Chereads / Kerajaan Meitin: Kisah ksatria dan penyihir / Chapter 3 - Serangan Penyihir

Chapter 3 - Serangan Penyihir

(8 Tahun Kemudian)

Leo telah bekerja keras dalam pelatihan prajuritnya. Ia telah daingkat menjadi ksatria dan menjadi salah seorang yang terkuat diantara mereka. Ia dikenal sebagai "Leo sang singa kerajaan Meitin". Julukan tersebut bukanlah isapan jempol belaka. Berbagai macam pertarungan dan prestasi menghadapi pemberontakan penyihir telah ia dapatkan.

Saat ini Leo sedang duduk di dalam salah satu ruangan kerajaan setelah mendapat penolakan izin akan kepulangannya. Leo diberikan tempat yang spesial. Ia berhak menempati salah satu kamar mewah yang berada di kerajaan. Hal ini tidak terlepas dari prestasinya menghadapi pemberontakan penyihir.

Leo berkali-kali meminta izin untuk pulang ke Desa Hakka, namun selalu ditolak oleh atasannya. Ia tidak memiliki pilihan selain mengikuti perintah mereka.

"Hmm. . . Mengapa mereka selalu menolak izinku? Sudah 8 tahun aku tidak bertemu dengan orang tauku. Meskipun aku mendapat surat dari mereka setiap bulannya. Tapi aku tetap ingin bertemu mereka. Dan juga. . . Aku ingin bertemu Lisa." (Leo)

"DUAR!"

"Suara apa itu?" (Leo)

"SERANGAN PENYIHIR!" (Prajurit)

Ketika Leo mendangar ada sebuah ledakan dan peringatan akan serangan penyihir. Leo mengenakan perlengkapan tempurnya dan keluar melihat keadaan.

Pemandangan yang ia dapatkan sungguh mengejutkan. Ledakan terjadi dimana-mana. Ini adalah serangan skala terbesar yang dilakukan oleh penyihir. Jumlah mereka lebih dari 5000. Tak heran karena mereka sedang menyerang kerajaan. Mereka menggunakan sihir teleportasi tingkat tinggi yang hanya bisa dilakukan setelah melakukan persiapan bertahun-tahun.

"Jadi ini yang mereka rencanakan." (Leo)

Ksatria yang melindungi kerajaan berjumlah 10.000. Namun karena serangan penyihir memiliki daya rusak yang cukup besar, maka tetap sulit melawan mereka meskipun ksatria kerajaan menang jumlah.

"Semuanya tetap tenang. Angkat perisai anti sihir kalian dan tahan formasi!" (Leo)

Leo dengan cepat memimpin formasi dan mengatur ksatria yang bingung dengan perubahan tiba-tiba ini. Para ksatria mencoba menahan penyihir untuk memasuki gerbang kerajaan. Sambaran kilat dan ledakan menghantam formasi ksatria. Mereka bertahan karena perlengkapan mereka telah diberikan kekuatan anti sihir dalam pembuatannya.

"Hujani Mereka dengan panah!" (Leo)

"Gunakan Sihir anti panah!" (Penyihir)

Penyihir memiliki kelebihan dalam melakukan serangan jarak jauh. Ksatria biasanya menggunakan formasi maju secara perlahan untuk menutup jarak antara mereka dan penyihir. Ketika melakuka sihir jarak jauh, para penyihir tidak dapat bergerak bebas. Oleh karena itu, kemenangan ditentukan oleh siapa yang memiliki daya tahan lebih tinggi.

Ksatria dan penyihir saling membalas serang. Itu merupakan pertarungan sengit yang menimbulkan banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Ketika jarak antara ksatria dan para penyihir sudah dekat. Mereka melakukan bentrokan. Penyihir menggunakan sihir tanah untuk menciptakan sarung tangan yang dapat menahan pedang para ksatria.

"Cih, jadi mereka bisa melakukan itu juga." (Leo)

Leo menunjukkan keahliannya dengan membantai banyak penyihir. Saat ia sedang mengayunkan pedangnya dengan lincah. Seorang penyihir menahan laju pedang Leo. Jika Leo tidak salah, ia adalah penyihir yang memerintahkan penggunaan sihir anti panah sebelumnya. Leo berpikir mungkin ia adalah pemimpin para penyihir.

Leo dan penyihir tersebut saling bertukar serangan. Leo mencoba berkali-kali untuk menebas sang penyihir, namun serangan Leo selalu dapat ditangkis dan dihindari. Penyihir yang Leo hadapi memiliki perawakan kecil, ia terlihat seperti seorang anak berumur 15 tahun namun kelincahannya tidak bisa dianggap remeh.

"Rasakan ini!" (Leo)

Leo melakukan tebasan horizontal, namun penyihir itu menunduk sebelum tebasan tersebut mengenai lehernya. Alhasil, serangan Leo hanya merobek tudung yang menutupi kepala sang penyihir.

Saat itulah penyihir tersebut memperlihatkan sosoknya. Mata hijau bak permata zamrud, dengan ramput merah sebahu disertai dengan wajah cantik. Tak perlu waktu lama bagi Leo untuk menyadarinya.

"Lisa?"