Chereads / Señorita : The Evil Symphoy / Chapter 29 - The Evil Symphony

Chapter 29 - The Evil Symphony

======= Sebuah renungan, tentang jodoh yang sudah di takdirkan dan di gariskan. Tak perlu gelisah, apa lagi resah~

Karena jika saatnya tiba, ia akan datang menghampirimu. Tak perlu mencari hati yang lain, karena hatimu sendiri yang akan menuntunmu padanya.

Dan jika saat itu tiba, rengkuh ia dengan sepenuh jiwamu. Jangan lepaskan, atau sakiti. Karena ia yang akan melengkapimu =====

Lucas mengangkat Biolanya dan memagut Biola dengan dagunya. Membuat gerakan seolah ia akan segera memulai permaianan. Tapi salah, ia tengah berdiam sesaat menunggu orang orang hening. Ia tak suka bermain di tengah kebisingan. Tapi hanya sesaat, para tamu itu....

mereka otomatis diam dan memperhatikan permaian Lucas. Berharap Lucas langsung memulai permainannya. Begitu keheningan yang ia inginkan sudah di dapat.

Lucas langsung memainkan Biolanya.

Alunan lagu Beethoven yang sangat amat syahdu, menyayat namun juga penuh rindu. Sungguh membuai pendengaran para tamu. Di tambah permaian Rachel yang mendampingi alunan Biola Lucas. Nada nada indah itu saling timpang tindih menjadi semakin indah.

Mereka menutup mata, saling menikmati alunan musik Biola di tangan mereka. Lagu indah untuk sang kekasih. Lagu Bethoveen sebelum ia mengenal patah hati. Lagu cinta yang sangat berbunga dan mendamba. Sangat indah untuk di dengar, sampai para tamu terbuai dan saling merangkul pasangan mereka. Menari di iringi lagu yang sangat penuh romansa ini. Benar benar malam yang indah dan menghanyutkan.

Alunan nada semakin lambat dan bergejolak. Semakin membuat mereka menari tanpa ingat waktu, tanpa merasakan waktu yang semakin bergulir silih berganti. Mereka seakan berada di dunia cinta. Para lelaki itu merangkul punggung sang wanita, bergerak ke kanan dan kekiri bersamaan dengan alunan nada Biola. Mundur dan berputar seolah puncak nada juga adalah puncak tarian mereka.

Rachel sesekali mengintip di balik kelopak matanya, ia ragu ia bermain dengan baik.

Tak pernah ia tampil diantara banyak orang seperti ini, orang yang benar benar menikmati musik. Begitu Rachel tau reaksi para tamu yang langsung berhambuaran di aula dan menari. Hasrat bermusiknya semakin meninggi. Tanpa sadar ia tak lagi di bimbing Lucas. Rachel membuat improvisasi dan itu mengejutkan Lucas. Ia mendengar alunan nada yang mencerminkan diri Rachel.

Nada penuh romansa namun tegas. Seolah melambangkan kesetiaan. Lucas bisa merasakan Improvisasi yang di buat Rachel. Begitu lembut, apik dan sempurna. Tanpa sadar, sekarang bukan lagi Lucas yang menuntun Rachel. Ia sudah di tuntun oleh permainan wanita itu.

Mereka bermain dengan elegan dan anggun. Seperti seorang kekasih yang menyampaikan rasa cinta untul satu sama lainnya. Menyampaikan rasa cinta mereka dengan permaian Biola di tangannya. Gerakan lincah tangan Lucas bergerak senada dan seiringan dengan tangan Rachel. Mereka

terkoneksi begitu saja saat bermain Biola. Musik mengantar mereka bersama. Namun alunan nada itu, keluar dari seorang iblis.

Lucas membuka matanya lebar lebar, melihat gairah penonton yang membludak. Menari tiada henti dan begitu menikmati. Ia menjadi semakin gila dengan permainannya. Lucas kemudian melanjutkan permaian sampai ke pertengahan lagu. Memberikan kepuasan bagi para pendengarnya. Tapi arogansi Lucas memuncak. Akal sintingnya mengambil alih tubuhnya. Tangannya bergerak, berubah menjadi lagu Betethoven Virus. Perlaihan yang sangat lembut tanpa di sadari ataupun di sangka sangka. Rachel sampai tekejut dengan perubahan lagu yang

di bawakan Lucas. Ia sedikit tergopoh dengan perubahan lagu yang sangat cepat itu. tapi kemampuan Rachel tak bisa di ragukan.

