Semoga kalian suka...
***
Unedited
Dengan memakai pakaian tradisional Korea, Brandon CS akhirnya mulai menjelajahi hanok village. Mereka dibuat terpesona dengan desain artistik dari hanok village. Pujian kekaguman pun beberapa kali mereka lontarkan ketika melihat keindahan dan keunikan desa yang terkenal dengan perpaduan antara tradisional dan modern itu. Atap yang melengkung, dinding batu bagian luar rumah yang kokoh serta pintu utama yang terbuat dari kayu membuat hanok village terlihat sangat indah di mata wisatawan.
Dahulu, hanok village dihuni oleh keluargaa kerajaan dan bangsawan. Kini, perumahan kuno itu telah menjadi salah satu tempat yang harus dikunjungi ketika sedang berada di Seoul. Meskipun begitu, hanok village bukanlah desa tak berpenghuni. Tiap rumah tersebut ada yang menghuninya. Seseorang memberitahukan, ah, tepatnya, menegur mereka karena Angga dengan mulut besarnya tiba-tiba tertawa keras.
Orang tersebut menegur mereka untuk tidak berteriak dan berbicara terlalu keras agar tidak menggangu orang-orang yang tinggal di desa tersebut. Merasa malu karena sudah ditegur, Angga yang semula tidak bisa berhenti berbicara, menutup mulutnya sepanjang sisa waktu mereka melihat-lihat.
Tak disangka, jam sudah hampir menunjukan pukul 12 siang. Daniel yang tidak bisa menahan rasa laparnya akhirnya bersuara.
"Guys, kalian udah pada puas gak ngeliatnya? Gue laper nih..." ujarnya sembari memegang perutnya yang sudah mulai keroncongan.
"Sama, gue juga laper, Ga." timpal Ferrel.
Mendengar ucapan dari kedua sahabatnya, Brandon pun melirik Sarah. Sebenarnya, dia juga sudah mulai kelaparan. Tapi, melihat binar mata istrinya yang begitu terpesona dengan hanok village, Brondon jadi tak tega dan tak mau merusak kesenangan Sarah. Akhirnya, ia pun memilih untuk menahan rasa laparnya.
Wajah memelas Ferrel dan Daniel membuat Sarah yang semula masih belum puas melihat-lihat akhirnya tersenyum kecil. "Kalian pada laper? Oke, yuk, cari makan aja. Aku juga udah laper." sahutnya menyudahi acara melihat-lihat mereka.
"Bagusnya makan apa? Kalian mau makan apa?" Tanya Sarah ketika mereka sudah di dalam mobil.
"Gue pengen barbekyu. Denger-denger katanya barbekyu Korea enak banget." sahut Angga membayangkan makanan tersebut.
"Gue juga..."
"Gue juga..." Timpal Daniel dan Ferrel bersamaan.
"Kalo kamu babe, kamu pengen makan apa?" tanya Sarah pada Brandon.
"Aku terserah kamu aja, babe."
"Kalo gitu kita makan barbekyu aja."
Berhubung mereka semua termasuk orang-orang yang bisa makan apa saja dan tak memiliki pantangan atau halangan, Sarah pun setuju dengan usulan Angga.
Setelah memutuskan apa yang akan menjadi makan siang mereka, pada supir mereka, Sarah meminta untuk diantarkan ke salah satu restoran barbekyu yang direkomendasikan oleh supir mereka itu.
Ketika mereka sampai direstoran tersebut, Sarah tak lupa mengajak Hyun Joon, supir mereka, untuk ikut makan bersama mereka. Namun, pria muda itu menolak dan mengatakan bahwa dia sudah makan ketika menunggu mereka melihat-lihat tadi.
Tak ingin terlihat memaksa, Sarah hanya bisa tersenyum kecil lantas masuk ke restoran bersama Brandon dan teman-temannya.
Brandon mengedarkan pandanganya ke seluruh penjuru restoran sebelum memilih meja yang ada di pojokan sebagai tempat duduk mereka. Sebuah cerobong atau pipa langsung menarik perhatian mereka begitu mereka duduk.
"Gue liat ini di Film-Film Korea," ujar Daniel sembari memegang dan menarik pipa tersebut.
"Lo tau gak ini buat apaan, Ga?" tanyanya ingin menyombongkan diri atas pengetahuaanya.
"Elo kira gue bego? Gue juga tau ini buat apaan..."
"Oh, kalo gitu buat apa dong, Ga?"
"Buat ngisap asapnya, kan? Gue gak bego kali, Danny boy...." balas Angga sedikit jengkel karena sudah diremehkan.
"Biasa aja, Gangga... Kan gue cuma nanya. Gak usah senewen elonya. Entar jerawatan lagi."
"Elo tuh yang jerawatan!"
"Elo berdua tuh udah kayak anak kecil aja. Berantem mulu kerjaannya." ucap Ferrel menggelengkan kepalanya.
"Gue kagum sama Korea. Mereka kok bisa ya, mikir sampe bikin beginian? Di Indo ada gak yang begini?"
"Gue gak tau, Dan. Gak pernah liat. Tapi mungkin ada. Kitanya aja yang gak pernah liat." Jawab Ferrel.
Sementara Angga, Ferrel dan Daniel sedang asyik membahas pipa atau cerobong penghisap asap itu, seorang pelayan restoran menghampiri mereka dan menyerahkan mereka menu makanan lalu pergi meninggalkan mereka.
