=====Sebuah renungan, tentang jodoh yang sudah di takdirkan dan di gariskan. Tak perlu gelisah, apa lagi resah~
Karena jika saatnya tiba, ia akan datang menghampirimu. Tak perlu mencari hati yang lain, karena hatimu sendiri yang akan menuntunmu padanya.
Dan jika saat itu tiba, rengkuh ia dengan sepenuh jiwamu. Jangan lepaskan, atau sakiti. Karena ia yang akan melengkapimu
======
Shawn masih membersihkan lantai, semalam ia tak habis pikir. Ia melihat sisi lembut Lucas tersorot jelas dengan perhatiannya kepada Rachel. Sosok laki laki yang penyabar dan telaten merawat orang lain. Itu sosok Lucas yang lain, yang baru di lihat Shawn semalam. Dan setelah mendengar pertengkaran Rachel dengan Tuannya pagi ini, serta amarah Tuannya yang meledak ledak. Shawn tau, ada kesalah pahaman di antara mereka. Rachel yang melihat Lucas sebagai sosok yang buruk. Lucas yang tak mau membela dirinya sendiri. Semua itu memperkeruh suasana pagi ini.
" Shawn, apa yang ingin kamu katakan .... ? " Rachel mendekati Shawn dan mengehetikan tangan Shawn. Dia butuh penjelasan, sekarang juga. Tangan Shawn yang masih sibuk membersihkan lantai itu tiba tiba terhenti. Ember air yang tadinya jatuh dan menimbulkan bunyi bedebum itu sudah di angkat Shawn. Ia beralih menatap Rachel dengan tenang dan penuh kesabaran. Bersiap menjelaskan.
" Nona sebaiknya, kita bicarakan ini sambil duduk dan menenangkan diri. Kalian berdua penuh emosi, takan ada yang mau mendengarkan penjelasan saat pikiran mereka penuh amarah ... "
Shawn berjalan ke arah meja dapur, membawa peralatan kebersihan di tangannya. Bersih bersih pagi ini sudah selesai. Kekacauan semalam sudah di bersihkan. Sekarang yang di butuhkan hanyalah sebuah penjelasan. Shawn membuka rak penyimpanan, mengambil toples yang
penuh dengan kantong teh camomile. Shawn menuangkan air panas dan mencelupkan kantong teh itu. Menghasilkan teh camomile yang bening namun enak dengan aroma yang menenangkan. Ini adalah teh kesukaan Lucas. Ia suka meminum teh ini ketika ia penat dan banyak masalah.
Shawn kemudian meletakan cangkir itu ke meja, mengundang Rachel untuk duduk dan meminum teh buatannya itu.
" Mari Nona, silahkan minum teh yang baru saya buat ini sambil menunggu saya mengambilkan sesuatu untuk anda ... "
Shawn bergegas pergi setelah menawarkan tehnya kepada Rachel, Rachel berjalan mendekati meja makan. Aroma wangi camomile semakin menguar di udara, Rachel bisa mencium aroma wangi teh itu dari jarak jauh. Ia kemudian duduk dan menikmati keharuman teh di depannya. Sebelum Shawn menaruh map berisi kertas di depannya secara tiba tiba.
" Nona, bacalah. Ini adalah kontrak perjanjian yang Tuan Lucas ajukan untuk anda. Di dalamnya terdapat klausul yang harus di lakukan oleh anda dan yang tak boleh di lakukan. Semalam Tuan Lucas menyuruh saya untuk memberikan kontrak ini segera mungkin ... "
Rachel mengambil map itu dengan tangan kanannya. Tangan kirinya sibuk membuka lembar demi lembar kontrak perjanjiannya dengan Lucas itu. tapi gerakan tangan Rachel terhenti.
" Shawn, aku hanya ingin tau kesalah pahaman apa yang kamu maksud barusan. Aku tak perlu tau masalah isi kontrak ini. Aku sadar diri sepenuhnya aku telah menggunakan banyak uang milik Lucas, tapi tak seharunya ia meminta imbalan dariku dengan cara yang menjijikan .. "
Shawn mengangguk takzim, siapapun pasti akan berpikiran buruk jika terbangun satu ranjang dengan lawan jenis dan dalam konsdisi telanjang. Tak terkecuali Rachel, ia pasti sangat kaget ketika bangun tadi. Tapi Shawn dan Lucaslah yang tau keseluruhan cerita. Rachel hanya mengira ngira.
