Unedited
Sarah membuka matanya perlahan, menyesuaikan dengan cahaya yang ada. Matanya setengah tertutup karena masih mengantuk.
Masih gelap. Matahari sepertinya belum terbit.
Sarah kemudian memejamkan matanya kembali, tidur.
Tiba-tiba Sarah merasakan bahwa kasur tempatnya tidur sedikit bergerak. Dan suara rintahan parau seseorang terdengar dari arah samping tempat Sarah tidur.
Well, crap !!
Mendengar erangan tersebut membuat jantung Sarah berdetak dengan sangat cepat. Dia menelan ludah, kemudian membuka matanya.
Sarah berdoa dalam hatinya.
God, please. Please.
Dengan memberanikan diri, Sarah mengangkat selimut yang menutupi tubuhnya.
Sh*t !!
Jiwanya seakan melayang.
Sarah sama sekali tidak memakai sehelai pakaian pun di tubuhnya. Dan itu membuat perutnya mual.
Dengan perasaan campur aduk dan gugup, Sarah pun menoleh ke arah samping.
Anjrit.
Mendapati seorang pria tidak dikenal sedang tidur di sampingnya adalah hal yang ditakutkan Sarah. Dan melihat pria tersebut benar-benar ada di depan-nya dan nyata, membuat tubuh Sarah terkulai lemah.
Pria tersebut sekarang ini sedang tidur membelakangi Sarah. Setengah tubuhnya berbalutkan selimut putih bersih. Tapi, dari punggung-nya yang lebar dan mulus yang saat ini terpampang jelas di mata Sarah, Sarah yakin bahwa di bawah selimut pria itu, dia sama seperti Sarah.
Sama-sama, naked.
Sarah melongo. Mulutnya terbuka lebar. Dia mencoba mencerna semuanya.
Belum lama ini Sarah sempat menonton film seperti ini, dan apa yang dialami-nya sekarang membuatnya mengerti dengan karakter wanita yang ada di film tersebut.
Sarah merasa tersesat dan tidak tahu harus berbuat apa.
Dia pun melihat apa yang ada di sekelilingnya, kemudian menyadari bahwa kamar tersebut bukan merupakan kamar hotel yang selama dua hari ini di tempatinya.
Sepertinya kamar ini adalah kamar hotel pria ini. Pikir Sarah.
Kamar ini lebih besar dari kamar hotel tempat Sarah menginap.
Sementara memperhatikan kamar, slash, crime-scene, tiba-tiba pria yang sedang tertidur membelakangi Sarah bergerak dan berbalik. Sarah tanpa sadar menahan nafasnya.
Menyadari bahwa pria itu masih menutup matanya, Sarah akhrinya menghembuskan nafas yang ditahannya.
Wow.
Kata yang terlintas di kepala Sarah begitu dia mengetahui wajah pria yang semalam berbagi tempat tidur dengannya.
Pria yang tidur dengan-nya ini adalah pria tertampan yang pernah Sarah lihat secara langsung.
Pacarnya, Dimas sudah tampan menurut Sarah. Tapi ketampanan pria ini lebih tampan dari Dimas. Wajahnya bak model yang bisa masuk majalah Vogue Man. Rambut hitamnya yang berantakan membuat pria tersebut terlihat sexy. Alisnya hitam tebal. Hidungnya mancung. Bibirnya merah penuh. Rahangnya runcing dan tegas.
Sarah juga tidak lupa memperhatikan tubuh roomate semalamnya. Dengan dada yang bidang dan perut yang rata, Sarah yakin bahwa banyak wanita yang sudah jatuh ke dalam pesona pria yang saat ini terlihat begitu polos sedang tertidur pulas.
Wajahnya juga sepertinya tampak tidak asing di mata Sarah. Tapi Sarah lupa di mana dia pernah melihat wajah ini.
Sarah tidak munafik. Sarah tahu bahwa dirinya memang bukan seorang perawan lagi. Tapi tidur dengan orang yang tidak dikenalnya, ini adalah hal yang bukan dirinya. Apalagi sekarang ini dia memiliki seorang pacar. Pacar yang menghargai dan selalu ada untuknya.