Di sebrang sana, Jarvis tengah tersenyum puas dengan penampilan Lucas. Ia sendiri tak menyangka akan mendapatkan penampilan yang megah dan memuaskan seperti ini. Nada menghentak dan bersemangat. Seakan ada patriotisme di dalamnya, tapi gairah muda juga mengalir deras di dalam lagu itu. Nada menghentak, cepat dan menggebu. Tanpa sadar para tamu yang tengah berdansa santai nan penuh romansa itu berubah menjadi tarian waltz yang mengebu dan bersemangat. Suara hentakan kaki menjadi ketukan Rachel dan Lucas dalam bermain.

Serangan nada itu menulikan pikiran, membutakan mata dan menghapus nalar. Mereka bermain dengan sangat epik dan bergairah. Hentakan tangan Lucas tak bisa di pungkiri, menghasilkan nada yang tegas.

Ketukan langkah kaki dari sepatu sepatu begitu kompak, serentak membuat ketukan dan tempo cepat. Semakin cepat dan terbuai. Gesekan busur semakin cepat di senar Biola. Nada itu tak henti hentinya keluar dari Biola Lucas dan Rachel. Semarak penonton terdengar riuh redam

di aula.

Hingga tak sadar sudah lama sekali mereka menari di iringi permaian Biola Lucas, Rachel sendiri hampir kehabisan nafas. Ia tak di beri jeda untuk beristirahat. Mengimbangi permaian menggebu Lucas sangatlah melelahkan. Permaian di akhiri dengan lembut namun dengan

daya pikat yang meledak.

Semua penonton bertepuk tangan, riuh redam suara sorak sorak orang yang mengeluh karena permaian telah selesai. Tapi Lucas memberikan kejutan, ia memainkan lagi lagu Virus itu sekali lagi. Kali ini permaian solo. Ia sudah melihat Rachel kewalahan dan kelelahan, tapi

staminanya dan hastratnya belum terpenuhi. Seolah seribu lagu pun akan ia mainkan asalkan dengan Biola. Seperti namanya, Virus menyebar begitu luas dan cepat. Membahana di setiap sudut aula dan semakin membuat penonton puas. Mereka sekali lagi, menari waltz dengan

lebih gembira.

Hentakan kaki semakin meninggi, mereka menari seolah ini lah yang mereka inginkan. Inilah pesta yang sebenarnya. Ini lah kesenangan.

Rachel bisa melihat betapa besar pesona dan daya pikat dari permaian Lucas. Semua tamu menerjang aula dan membuat gelombang manusia, menarikan tarian waltz yang entah mengapa begitu serasi dengan permaian Biola Lucas. Tangan tangan itu bergerak kesana kemari melayang layang di udara, sedangkan kaki mreka menghentakan harmoni dari ketukan sol sepatu yang menyatu dengan tempo lagu Virus. In benar benar seperti mimpi Rachel, ia bermimpi bermain di depan banyak orang dan di nikamti oleh mereka. Sengatan listrik menyengat

hati Rachel. Kalaupun ini mimpi, dan akan ada waktu baginya untuk terbangun. Biarkan aku menikmati mimpi ini lebih lama lagi, ah tidak sedikit lebih lama.

Rachel kembali dengan Biolanya, permaiannya langsung menyatu dengan nada Lucas. Lucas nampak kaget mendengar suara Biola pendamping, tapi begitu melihat Rachel yang lebih bersemangat memainkan lagu ini, Lucas semakin membara. Permaian menjadi semakin panas

dan menggelora. Seolah ruangan aula itu penuh euforia yang tak terelakan. Seolah virus itu telah mengontrol diri mereka. Dari lagu bernuansa romansa yang pelan dan memabukan, Lucas dan Rachel berhasil membawakan lagu yang menggebu dan penuh kebahagiaan. Perasaan penonton seolah di acak acak mereka berdua. Mereka seolah dipaksa namun terus menikmati. Seperti seorang yang mabuk. Mereka benar benar dibuat mabuk dan lupa diri dengan permaian ini.

Permaian selesai dengan sempurna, gambalang dan memuaskan. Sekali lagi penonton tak henti hentinya memberikan tepuk tangan dan sorak sorai. Lucas tersenyum puas dan tiba tiba merenggut pinggang Rachel. Menarik tengkuk wanita itu dan memberikan kecupan lembut di bibir Rachel. Rachel sangat terkejut, ini di depan banyak orang dan Lucas menunjukan kepemilikannya atas diri Rachel. Begitu lama kecupan itu berlangsung, sampai kecupan itu tak lagi menjadi kecupan . berubah menjadi ciuman yang dalam namun sesaat. Lucas langsung melepas ciumannya dan melihat reaksi para tamu yang kaget namun juga membuat para

wanita merasa iri. Aku ingin seperti itu! itulah sorot mata yang tersampaikan dari mata wanita wanita itu. Tapi tatapan pembunuh justru di layangkan oleh Angela, ia begitu kesal melihat Lucas begitu menikmati kebersamaannya dengan wanita barunya itu. ia langsung bergegas pergi meninggalkan pesta tanpa sepatah kata lagi.