" Nona, semalam. Tuan Lucas tak melakukan apapun terhadap anda ... " Shawn duduk dengan tenang menghadap Rahel, ia harus menjelaskan kejadian semalam kepada Rachel. " Semalam anda mabuk berat dan memuntahkan semua isi perut anda, lantainya baru di bersihkan
tadi di depan mata anda Nona "
Shawn berhenti sejenak, ia ingin Rachel mencerna perkataanya barusan dengan hati hati dan teliti. Mencerna perkataanya barusan dan mengambil kesimpulan yang tepat. Begitu melihat ekspresi kaget Rachel, Shawn tersenyum puas. Rachel mulai memahami keadaanya sebelumnya.
" Astaga Shawn, apa aku mabuk semalam? Aku tak meminum wine atau apapun, aku hanya meminum coktail. Tapi sepertinya itu juga beralkohol, jadi aku merepotkan kamu semalam .... ? " Rachel bertanya dengan banyak sekali nada penyesalan, ia sangat menyesal telah merepotkan orang lain. Apa lagi merawat orang dalam keadaan mabuk tak sadarkan diri. Itu pasti akan sangat merepotkan. Tapi lagi lagi Shawn tersenyum tipis, ia terlalu bijak di umurnya sekarang.
" Saya tidak di repotkan siapapun Nona, saya baru saja melakukan tugas saya pagi ini. Semalam, orang yang anda repotkan bukanlah saya. Tapi Tuan Lucas ... " Shawn berkata dengan gamblangnya, ia megnatakan yang sebenarnya. Orang yang paling di repotkan oleh Rachel memanglah Lucas. Lucaslah yang membawa Rachel yang berjalan sempoyongan dan menggendongnya, membawa Rachel dalam gendongan dan menjaga Rachel tetap nyaman di mobil. Tapi Shawn tak menceritakan itu semua, ia hanya butuh menceritakan sebagian cerita.
" Bagaimana mungkin? Semalam, Lucas ...? dia orang, yang membantuku ... ? "
Shawn mengangguk, Rachel justru sebaliknya. Ia tak bisa menutupi kekagetannya. Ia tak punya ekspektasi tinggi terhafap kebaikan Lucas, toh ia sudah mendapatkan apa yang ia mau.
" Nona, Tuan Lucas tak menyentuh wanita dengan paksa. Lebih tepatnya, ia takan menyentuh wanita yang menolaknya sampai wanita itu yang merangkat ke atas ranjangnya ... "
" Maksudmu ...? "
" Semalam, Tuan Lucas membantu anda untuk berganti pakaian. Beliau hendak menyeka seluruh tubuh anda, beliaulah yang melepaskan gaun itu dan hendak menggantinya dengan yang baru. Tapi sebelum saya berhasil membawa gaun untuk anda pakai. Tuan Lucas sudah
tertidur dengan pulas di samping anda. Tak ada hal lain yang terjadi saya bisa menjamin itu. Tuan Lucas bahkan belum membersihkan tubuhnya dan juga pakaiannya yang ikut kotor semalam ... "
Sekarang semuanya gamblang di pikiran Rachel, semua yang terjadi pagi ini hanyalah pikira buruknya yang berkecamuk dan membuat tuduhan tak beralasan ke pada Lucas.
" Aku mengerti sekarang, aku harus minta maaf kepada Lucas jika ia kembali. Apa ia mengatakan akan pergi kemana hari ini? Atau ia pulang pukul berapa? Aku benar benar ingi meminta maaf kepadanya Shawn ... "
Lucas memang bukan laki laki baik, tapi setidaknya ia tak pernah menyentuhku selain memelukku. Di luar itu, ia tak memaksaku untuk langsung menebus perjanjian kami. Tapi dari mana dia tau masalah Jarvis, aku sendiri belum seratus persen yakin kalau Jarvis adalah mafia.
