Leo berjalan melewati koridor yang mengantarkannya menuju sel dimana para tawanan berada. Terdapat dua gelas cangkir berisi kopi ditangannya. Ketika ia sampai di ujung koridor, Leo menyapa penjaga yang sedang duduk di balik meja.
"Hei pak penjaga" (Leo)
"Ko. . . Komandan Leo!" (Penjaga)
Penjaga tersebut terkejut dengan kedatangan Leo dan segera menunjukkan sikap hormat.
"Maaf jika saya lancang. Tapi apa yang membuat anda datang kemari komandan?" (Penjaga)
"Ya, kau tahu. Aku sebenarnya tidak terlalu suka berada di tempat ramai. Aku menginggalkan aula pesta dan mencari tempat yang tenang. Namun aku juga tidak ingin sendirian, jadi aku berpikir mungkin aku bisa berbincang dengan pak penjaga sebari mengawasi para tawanan ini." (Leo)
Penjaga mengerutkan kening dan membuka matanya lebar-lebar. Ia tak percaya dengan keadaan saat ini. Ia tidak pernah menyangka bahwa sang singa kerajaan Meitin memiliki keinginan untuk berbincang dengannya.
"Apa kau keberatan?" (Leo)
"Tidak Komandan. Sungguh suatu kehormatan dapat berbicara dengan anda!" (Penjaga)
"Oh, Bagus. Ini, aku juga membawa kopi." (Leo)
Leo menyerahkan kopi kepada penjaga dan duduk disampingnya. Penjaga tersebut meneggakkan punggung dan berdehem beberapa kali karena gugup serta tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Silahkan diminum." (Leo)
"Ah, Ba. . . Baiklah *Sruput* " (Penjaga)
"Jadi. . . Sudah berapa lama anda menjaga sel ini?" (Leo)
"Ah, itu. . . Sudah sekitar 3 tahun saya bekerja sebagai penjaga." (Penjaga)
"Oh, bukankah itu membosankan? Hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa." (Leo)
"Yah, memang. Bahkan terkadang saya ketiduran dalam menjalankan tugas. Hehe. . ." (Penjaga)
"Hahaha. . . Yah, aku tahu rasanya seperti apa karena aku juga pernah menjadi prajurit dan diperintahkan menjaga persediaan makanan. Hmm. . . Apakah itu kunci sel tahanan?" (Leo)
Leo menunjuk kunci yang berada di dinding dekat mereka.
"Oh itu. Itu hanya replika. Karena ada beberapa kasus percobaan kabur para tawanan dengan mencuri kunci dari penjaga. Jadi kami membuat itu sebagai jebakan. Kunci yang sebenarnya ada di kantong saya." (Penjaga)
"Wah, aku tak tahu jika kalian sepintar itu." (Leo)
"Yah, Terimaka. . . Hwaaa. . ." (Penjaga)
"Hmm. . . Apa kau mengantuk?" (Leo)
"Yah, sedikit. . . Ini memang sering terjadi tapi jangan khawatir komandan. Saya. . . dapat. . . Mengatasi. . .*Bruk* Zzzzzzzz" (Penjaga)
Leo mendekatkan kepalanya kepada kuping sang penjaga dan berbisik.
"Semoga mimpi indah, pak penjaga." (Leo)
Leo mengambil kunci yang berada di kantong sang penjaga. Memasuki ruang tahanan. Kemudian melihat sekeliling. Ada sekitar 20 sel dan tiap sel diisi oleh seorang tahanan. Ia mencari gadis yang dirindukannya. Jantungnya berdebar kencang seakan bisa copot kapan saja.
Setelah menerawang sel. Akhirnya ia menemukan gadis yang ia cari. Gadis itu sedang duduk di pojok ruangan sebari memeluk lutut dengan tangannya yang terborgol.
"Cklak!"
Gadis yang berada di dalam sel terkejut dengan suara terbukanya pintu sel. Ia melihat Leo dengan tatapan kebencian.
"Apa yang kau inginkan?" (Lisa)
"Lisa. . ." (Leo)
Leo mendekati Lisa dan memeluknya.
"Ap. . . Hei apa yang kau lakukan? Lepaskan Aku ksatria jahat!" (Lisa)
"Aku senang kau baik-baik saja." (Leo)
"Jika borgolku lepas aku bersumpah akan memecahkan kepalamu." (Lisa)
Leo tidak menghiraukan Lisa yang memberontak dalam pelukannya. Ia paham bahwa Lisa belum dapat mengingat Leo. Namun hal tersebut tidak akan lama lagi.