Mengingat pacarnya membuat Sarah merasa bersalah.
Melihat pakaiannya yang tergeletak tidak karuan di lantai membuat muka Sarah memanas. Dengan cepat dan hati-hati Sarah mengambil dan memakai pakaiannya itu. Dia takut pria tersebut bangun dan memergokinya.
Setelah berhasil memakai pakaian dan sandalnya, tanpa meninggalkan pesan apapun Sarah langsung kabur.
Begitu keluar dari kamar, Sarah menyadari bahwa dia sedang berada di lantai paling atas hotel yang di tempatinya. Lantai khusus buat orang-orang berkelas. Dengan kakinya yang panjang, Sarah berlari ke arah lift.
Setelah sampai di kamarnya, Sarah akhirnya bisa bernafas dengan lega. Dia membaringkan tubuhnya di kasur dan mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi.
Kemarin malam, Sarah ingat pergi ke kolam renang hotel untuk bersantai. Dia ingat memesan tequila beberapa gelas untuk menghilangkan kepenatannya. Dari situ dia samar-samar mengingat seorang pria menghampirinya dan membuatnya kesal.
Matanya tiba-tiba terbelalak mengingat sesuatu.
Dia ingat semuanya.
Cowok Brengsek !!
Tiba-tiba kejadian kemarin dengan jelas menghampiri Sarah.
Sarah semula sedang bersantai, tidur di kursi tidur kolam renang yang letaknya tidak jauh dari pantai. Dengan hanya memakai tank top hitam dan hotpants-nya, Sarah tidur menikmati suara ombak, angin dan suasana bali.
"Hey" suara parau seorang pria membuat Sarah membuka matanya. Mata cokelat-nya kemudian bertatapan dengan mata hitam lekat seorang pria yang sekarang ini sedang berdiri di sampingnya.
Sarah mengernyit bingung, "Saya?"
Pria itu tersenyum memamerkan gigi putihnya yang rapih, "Iya, kamu"
"Ada yang bisa di bantu?" tanya Sarah bangun berusaha untuk duduk.
Pria tersebut hanya diam menatap Sarah. Dan Sarah tidak mau kalah, balik menatapnya.
Ternyata bukan cuma Sarah yang melakukannya, hampir seluruh wanita yang ada di area kolam renang diam-diam juga memperhatikan pria tampan yang ada di depannya ini.
Ya, tampan. Dan hal itu membuat Sarah semakin tidak mengerti dengan alasan kenapa pria tampan bak model ini tiba-tiba menghampirinya.
Sarah sama sekali tidak mengenal pria ini. Dia tidak mungkin melupakan wajah setampan pria tampan ini. Walaupun ingatannya tidak terlalu baik, tapi Sarah menyukai hal-hal yang indah. Dan pria ini termasuk dalan katagori indah.
Keberadaan pria adonis ini di samping Sarah, membuat Sarah seperti menjadi sasaran dari tatapan-tatapan para wanita yang ada di sekitar mereka. Tatapan mereka seperti ingin melahap Sarah hidup-hidup.
Hal itu membuat Sarah merasa tidak nyaman.
Wanita-wanita itu ada yang menatap Sarah dengan penasaran, iri, cemburu dan bahkan ada yang menatap Sarah dengan tatapan tidak suka. Membuat Sarah merinding dan merasa sedikit terintimidasi.
Sarah bingung kenapa juga pria tampan ini menghampirinya.
Kenal juga tidak, ngomong juga enggak. Ini orang maunya apa sih?. Gerutu Sarah dalam hati.
Sarah memberengut. Pria tampan tersebut, tersenyum kepadanya.
Sarah lebih tidak mengerti.
Ini orang ngapain juga senyam-senyum sendiri? Ada yang lucu? aneh.
Semakin di perhatikan pria yang tidak di kenalnya, Sarah menjadi sedikit gelisah dan salah tingkah.