Sarah dan Brandon pun mulai melihat dan membaca menu makanan yang diberikan oleh pelayan restoran tersebut.
"Babe, kau mau yang mana?" Tanya Sarah pada Brandon.
"Yang ini keliatan enak deh, babe." tunjuk Brandon pada sebuah gambar daging dengan penjelasan dalam bahasa inggris, 1 set premium Korean beef tenderloin.
Sebenarnya, Brandon tidak tahu menahu dengan daging apa yang paling enak dari berbagai macam daging yang ada pada menu yang sedang dilihatnya kini. Dia bahkan tidak tahu apa perbedaan dari semua daging tersebut. Pilihannya itu hanya berdasarkan dari gambar daging yang dipikirnya terlihat enak.
"Okay, kayaknya ini juga enak, babe. 1 set premium Korean beef sirloin." tambah Sarah.
Ferrel yang menyadari Brandon dan Sarah sudah selesai memilih makanan mereka pun menimbrug.
"Gue juga mau yang sirloin, Sar. Lo berdua mau yang mana?" Tanyanya pada Angga dan Daniel.
"Gue ikut lo beriga aja."
"Sama, gue juga..." Setuju Daniel.
"Karena ini 1 set, 150 gram, bagusnya kita pesen berapa set?"
"Pesan 2 tenderloin sama 2 sirloin aja dulu, Sar. Kalo gak cukup, kita bisa nambah lagi." saran Daniel.
"Okey. Itu aja? Minumnya? Kalian mau minum apa?"
"Gue pengen coba soju mereka. Penasaran gue sama rasanya. Beda gak rasanya sama yang dijual di Indo. Satu botol aja, Sar." kata Ferell yang pada dasarnya maniak alkohol, wine dan berbagai macam minuman yang beralkohol lainnya tapi bukan seorang alkoholik.
"Kalo kalian berdua Ga, Dan?"
"Gue air putih aja, Sar."
"Ada jus gak di menunya, Sar?" tanya Daniel yang serasa ingin meminum jus buah.
"Jus? Gak ada, Dan."
"Gue air putih aja deh kalo gitu."
"Okey..."
Setelah selesai memilih makanan mereka, Sarah pun memencet sebuah bel yang ada di meja untuk memanggil pelayan restoran.
Bunyi ding dong deng dari bel tersebut sekali lagi membuat Daniel kagum dengan keefektifan dari negeri ginseng itu.
"Two set premium korean beef tenderloin. And two set premium korean beef sirloin." ucap Sarah sembari menunjukan gambar daging yang ingin dipesan mereka.
Ia tak lupa juga menggunakan bahasa tubuhnya, mengangkat 2 jarinya untuk menujukkan jumlah porsi yang ingin dipesanan mereka agar tidak terjadi kesalah pahamanan. Setelah itu, ia juga menyebutkan pesanan minuman mereka. "And 1 soju..." Pelayan tersebut mengangguk mengerti akan ucapannya dan setelah itu pergi meninggalkan mereka.
Berdasarkan pengamatannya dari drama dan film Korea yang ditontonya, ia tahu bahwa air putih salalu diberikan gratis saat sudah memesan makanan.
Tak lama setelah selesai memesan makanan, pelayan yang melayani mereka tadi pun kembali membawakan beberapa lauk dan meletakannya di meja mereka.
"Ini apaan? Ketimun?"
"Bukan, ini zukini. Mirip sama ketimun juga sih." jelas Sarah pada Angga.
"Ini kimchi bukan, Sar?" tanya Angga mengambil sebuah kimchi zukini dengan sumpitnya.
"Kalo gak salah, ini kimchi juga. Setahu aku, kimchi banyak jenisnya. Orang Korea suka banget makan kimchi. Kimchi mereka mungkin lebih dari 10 jenis. Aku juga gak tau tepatnya berapa."
Angga mengamati zukini yang diambilnya lalu mencium aromanya sebelum memasukkannya ke dalam mulut.
"Gimana rasanya, Ga?" Daniel mencermati ekspresi Angga.
"Pedes..."
"Enak gak?"
"Lumayan. Sama kayak kimchi-kimchi lainnya. Asem."
Mendengar jawaban Angga, Daniel pun ikut mengambil dan melahap kimchi tersebut. Mereka juga mencoba semua jenis lauk yang ada di meja mereka.
Sementara mereka menikmati berbagai macam lauk yang diberikan pada mereka, pelayan mereka kembali. Kali ini dia membawakan mereka daging pesanan mereka. Dia pun menyalahkan api pada pemanggang yang ada di atas meja dan mulai memanggang.
Merasa unik karena daging mereka dipanggang langsung oleh sang pelayan, Angga dan Daniel mengeluarkan ponsel mereka dan mulai merekam aksi pelayan restoran itu. Padahal, sebenarnya Angga ingin mencoba memanggang sendiri dagingnya itu.
Beberapa menit kemudian, daging mereka akhirnya selesai dipanggang. Di mangkuk mereka, pelayanan itu dengan sangat baik memberikan mereka satu per satu sepotong daging. Dan tak lupa, dia juga menunjukkan pada mereka cara yang benar atau cara orang Korea menikmati makanan barbekyu tersebut.
***
Harap dimaklumi jika terjadi kesalahan dalam penulisan.