Desa Hakka adalah sebuah desa yang berada di ujung wilayah kerajaan Meitin. Desa tersebut merupaka desa yang damai dan tentram dimana penduduknya sebagian besar bekerja sebagai petani dan pengurus ladang. Udara yang sejuk, hamparan padi dan ladang sepanjang mata memandang, dan senyum para penduduk desa adalah hal umum yang dapat dijumpai oleh siapapun disana.
Pagi ini, ketentraman desa tersebut dipecahkan oleh tangisan seorang gadis kecil berusia 7 tahun yang sedang duduk sebari memegang lututnya, darah segar keluar dari luka kecil akibat lecet. Gadis tersebut memiliki wajah manis, rambut merah dengan panjang sebahu, dan mata hijau yang indah.
Di sebelahnya terdapat seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Ia memiliki kulit agak kecoklatan karena sering bermain dibawah sinar matahari. Ia terlihat panik karena tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan gadis tersebut.
"Hiks. . . Hiks. . . Hwaa!" (Gadis)
"Aduh. . . Bagaimana ini? Sudahlah Lisa. Tolong berhentilah menangis! Jika ibumu mendengarmu menangis, pasti aku akan dimarahi lagi." (anak laki-laki)
"Tapi. . . Ini sakit, Leo. . . Hwaa!" (Lisa)
"Kau hanya tersandung batu kecil dan lukamu itu bahkan akan sembuh dalam hitungan menit. Sudah kubilang jangan mengikutiku!" (Leo)
"Hiks. . . Tapi aku ingin bermain dengan Leo" (Lisa)
". . ." (Leo)
Leo berjongkok untuk melihat luka di lutut Lisa. Kemudian ia mengambil beberapa daun yang berada di dekat sawah dan mengunyahnya. Daun tersebut adalah daun obat yang sering digunakan penduduk desa untuk mengobati luka lecet ringan.
"Tahanlah, ini mungkin akan sedikit perih" (Leo)
"Iya. . ." (Lisa)
Leo menempelkan daun yang telah dikunyahnya pada luka Lisa.
"Aww" (Lisa)
"Yah, sudah beres. Tetaplah seperti itu dalam beberapa menit dan lukamu akan sembuh."
(Leo)
"Terimakasih, Leo" (Lisa)
"Ya ampun. Entah sudah berapa kali kau terluka karena mengikutiku bermain di sawah. Aku heran kenapa kau tidak bermain rumah-rumahan saja seperti teman-temanmu yang lain?" (Leo)
"Tidak, lebih seru bermain dengan Leo." (Lisa)
"Haaah. . . Baiklah, dasar keras kepala. Tapi lain kali berhati-hatilah. Oh, dan jangan bilang pada ibumu bahwa kau terluka. Aku tak ingin melihat wajah seram ibumu lagi." (Leo)
Leo tersenyum dan membelai kepala Lisa.
"Hehe. . . Baiklah" (Lisa)
Tangis Lisa benar-benar telah berhenti. Kejadian seperti ini sudah terjadi beberapa kali. Ketika Lisa menangis, ia akan segera tersenyum setelah Leo menenangkannya. Bahkan pernah suatu ketika Lisa pergi ke rumah Leo karena sedang bertengkar dengan ibunya. Hubungan mereka benar-benar seperti kakak-beradik.
***