Muka gue gak ada kotoran cicak-kan? Lipstik gue gak belepotan-kan?
Pria itu sedikit-sedikit diam dan tersenyum memperhatikan Sarah. Dan hal itu membuat Sarah merasa di permainkan.
Merasa sudah tidak tahan dan canggung karena di perhatikan pria tersebut, Sarah langsung meneguk minuman tequila yang diletakannya di meja samping dia berbaring.
"Kamu maunya apa sih? kenal saya?" tanya Sarah sambil melipat kedua tangannya di dada.
Pria tersebut malah mengerutkan dahinya. Ekspresi raut wajahnya berubah. Seolah pertanyaan Sarah adalah pertanyaan yang bodoh.
"Elo ngapain liatin gue kayak gitu?" tanya Sarah jengkel. Sikap ramahnya langsung hilang.
"Huh? Siapa juga yang ngeliatin elo. Lo kali yang ngeliatin gue" Sanggah pria tersebut tidak tahu malu.
"Ih, Buta kali ya. Siapa juga yang ngelihatin elo" ucap Sarah geram ingin sekali menonjok pria tampan yang ada di hadapannya ini.
Pria tersebut malah menertawainya, "Hey, santai aja kali" ucapnya acuh tak acuh kemudian duduk di kursi tidur yang ada di sebelah Sarah.
Sarah tambah kesal dengan sikap pria tersebut. Berbicara dengan pria tersebut bisa membuat Sarah darah tinggi.
Ganteng-ganteng, aneh. Gumam Sarah akhirnya merebahkan dirinya kembali, tidak perduli dengan pria yang sudah ikut berbaring di sebelah kursi tidur Sarah.
Dua jam kemudian amarah Sarah sudah ada di atas puncak. Sedikit lagi akan meledak. Pria tersebut masih tetap memperhatikannya. Dan lebih parahnya lagi, pria tersebut tidak menyembunyikan apa yang dia lakukan. Dengan terang-terangnya dia memperhatikan Sarah dengan cara berbaring sambil tubuhnya menghadap Sarah.
"Lo kenapa sih? kalo nggak ada kerjaan mending pergi deh sana! Jangan ganggu gue" Sarah yang sudah berdiri, marah menatap tajam pria tersebut.
Pria yang kena amukannya itu malah menunjukan ekspresi bingung dan memberengut. Ada rasa tidak percaya terlintas di matanya. Dan hal itu tidak lewat dari pandangan Sarah. Diperhatikannya ekspresi Sarah dengan jelas.
"Elo nggak kenal gue?" tanya pria tersebut terlihat serius.
"Emang elo selebriti? Kalo gue tau, ngapain juga gue nanya ke elo. Aneh"
"Lo beneran nggak kenal siapa gue?" tanya pria itu lagi sepertinya masih tidak percaya.
"Hee!! Elo budek atau apa sih. Sudah gue bilangin dari tadi kalo gue nggak kenal elo. Gue juga enggak mau tau siapa elo. Please, cari orang lain yang mau dengan senang hati ngikutin permainan elo. Jangan ganggu gue"
Mata pria tersebut menatap Sarah tanpa berkedip. Sibuk mencari sesuatu. Melihat ekspresi Sarah yang tidak berubah dan tidak main-main membuat pria tersebut malah tertawa.
"Wah benar-benar sudah gila ternyata" Sarah menggelengkan kepalanya merasa kasihan pada pria ini.
Perasaan Sarah menjadi tidak enak begitu dia menyadari bahwa area kolom renang yang tadinya ramai sudah mulai sepi. Dia takut. Dia takut ditinggalkan sendirian dengan pria aneh ini.
Baru saja Sarah berjalan pergi, pria tersebut tiba-tiba menarik pergelangan tangan Sarah dengan kuat sehingga membuat tubuh Sarah tersentak dan berbalik, langsung berhadapan dengan pria aneh tersebut.
"Lo ngapain pegang-pegang....?" Belum selesai Sarah menyelesaikan kalimatnya, bibir dingin pria tersebut sudah menempel di bibirnya.