" Well. Kalau ini bukan pestaku. Mungkin aku harus membayar mahal untuk permaian barusan, benar benar mahal seperti wine yang berusia ratusan tahun. Indah, tapi manis, juga memabukan. Saya sangat salut dengan permainan kalian berdua .. "

Jarvis mendekati Rachel dan Lucas dengan langkah santai dan senyum puas dari bibirnya. Permaian yang setara dengan Apollo dan Athena. Seimbang, indah dan serasi.

" Terimakasih atas pujianmu barusan " Lucas langsung mengambi lalih Biola yang di bawa Rachel dan menyerahkan Biola itu bersama Biola yang di gunakannya kepada Bodyguard yang sudah menunggu mereka " karena ini tak gratis, aku juga menyukai pesta ini sekarang. Jadi, mari kita lanjutkan dengan perbincangan yang serius. Saya tau, topik apa yang ingin anda bahas. Mari, kita bicarakan dan selesaikan malam ini juga " Lucas cepat sekali menyadari, kalau Jarvis bukan musuhnya. Berarti hanya satu hal yang membuat Jarvis mau mengundangnya.

Yaitu aliansi, koalisi. Ia ingin mengajak Lucas untuk bekerja sama dengannnya. Jarvis tersenyum dengan respon Lucas, ia benar benar pebisnis yang cepat tanggap. Ia langsung memahami tujuan aslinya. Kalau begini hanya satu hal yang harus di lakukan mereka berdua. Diskusi.

" Ya, anda memang sangat cerdas untuk hal berbau bisnis dan musik. Kalau begitu ikut saya dan biarkan Nona Rachel menikmati pesta ini dengan kesendirian, nikmatilah waktu anda di sini Nona Rachel... "

Jarvis melangkah pergi di iringi Lucas di sampingnya, benar benar aneh memang. Bisnis adalah hal yang sangat aneh, baru saja beberapa waktu yang lalu Lucas mencurigai Jarvislah sang musuh. Tapi sekarang mereka sudah berbincang dengan santai seperti kawan lama. Bisnis memang tajam dan perlu kehati hatian. Kadang memperlakukan musuh memang harus dengan tanpa nurani. Tapi rekan bisnis? Semua yang di berikan haruslah gula gual agar keuntungan di dapat.

Rachel berdiam diri di sana, di tinggalka Lucas dan juga Jarvis. Ia kehilangan momennya untuk bertanya ataupun mengobrol dengan Jarvis. Kedua laki laki itu sudah menghilang di balik pintu. Entah menuju kemana. Ia berjalan mendekati meja hidangan. Bermain dengan intensitas seperti barusan tak diayal, membuatnya gugup namun juga menikmati. Rachel menyadari tenggorokannya menjadi kering karena gugup, tangannya masih dingin dan bergetar. Ia mendekati meja dan menikmati coktail berwarna biru yang sangat menggoda itu. ia ingat pesan Lucas, tapi ini bukan minuman yang diberikan oleh orang asing, ia yang mengambil minuman itu sendiri. Berarti ini aman. Rachel mencecap sedikit coktail biru itu. rasanya manis dan sedikit asam lemon tapi ada rasa pahit yang entah mengapa menjadikan coktail ini benar benar enak.

" ini enak dan menyegarkan. Hm, apakah ini dari surga .... ? " tanpa sadar Rachel meracau, ia tak menyadri perubahan tingkah lakunya itu. ia malah meminum coktail itu lagi, lagi dan lagi. Seolah sudah kecanduan dengan rasanya. Ia berdiri lama di situ dan terus meminum cairan di gelasnya. Sekarang, sudah gelas ketiga. Gelas kecil dengan cairan sedikit namun tak membuat Rachel puas meminumnya.

" Nona Rachel, anda terlalu banyak minum. Sebaiknya berhenti sekarang atau anda akan kehilangan kesadaran ... "

Jarvis mendekati Rachel yang sudah semakin lunglai. Ia masih sanggup berdiri tegap tapi kepalanya sudah tak bisa di angkat tinggi tinggi. Tapi ia menyadari suara Jarvis, kesadarannya langsung tertuju ke Jarvis yang berdiri di depannya. Laki laki bersetelan hitam.

