyguardnya kewalahan untuk mengejar Lucas. Tapi tak apa, ia harus segera menemukan Rachel bagaimanapun caranya.
Mobil langsung melaju cepat sampai Lucas tiba di pelabuhan tempo hari. Ia tak lagi berhati hati untuk memasuki pelabuhan. Lucas langsung menyeruduk jalan dan menyisir jalan terbengkalai itu, jalan itu terdapat banyak jejak mobil. Ketika melihat itu, Lucas seketika memiringkan bibirnya.
" Harusnya ku bakar tempat ini saat mereka tengah berkumpul di dalam sana ... "
Lucas keluar dari mobil, ia tak melihat orang orang seperti tempo hari. Ini justru membuat insting Lucas terusik. Intusinya menjadi buntu. Jangan jangan mereka sudah membawa Rachel ke tempat lain. Pikiran buruk itu muncul dan lalu tenggelam lagi dengan cepat.
Begitu mobil bodyguarnya sampai, mereka bertiga langsung turun dan mendekati Lucas. Mereka kewalahan saat mengejar mobil Lucas. Tapi untungnya mereka dapat sampai ke tempat ini.
" Kalian bertiga segera menyusuri tempat ini ... "
Lucas memberikan perintah dan aba aba dengan tangannya, ketiga bodyguard itu langsung terarah ke tempat yang di tunjukan Lucas. Mereka di pencar, dan menelusuri jalan yang berbeda beda. Jalan yang berlainan agar mudah untuk menyusuri dermaga ini.
Lucas langsung kembali ke mobilnya, mengambil sesuatu di dalam ruang penyimpanan rahasinya yang di taruh di bawah kemudinya. Ia membuka kuncian di bawah kemudi dan mengambil pistol dari sana. Ia tak pernah menggunakan pistol itu dalam keadaan darurat apapun. Tapi kini ketika ini sudah menyangkut masalah nyawa Rachel, Lucas dengan penuh tekat mengambil pistol itu dan menaruhnya di tangannya.
Lucas langsung berlari memasuki gedung tua berkayu bobrok itu, pintu kayu besar itu tak sekokoh pikiran Lucas. Begitu ia menendang pintu itu dengan sangat keras, pintu itu langsung terbuka dengan mudah. Tapi ini sedikit mencurigakan. Entah pintu itu sudah rusak ataupun sengaja tak terkunci. Lucas memasuki bangunan seperti lumbung tua itu, matanya menelisik ke seluruh arah. Tangannya sudah teracung ke depan dengan pistol yang siap melucutkan peluru. Pelatuknya sudah terkait erat dengan jari Lucas.
Di semua sisi hanya ada kotak kayu tua yang tak terpakai, teronggok dengan tak terawat. Tanpa sadar Lucas terus masuk ke dalam lumbung tua itu, terus masuk ke dalam dan lebih dalam lagi. Ia berharap dapat menemuka Rachel segera di sana.
Tapi tiba tiba pintu lumbung tertutup dengan sangat keras. Dan orang orang yang jumlahnya berpuluh puluh kali lipat tiba tiba muncul di balik kotak kotak tua itu. Mereka tak berbeda dengan Lucas, tangan mereka bersenjata. Mata Lucas menyapu ke kerumunan orang orang itu.
Hanya ada satu jawaban untuk situsai sekarang ini. Ia telah di jebak.