Sarah terkejut matanya terbuka lebar.
Pria aneh ini sedang menciumnya.
Tanpa Sarah sadar, tangan pria tersebut sudah berada di belakang kepalanya sedang menahan kepala Sarah. Pria tersebut kemudian mulai mencium Sarah dengan agresif dan kasar.
Tidak terima, Sarah memberontak, dia memukul-mukul tubuh pria tersebut ingin melepaskan diri. Tapi sayang sekali. Tubuh pria tersebut keras layaknya sebuah tembok. Sarah tidak bisa bergerak.
Merasakan Sarah tidak membalas ciumannya, pria tersebut menggigit bibir Sarah.
Kaget, Sarah reflex membuka mulutnya. Hal itu membuat pria tersebut senang dan langsung mengulum lidah Sarah. Dan mulai menyelusuri wilayahnya.
Perbuatan pria tersebut membuat Sarah kehabisan nafasnya. Mungkin sadar akan Sarah yang mulai kehabisan nafas, pria tersebut melepaskan bibirnya dari bibir Sarah.
Belum lama Sarah mengambil nafas, pria tersebut kembali menciumnya sekali lagi. Kali ini ciumannya berbeda dengan ciuman kasar tadi. Ciuman kali ini lembut. Bisa Sarah rasakan kalau pria ini menciumnya dengan hati-hati. Dan itu membuat Sarah lemas dan tanpa sadar ikut membalas ciuman pria yang tidak kenalnya itu.
Sejujurnya, tidak ada atau belum ada pria yang menciumnya seperti bagaimana pria ini menciumnya. Bahkan Dimas pacarnya saja tidak pernah membuat Sarah merasakan sebuah ciuman ternyata bisa kasar, agresif, lembut dan manis seperti ini.
Ya Tuhan. Kuatkan dirimu Sarah, elo masih punya pacar di Jakarta sana. Ingat Dimas, Sar.
Tapi, sialan. The man can kiss.
Bibir pria itu terasa hangat dan lembut di bibir Sarah.
Mungkin karena efek dari alkohol yang sudah ada di tubuhnya, dengan berani Sarah melingkarkan lengannya di leher pria tersebut dan mulai membalas ciuman pria itu. Bibir pria yang sedang di ciumnya itu terasa sangat pas di bibir Sarah. Dan seakan-akan terkena sihir pria tersebut, Sarah pun semakin tenggelam di buatnya.
"Holly shit" umpat Sarah begitu mengingat peristwa mengerikan itu.
"Gue mikir apaan sih waktu itu. Ugggh, ini semua gara-gara tequila sialan itu"
************
Setelah kembali ke kamar hotelnya, Sarah memilih untuk mengurung dirinya di kamar hotel. Dia takut berpapasan dengan pria brengsek itu. Sampai sekarang Sarah merasa bahwa dia masih dalam keadaan sedang bermimpi buruk.
Bali yang di harapkannya bisa menjadi tempatnya untuk bersantai dan refreshing dari kehidupannya yang super sibuk malah membuatnya semakin stress dan frustasi.
Hatinya merasa bersalah, dia tidak tenang. Dia tidak tahu harus berkata apa pada Dimas nanti.
Tapi belum lama juga Sarah berada di kamar, dia sudah mulai merasa bosan. Dengan banyak pertimbangan, Sarah akhirnya memutuskan untuk keluar. Dia sudah jauh-jauh datang ke Bali. Dan dia tidak mau menyianyiakan kesempatan ini hanya karena takut bertemu dengan pria brengsek itu lagi.
Dengan memberanikan dirinya, Sarah melangkah keluar dari kamarnya. Sebelum Sarah mulai menelusuri indahnya pulau dewata Bali, dia berencana untuk mengisi perutnya yang sudah dari tadi berbunyi. Dengan sikap optimis dan pikiran positif, Sarah berjalan menuju restoran hotel. Dalam pikiran Sarah, pria tersebut mungkin saja sudah tidak ada ada di hotel ini.