" Eh, Shawn. Apa kau tau Jarvis Leonidas Angelo ...? " Rachel beratanya kepada Shawn yang mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar nama Jarvis di sebut sebut. Semua orang pasti tau Jarvis, tapi bukan di dunia yang aman dan tenang seperti ini.
" Apakah, yang di katakan Lucas kalau Jarvis seorang mafia. Itu benar adanya ... ? "
Rachel semakin bertanya beruntutan, ia butuh jawaban. Ia tak bisa terus bertanya pada diri sendiri. Ia butuh informasi dari orang lain yang lebih mengenal Jarvis. Bagaimana mungkin Jarvis, itu mafia.
" Nona, ini tak bisa sembarangan di bicarakan. Ini bukan topik pembicaraan yang wajar ... " Shawn menolak untuk menjawab. Itulah yang di tangkat Rachel sekarang ini. Pikiran Rachel semakin berkecamuk. Membayangkan Jarvis itu seorang mafia, benar benar menyakitkan. Cinta pertamaku, menjadi orang yang jahat dan kejam.
" Kalau Nona tak memiliki hal lain yang ingin di pertanyakan, silahkan tanda tangani perjanjian ini. Inti dari perjanjian ini adalah, Nona harus bersedia berada di manapun Tuan Lucas berada. Itu pokok perjanjiannya, saya harap itu tak memperberat anda di kemudian hari, karena
sekrang anda juga di perintahkan untuk tidak meninggalkan Apertemen tanpa persetujuan Tuan Lucas "
Rachel mengambil kembali map yang tadi di letakan di meja olehnya, isi perjanjian ini terlalu sederhana. Tak mencerminkan diri Lucas yang sebenarnya. Tapi Rachel kemudian mengambil nafas panjang yang berat, ia menghembuskan kembali nafas itu seolah membuang beban
berat yang tertumpuk di dalam dirinya. Bagaimanapu, ini kesepakatan. Tak ada pihak yang ingin di rugikan. Begitu pula Lucas, Rachel sudah mendapat keuntungan yang ia ajukan. Sekarang ia hanya harus mengikuti, aturan yang di tetapkan oleh Lucas.
" Baiklah, aku akan menandatanganinya sekarang .... "
Beberapa saat, hanya membutuhkan waktu kurang dari satu menit. Rachel sudah menandatangani surat kontrak itu. ia sudah menyerahkan surat surat itu kepada Shawn. Sekarang laki laki itu harus bergegas pergi untuk melanjutkan tugas berikutnya.
" Saya akan mengirim beberapa data sekaligus melegalkan perjanjian ini kepada notaris, semoga Nona Rachel mau megnerti keputusan Tuan saya ini. Silahan nikmati teh yang sudah saya buat ... "
Shawn menunjuk kembali ke arah cangkir teh yang sudah tak mengepulkan uap sebanyak tadi, sekarang suhu teh itu menjadi lebih dingin dan lebih nikmat untuk di minum. Melihat teh yang sejak tadi sudah mengganggu indera penciman Rachel dengan baunya yang sangar wangi.
Rachel langsung menyeruput teh camomile itu dengan pelan pelan dan menikmati setiap rasa yang ia dapat di cangkir kecil itu. kemudian setelah teh mengalir di kerongkongan Rachel, ia tersenyum ke arah Shawn yang sudah membuatkan teh enak yang ia minum barusan.
" Teh ini benar benar enak, terima kasih Shawn ... "
" Itu teh yang sama dengan teh yang di sukai Tuan Lucas..... "
**** 000 ****
Lucas keluar dari ruangan itu, dengan langkah pelan dan santai. Tapi ia masih berpakaian yang sama. Ia justru pergi ke tempat yang sehrusnya tak di sambanginya, tapi entah kenapa ia malah menuju ke tempat ini. Bunga di tangan Lucas sudah berpindah tempat, orang yang ia
temui tak seharusnya melihatnya. Itulah alasan Lucas keluar dengan langkah pelan dan diam diam.
