Chereads / The Playboy's Baby [Sudah Terbit] / Chapter 8 - Bab 8 - Titik Temu

Chapter 8 - Bab 8 - Titik Temu

Unedited

"Are you sure the thing is mine?" Pria itu melihat Sarah dengan tatapan ragu-ragu.

The hell with him !!

"The thing is my baby" balas Sarah dengan penuh penekanan pada kata the thing.

Sarah tidak percaya pria ini menyebut anak yang ada di  kandungannya dengan sebutan 'the thing'.

Sarah menyesal. Dia menyesal mengatakan yang sebenarnya. Seharusnya dia berbohong saja. Seharusnya dia mengatakan bahwa dia sudah menikah. Bahwa anak yang ada di kandungannya adalah anak suaminya.

Tapi Sarah memilih tidak melakukannya. Dia tidak mau ke egoisannya itu membuat anak yang ada di kandungannya menderita.

Pria tersebut mendekati Sarah. Tubuhnya sangat dekat dengan tubuh Sarah. Sarah bisa mencium aroma lavender dari parfum yang di pakai pria itu, "Elo bener-bener yakin?" dengan tatapan menyelidik pria tersebut memperhatikan raut wajah Sarah.

"No. I'm joking" jawab Sarah malas, tersenyum di buat-buat.

Tidak menyangka, pria tersebut malah menghembuskan napas lega. Seketika hati Sarah seperti terbakar, panas. Dia pun meledak, "Seriously, are you out of your mind? elo pikir gue cewek apaan? PSK? yang kerjaanya tidur dengan semua orang yang ada p**is-nya, huh. Kalau lo nggak percaya, ya sudah. Gue juga gak perduli".

Pria tersebut tampak terkejut.

Wajah tampan-nya itu membuat Sarah ingin sekali memukulinya sampai babak belur.

Sayang, kekerasan tidak bisa menyelesaikan masalahnya.

"F*ck, f*ck, f*ck!!" maki pria itu  berbalik membelakangi Sarah, "Gak mungkin" gumamnya pelan. Sarah mendengus.

Dia pun berjalan meninggalkan pria itu. Ingin mengambil barang belanjaanya yang terjatuh ketika bertabrakan dengan pria tersebut.

Sementara mengatur barang belanjaanya, pria tersebut tiba-tiba muncul dan membantu Sarah.

"Maaf. Gue nggak bermaksud ngomong kayak gitu" ucap pria itu terdengar menyesal, "Gue, gue pake pengaman kok waktu kita melakukan hal itu. Jadi itu gak mungkin anak gue" Pria tersebut masih membantahnya. Dia menolak mengakui anak yang ada di kandungan Sarah adalah anaknya.

Sarah tertawa dalam hatinya.

Cowok bangsat, sialan, bajingan, brengsek !!

Dengan wajah tanpa ekspresi, Sarah manatap pria yang ada di sampingnya, "Elo juga tau-kan, kalo pake pengaman nggak menjamin kalo gue gak bakalan hamil" Pria itu terdiam, "Kalo emang elo gak percaya, nggak masalah. Gue nggak minta elo tanggung jawab. Gue cuma pengen elo tau aja" jelas Sarah jujur berjalan pergi.

Kalau hari ini dia tidak bertemu dengan pria ini, Sarah tidak mungkin akan mengatakannya. Dia juga tadi tidak ingin membeberkan kebenaranya, tapi melihat pria tersebut menuduhnya seperti itu membuat Sarah marah.

Raut wajah pria tersebut berubah tidak senang, begitu mendengar ucapan Sarah.

"Siapa bilang kalo gue gak percaya? Gue akan tanggung jawab. Kalo emang ini anak gue, gua akan tanggung jawab"

What? No..

"Elo gak perlu tanggung jawab" balas Sarah cepat tanpa sadar sudah mengatakan apa yang ada di pikirannya.

"Maksud lo? Ini anak gue jadi sudah seharusnya gue ngelakuin hal ini" jelas Pria tersebut tidak suka dengan ucapan Sarah barusan.

Pernyataan pria itu membuat Sarah tertawa, "Bukannya elo tadi  nggak yakin kalo anak ini anak elo? terus kenapa berubah kayak gini?" balas Sarah mengejek.

Pria itu menatap Sarah dengan tatapan yang tidak bisa dibaca Sarah. Dia kemudian mengulurkan tangannya kepada Sarah.

Sarah bingung dengan apa yang sedang dilakukan pria ini. Dia tidak mengerti tentang maksud pria ini mengulurkan tangannya kepadanya.

Minta dipegang?

Sarah lalu mengangkat alisnya kanannya menandakan bahwa dirinya tidak tahu dengan apa yang diinginkan pria yang ada di depannya ini.

Pria itu pun mendesah "Mana handphone elo?" tuntut pria itu mulai terlihat sedikit rilex.

"Handphone gue? buat apaan?" tanya Sarah bingung. Dia tidak tahu apa hubungan handphonenya sama masalah yang sekarang ini dibicarakan mereka berdua.

Sarah menuruti perintah pria tersebut. Dia meraih handphone yang berada di kantung celananya kemudian memberikan handphone-nya itu  kepada pria tersebut.

Pria itu mulai mengetikan sesuatu di handphone Sarah. Tiba-tiba handphone pria tersebut berbunyi. Pria itu kemudian mengeluarkan handphone yang disimpannya di kantung depan celananya. Dia lalu mengetikan sesuatu.

"Itu nomor gue. Kita perlu ngomong soal masalah ini di tempat yang lebih private. Nanti gue kabarin elo. Yang pasti kita ketemuannya besok. Elo bisa-kan besok?"

Sarah mengangguk pasrah, dia tidak bisa menolak karena pria tersebut adalah Ayah dari anak yang sedang di kandungnya sekarang.

Pria itu menemani Sarah membawakan barang belanjaannya sampai ke mobilnya. Dilihat dari bagimana pria tersebut membantunya, Sarah bersyukur karena setidaknya pria tersebut memperlakukan-nya dengan baik.

Sebelum Sarah tidur, dia mengingat kembali kejadian yang terjadi di supermarket tadi.

Dia berharap bahwa keputusannya untuk bertemu dengan pria itu besok akan menghasilkan solusi yang baik bagi mereka berdua.

Sarah juga sudah menerima pesan yang berisikan tempat dan waktu dimana mereka berdua akan bertemu besok.

Dia kemudian meletakan tangannya di perutnya dan mulai mengelus perutnya itu dengan pelan.

Semoga pertemuan bunda dengan Ayah kamu besok bisa mendapat titik temu. Ucap Sarah pelan pada janin yang dikandungnya itu.

*******