Ya, bisa saja.
Dengan setengah tersenyum dan perasaan yang ringan Sarah melangkahkan kaki-nya yang panjang sambil memperhatikan orang-orang yang ada di hotel. Begitu Sarah masuk ke dalam restoran, badannya langsung membeku di tempat. Dia terkejut melihat pria yang sangat ingin di hindarinya, saat ini sedang duduk santai sedang menikmati makan siangnya.
Pria tersebut terlihat segar. Rambutnya di sisir rapih, tidak lagi berantakan seperti yang terakhir kali dilihat Sarah. Kaos putih polos dan celana jeans pendek yang di pakai pria tersebut membuat pria itu terlihat lebih muda.
Sarah tersenyum miris ketika melihat wanita-wanita yang ada di dalam restoran tiap detik melirik pria tersebut dan pria itu bahkan tidak menyadarinya.
"Ckckckk" decak Sarah tidak habis pikir lalu berjalin berbalik.
Untung saja pria itu tidak sempat melihat Sarah.
Rencana untuk menikamati keindahan Bali, dibatalkan Sarah begitu mengetahui bahwa pria tersebut masih ada di hotel. Sarah akhirnya kembali ke kamarnya.
Setelah sampai di kamarnya, dia langsung menghubungi Dina sekretarisnya. Dia meminta Dina untuk mengganti penerbangannya yang semula dijadwalkan besok menjadi sore ini. Dia tidak mau berlama-lama di Bali. Sarah takut jika terlalu lama berada disini, dia bisa saja tidak sengaja berpapasan dengan pria itu lagi.
Sungguh liburan yang tidak terduga.
Liburannya kali ini merupakan liburannya dalam 3 tahun. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya, ayah Sarah selaku bosnya, memaksa Sarah untuk mengambil cuti dan berlibur.
Perusahan tempat Sarah bekerja merupakan perusahan keluarga mereka. Perusahan keluarga Sarah bergelut di bidang perhotelan dan tekstil. Meskipun keluarganya memiliki hotel di Bali yang cukup terkenal tetapi Sarah lebih memilih menginap di hotel lain.
Dia mau keberadaannya di bali merupakan liburan semata. Dia tidak mau ada orang lain yang mengenalnya selama dia liburan di bali.
Setelah selesai packing, Sarah langsung menelpon taxi untuk menjemputnya di hotel. Saat keluar kamar, mata Sarah sibuk memperhatikan keadaan di sekelilingnya.
Kanan, kiri, depan, belakang.
Aman.
Tapi sialnya, ketika dia sampai di lobby, pria tersebut ternyata sedang berada di lobby. Sarah reflex berbalik dan mencari tempat persembunyian.
Dari balik tembok Sarah bersembunyi, dia mengintip pria tersebut. Pria tersebut terlihat sedang mencari sesuatu atau seseorang. Sarah berharap bukan dia orang yang dicari pria tersebut.
Jantung Sarah seperti baru saja habis lari maraton. Takut pria tersebut berjalan ke arah-nya. Tempat persembunyiannya itu buka tempat yang bagus. Orang bisa saja langsung melihat Sarah ketika melewatinya.
Tapi, Tuhan ternyata masih sayang dengannya. Pria itu berjalan ke arah yang berlawan dari Sarah bersembunyi.
Melihat punggung pria tersebut menjauhi-nya, Sarah berdoa agar tidak di pertemukan lagi dengan pria tersebut. Seandainya bertemu, dia berharap bahwa pria tersebut tidak mengingatnya dan sudah melupakan kejadian semalam.
Tiba-tiba ponsel Sarah berbunyi. Dimas mengirimkan sebuah pesan. Sarah tersenyum sedih ketika membaca isi pesan Dimas.
Maafin aku, Dim.
Dimas:
Miss you :(
Sarah tidak berharap bahwa Dimas bisa memaafkan perbuatannya itu. Sarah hanya berharap bahwa Dimas tidak terlalu terluka.
*********