Damian mendekati Lucas yang nampak pucat itu, wajah Lucas terlihat berbeda saat terakhir kali masuk ke ruangan. Tapi Lucas bukan orang yang menceritakan semua masalahnya dengan gamblang. Damian tau benar watak Lucas. Ia hanya menyendiri di apartemen ketika memiliki banyak masalah. Tapi sekarang dia malah lari dari apartemen.
" Ayo ke ruanganku dan kita minum teh atau apapun itu supaya pikiranmu tenang ... "
Damin mendahului Lucas, ia tertinggal di belakang dan berpapasan dengan Dion. Laki laki yang memiliki arura bertolah belakang dengannya. Seakan Lucas adalah bulan yang tertutup gerhana, Dion lah matahari yang menututpi bulan dengan pantulan cahayanya. Dion tak menatap Lucas, ia langsung masuk ke ruangan Ibu Rachel. Membuka pintu yang sama dengan pintu yang di masuki Lucas barusan. Masuk dan tak terlihat lagi. Lucas yang melihat Dion memasuki ruang perawatan itu menjadi bertanya. Siapa laki laki itu.
" Lucas ...! " Damian meneriakan nama Lucas, ia sampai lupa kalau ia tengah berada di rumah sakit. Ketenangan yang harus di utamakan.
" Tunggu aku ... " Lucas langsung mempercepat langkahnya, mendekati Damian denga langkah cepat namun tanpa suara, sol sepatunya tak menimbulkan bunyi sedikitpun. Ia langsung berjalan berjejeran dengan sahabatnya itu. orang yang paling tahan berdekatan lama lama dengan Lucas, pastilah Damian. Bertahun tahun persahabatan mereka, membuat satu sama lain mengerti. Kalau kamu membutuhkanku, aku akan menolongmu. Itu prinsip persahabatan mereka.
Damian masuk ke ruangannya dan langsung melepas kemeja Dokternya, menaruhnya di gantungan kayu yang terletak di samping pintu. Ia meletakan stetoskopnya dengan baik, melepas semua atribut dokternya dan memperlihatkan sisi santainya. Di balik jubah dokter itu, Damian hanya menggunakan kemeja biru bergaris dengan celana hitam. Nampak biasa biasa saja, tapi itu Damian. Jika ia yang memakainya, semua perawat rumah sakit akan menyapanya dan menyelipkan pujian untuknya.
Damian mengambil minuman yang ada di kulkas kecil di bawah mejanya, ia tak bisa meminum beer di jam kerja. Tapi untungnya ia bukan dokter yang harus melakukan jam praktek lebih dari dua belas jam. Damian adalah dokter khusus, VIP.
" Minumlah dan jangan pernah merepotkanku lagi di jam kerjaku seperti sekarang ini ... "
Damian duduk di depan Lucas yang sudah sejak tadi berada di sofa hitam itu. Kakinya menyilang, tangannya di tekuk dengan ekspresi wajah yang serius. Lucas melamun.
" Sadarkan diri atau akan ku suntik dengan obat obatan agar kamu tak melamun menatap kosong ke ruanganku ini ... "
Damian menempelkan kaleng ke wajah Lucas, sontak suhu dingin itu menyadarkan Lucas dari lamunannya.
" Sialan .... "
Lucas tersadar dan langsung mengumpat Damian, dari semua orang di dunia ini. Hanya Damian yang tak mempan dengan tatapan tajam Lucas. Entah kenapa, ia justru pernah mengatakan kepada Lucas. Kalau ia terlalu sering melotot, kornea matanya akan rusak karena tak tahan dengan Lucas.
" Kukatakan sekali lagi, jangan melamun di sini. Kamu menatap udara seperti tengah menerawang sesuatu yang mengganjal .... "
Lucas membuka kaleng yang di ulurkan Damian untuknya, membuka kaleng itu dengan jarinya yang terlihat sangat mudah. Ia kemudian meneguk beer di dalam kaleng itu dan terdiam sejenak. Seolah menimang, apakah ini harus di ceritakan atau tidak. Tapi Damian terlalu cerdas untuk menunggu jawaban. Ia sudah bisa menebak isi pikiran Lucas saat ini.
" Jangan pernah memperlakukan wanita dengan kasar, atau kamu akan di anggap seperti seorang penjahat di matanya ... "