" Jarvis, ahm tidak. Tuan Jarvis, apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Aku merasakan ketidak asingan ketika melihat permainan Biolamu ... " Rachel bertanya dengan nada yang lebih lambat dari biasanya, ia seperti kesulitan berbicara dengan Jarvis. Seolah Jarvis bertanya dengan kecepatan tiga kali lipat dari kecepatan bicaranya.

" Benarkah? Kalau begitu kapan kita bertemu terakhir kali ...? " Jarvis nampak tertarik dengan obrolah Rachel. Tapi perempua itu sekarang malah panik dan melihat ke sekeliling.

" aku tak bisa berbicara sebebas ini di sini, bagaimana kalau Lucas mendengarnya? Aku takut ... " Rachel sedikit merintih, di bayangannya. Lucas adalah sosok paling menakutkan. Bagaimana kalau Lucas marah dan memisahkan dirinya dengan Jarvis? Butuh dua belas tahun untuk

menemukannya.

" Hush tenanglah, Lucas tak ada di sini. Ia sedang berbicara dengan orang lain di sebrang sana, jangan takut.... " Jarvis mendekatkan diri nya ke arah Rachel, menennagkan Rachel dan meletakan gelas minuman Rachel

" Kalau kamu ingin beristirahat, dudulah di sana. Aku akan mendengarkan ceritamu .. " Jarvis menggengam tangan Rachel dan menuntunya ke sisi aula yang terdapat sofa. Rachel mabuk dan meracau, ia bahka melupakan bahasa formalnya dan berbicara santai dengan Jarvis. Entah mengapa, Jarvis sendiri tergugah untuk mendengar cerita Rachel. Mereka berjalan terus dengan Jarvis yang sekarang sedikit menopang tubuh Rachel, ini pasti kali pertamanya mabuk. Kandungan alkohol di minuman tadi tak terlalu banyak, tapi Rachel dengan mudahnya mabuk dan meracau.

" duduklah, aku akan menemaimu sampai Lucas menjemputmu ... "

Jarvis mendudukan Rachel dengan susah payah. Gaun yang di pakai Rachel membuat Rachel semakin tak nyaman di buatnya. Ia seperti kepanasan dan gaun itu semakin membuatnya gerah.

" Apa kamu tidak ingat ...? kita pernah bertemu , lamaaaa sekali ... " Rachel mendekatkan dirinya ke arah Jarvis. Tapi Jarvis menahan agar Rachel tak mendekatinya terlalu dekat. Ia tau Rachel wanita baik baik, dan dia bukan laki laki baik.

" Kita bertemu, dua belas tahun yang lalu... kamu bermain dengan Ayahku dan aku bersembunyi di balik pohon ... "

Rachel semakin merancau, ia berbicara menceritakan semua memori indahnya dengan cinta pertmanya ...

" Kamu itu .... "

Rachel tertahan, kesadaranya hilang sepenuhnya sekarang.

" Rachel, kamu mabuk.... "

Lucas sudah berdiri di hadapan mereka berdua, ia mencari cari Rachel ketar ketir ke seluruh aula. Ia taku kalau perempuan ini di racuni dan di lecehkan oleh Playboy kakap. Ia panik melihat Rachel yang tak ada di sisi manapun, tapi begitu melihat ia bersama Jarvis. Lucas sedikit lega. Tapi mendengar serpihan pembicaraan mereka membuat Lucas ingin tau.

" Ayo kita pulang, Tuan Jarvis terimakasih telah menjaga Rachel sebentar ... "

Lucas langsung menopang tubuh Rachel, menuntunnya dengan hati hati dan perlahan.

" Tidak apa apa, saya hanya khawatir Nona Rachel kehilangan kesadaran sepenuhnya dan melakukan hal hal yang membahayakan ... "

" Kalau begitu saya pamit .... "

Lucas berjalan menjauhi Jarvis, meninggalkan pesta dengan berjalan sedikit terseok karena Rachel di topang olehnya. Tapi tiba tiba kepala Rachel terangkat menatap Lucas lekat lekat dan dalam. Lucas tak bisa bergerak, seolah tatapan Rachel mengehentikan seluruh sistem

sarafnya.

" Kamu itu cinta pertamaku .... " Kata kata Rachel mengalir begitu saja tanpa spasi atau keraguan. Lucas tersnyum mendengar pernyataan Rachel di rancauan mabuknya. Rachel kemudian tertunduk lagi, kehilangan kesadaran lagi.

" Kamu itu cinta pertamaku, Jarvis ... "