Chereads / Gadis Sejuta Dollar / Chapter 13 - SI PENIPU TAMPAN {PART 1}

Chapter 13 - SI PENIPU TAMPAN {PART 1}

Jovan ....

Aku menyentuh bibirnya menggunakan ujung jari. Desiran darahku terasa semakin naik sampai ke ubun-ubun. Albin masih tertidur pulas tanpa merasa terganggu. Kukepalkan tangan kuat-kuat berusaha menyingkirkan pikiran liar di dalam kepala. Aku menelan air liur, hela napas Albin terasa hangat menyentuh wajahku.

Aku pun menyusupkan tangan ke belakang punggungnya mengambil tas yang tadi diletakkan Gina untuk mencari ponsel Albin. Aku ingin mengirimkan pesan dari ponselnya ke ponselku, agar aku tahu berapa nomornya, tapi ponsel Albin terkunci dengan pemindai sidik jari. Aku menghela napas panjang merasa kecewa kemudian kumasukan kembali ponselnya ke dalam tas.

Sepersekian detik kemudian, dompet pun Albin menarik perhatianku. Kubaca kartu identitasnya, hanya nama 'Albin' saja yang tertera di sana. Tidak ada nama belakang

Perlahan mobil kujalankan menuju rumah si White Queen. Aku tertawa pelan saat muncul nama itu di benakku, si Ratu Putih dalam cerita Alice in Wonderland. Perlu waktu 45 menit ke rumah Albin di saat jalanan sepi seperti ini. Aku berhenti di sebuah rumah sederhana seperti yang digambarkan Gina sebelumnya, rumah nomor dua paling ujung di blok 4, itu pesan Gina. Dia tinggal dalam lingkungan perumahan yang cukup padat.

"Albin. Albin," panggilku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya. Perlu usaha ekstra untuk membangunkannya. "Albin!" Aku mengguncang tubuhnya lebih keras.

"Hum ..." Dia menggumam tanpa membuka mata.

"Ini rumahmu?" tanyaku.

Albin tak merespons apa pun. Aku menghela napas panjang, memang salahku memaksanya terus minum.

"Albin! Buka matamu! Ini rumahmu?" tanyaku lebih keras. Albin tetap tidak merespons.

Aku kembali mengambil kartu identitasnya, mencocokkan alamat. Ok, semua pas. Pasti ini rumahnya kemudian aku mencari kunci rumah di dalam tasnya. Kuharap ada di sana, jika tidak, dengan terpaksa aku membawanya pulang ke rumah, itu artinya Albin dalam bahaya.

Setelah membuka setiap kantung di tasnya, syukurlah akhirnya aku menemukan kunci. Aku turun dari mobil kemudian membuka pintu rumah, kuharap tidak ada yang melihat saat ini. Ada perasaan takut warga akan salah paham karena kedatanganku saat malam hari seperti ini ke rumah perempuan.

Aku menjelajahi rumah Albin, rumah sederhana dengan satu kamar tidur, tidak ada dapur, hanya ada meja kecil dekat pintu kamar mandi dan kompor kecil di atasnya. Aku membuka pintu kamar tidur, sebuah kasur terdapat di sana. Kuangkat tubuh Albin dari mobil dan membawanya ke kamar. Melepaskan sepatunya dan kuletakkan di sisi kasur.

Aku harus segera pergi dari sini, takut ada warga yang salah paham. Khawatir Albin disangka membawa laki-laki ke rumah dan kami digerebek warga. Jika di rumahku atau di lingkunganku tidak masalah. Mungkin suatu hari aku akan mengajak Albin ke apartemen? Segera kubuang jauh pikiran itu saat bayangan seseorang melintas di benakku. Aku segera pergi dan pulang ke rumah. Setengah mati kutahan kantuk dan pusing saat aku dalam perjalanan alkohol juga mengalir di dalam darahku.