Leo mengeluarkan botol dari sakunya.
Botol tersebut adalah obat yang telah diracik oleh Ibu Lisa untuk menyembuhkan ingatan. Ibu Lisa hanya memiliki beberapa persediaan karena memerlukan energi sihir yang besar dalam pembuatannya.
Ibu Lisa tidak dapat bergerak bebas selama ini karena pergerakannya terus diawasi. Setelah serangan besar-besaran yang dilakukan pagi tadi. Akhirnya ia dapat meloloskan diri. Para penyihir mungkin menganggap Ibu Lisa tertangkap atau terbunuh jika ia tidak terlihat di markas mereka.
Ibu Lisa juga menjelaskan bahwa besok akan ada serangan gelombang kedua yang mana para penyihir akan memiliki jumlah pasukan sekitar 10.000 orang. Leo berpikir bahwa kerajaan pasti akan hancur jika diserbu oleh penyihir dengan kekuatan tempur seperti itu.
Tapi hal tersebut dapat dihindari dengan menyelamatkan Lisa. Pasalnya, Lisa memiliki jumlah energi sihir yang luar biasa. Jika ingatan Lisa dapat dipulihkan dan energi sihirnya digunakan untuk membuat obat dalam jumlah besar. Ibu Lisa mampu mencampurkan obat tersebut ke dalam minuman yang berada dalam gudang penyimpanan logistik di markas penyihir.
Saat ini Ibu Lisa sedang memulihkan energi sihirnya di kamar Leo.
"Ah. . . Aku tahu dia akan memberontak. Tapi jika seperti ini aku tidak dapat memaksanya untuk meminum obat." (Leo)
"Lepaskan aku!" (Lisa)
Lisa memukul punggung Leo yang sedang memeluknya. Menendang tak tentu arah. Dan memberontak sekuat tenaga. Tanpa kekuatan sihirnya. Lisa hanyalah seorang gadis lemah berusia 15 tahun. Serangannya tak terasa bagi Leo yang merupakan seorang ksatria dengan fisik terlatih.
"Kalau begitu. Maafkan aku Lisa." (Leo)
"Kya!" (Lisa)
Leo menahan tangan Lisa dan mendorongnya ke tanah. Kemudian Leo menindih tubuh Lisa. Lisa memberontak hebat selama beberapa menit dan akhirnya kelelahan.
"Tolong hentikan! Aku hanya ingin melakukannya dengan orang yang aku cintai" (Lisa)
Wajah Lisa memerah. Entah karena kelelahan atau malu dengan posisi yang saat ini mereka lakukan. Leo salah tingkah karena merasa dirinya adalah seorang penjahat yang akan menodai seorang gadis.
"Ak. . . Aku tidak bermaksud seperti itu. Ah, sial. Ini, kau akan kulepaskan jika kau mau meminum ini." (Leo)
Leo menyodorkan obat dengan tangan yang tidak menahan Lisa.
"Apa itu? Kau berusaha meracuniku?" (Lisa)
"Tidak! Ini obat yang akan menyadarkan ingatanmu." (Leo)
"Memangnya apa yang salah dengan ingatanku? Dan kenapa juga aku harus percaya pada ksatria jahat sepertimu?" (Lisa)
Leo kehabisan akal untuk membujuk Lisa.
"Ah, ini sangat menyusahkan. Tidak ada cara lain." (Leo)
Leo meminum obat itu. Kemudian ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Lisa secepat kilat. Lisa tidak dapat merespon dengan apa yang terjadi setelahnya. Lisa mersakan sensasi lembut di bibirnya. Disusul oleh cairan yang memenuhi mulutnya. Ia ingin memuntahkannya namun cairan tersebut dipaksa masuk kedalam kerongkongan Lisa. Pikirannya kosong selama beberapa detik.
"Pwah. . ." (Leo)
Lisa tidak bergerak dan tidak berkata apa-apa. Wajahnya memerah hingga ke kuping. Leo dapat melihat air mata Lisa hampir jatuh.
"Bagaimana?" (Leo)
"Leo. . . Baru saja meciumku" (Lisa)
"Yah, maafkan aku. Hanya itu cara yang terpikirkan olehku agar kau dapat meminum obat. . . Tunggu dulu. . . Barusan kau menyebut namaku?" (Leo)