Setelah selesai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Brandon pun pamit pulang ke apartementnya. Agensinya akan mengurus semuanya. Agensinya akan mengonfirmasikan kepada pihak media bahwa Brandon dan Sarah hanya berteman, tidak lebih.
Dia tidak memberitahukan kepada agensinya mengenai kehamilan Sarah. Dia cuma mengatakan bahwa Sarah dan dirinya adalah teman lama yang hanya sekedar bertemu untuk makan siang. Dia takut mengeluarkan statement yang bisa saja membuat Sarah marah padanya.
Dia dan Sarah belum menemukan jalan keluar yang pas bagi situasi yang dialami mereka berdua sekarang. Jadi Brandon harus hati-hati dalam membuat keputusan.
Sampai di apartement, Brandon mencoba menghubungi Sarah dengan alasan sekedar ingin mengetahui kondisi Sarah dan janin-nya. Padahal alasan sebenarnya Brandon menghubungi Sarah karena dia ingin sekali mendengar suara Sarah. Sarah mengangkat telponnya pada deringan kedua.
"Ya, Hallo?" jawab Sarah lembut.
"Ini gue Sar. Brandon. Gue cuma pengen ngecek kondisi elo sama anak kita" jelas Brandon tersenyum sendiri, "Hallo Sar? elo lagi di situ kan?" tanya Brondon ketika Sarah sudah hampir satu menit tidak menjawabnya.
"Gue disini. Gue baik-baik aja. Janin gue juga baik-baik. Gue cuma sedikit capek" b
"Elo tidur gi. Besok gue hubungin lo lagi. Good night, Sar" Dia sebenarnya masih ingin berbicara dengan Sarah tapi berhubung Sarah sedang kelelahan, dia bisa cari waktu lain untuk berbicara dengannya lagi.
"Good night, Brandon" Hati Brandon langsung berdebar-debar begitu mendengar Sarah menyebut namanya. Namanya itu terdengar sexy keluar dari mulut Sarah.
'Branden'
Dia tersenyum tipis mengingat bagaimana Sarah menyebut namanya.
Perutnya menggelitik ketika Sarah menyebutkan namanya. Sampai sekarang hanya Sarah wanita yang mampu membuat Brandon merasakan hal seperti ini.
Sebenarnya ketika Sarah mengatakan bahwa anak yang dikandungnya adalah anaknya, Brandon tidak percaya. Dia dulu pernah di bohongi sama mantan pacarnya yang mengakui bahwa anak yang di kandungnya adalah anak Brandon.
Usut perusut, ternyata anak tersebut adalah hasil selingkuhannya dengan orang lain. Brandon marah besar begitu mengetahui kebenarannya. Dan itu membuat Brandon susah percaya dengan wanita.
Dia masih trauma dengan kejadian seperti itu. Dan itu membuatnya sedikit tidak percaya akan ucapan Sarah ketika Sarah mengatakan bahwa Brandon adalah ayah dari anak yang di kandungnya.
Brandon sebenarnya pernah berpikir mungkin Sarah sudah memiliki pacar atau sudah menikah. Tetapi mengingat Brandon tidak melihat cincin di jari manisnya, membuat Brandon yakin Sarah belum menikah. Dan sikap Sarah yang tidak perduli jika Brandon tidak akan bertanggung jawab, membuat Brandon percaya.
Cewek mana sih yang nggak mau cowok yang menghamilinya bertanggung jawab? Hell no!! Kalo itu memang anak gue, gue akan bertanggung jawab.
Mengingat Sarah yang tidak ingin menikahinya membuat kepala Brandon pusing.
Muka Brandon langsung merah padam ketika mendengar Sarah mengatakan hal itu. Dia akan bertanggung jawab. Dia akan bertanggung jawab sepenuhnya kepada anaknya itu. Orang tuanya tidak pernah mengajarkan Brandon untuk lari dari tanggung jawab. Apalagi hal seperti ini.
Bisa-bisa orang tua gue ngebunuh gue kalau tau gue akan punya anak tapi tidak akan menikah. Bopak bisa mikir gue ngelantarin anak gue.
Brandon juga sebenarnya sudah mengetahui kenapa dia bersikeras ingin menikahi Sarah. Walaupun alasan yang dipakainya kepada Sarah karena anak yang dikandung Sarah adalah anaknya, tetapi alasan sebenarnya karena dia sadar bahwa dia memang sudah jatuh cinta pada pandang pertama pada Sarah. Apalagi saat ini mereka berdua sudah memiliki sesuatu yang spesial, yang merupakan darah daging dari mereka sendiri.
Walaupun menurut Brandon, Sarah sepertinya tidak merasakan hal yang sama seperti yang dirasakannya. Tapi Brandon bertekad akan membuat jatuh cinta kepadanya.
Elo pasti akan jatuh cinta sama gue. Gak ada cewek yang tahan sama pesona gue. Ucap Brandon dalam hati sangat yakin akan ucapannya itu.
Bibirnya tanpa sadar mulai menyunggingkan senyum penuh makna. Ada kilatan misterius di mata hitamnya itu. Dia punya rencana.
Tunggu saja Sarah, elo pasti akan jadi milik gue. Apapun caranya akan gue lakukan. Just wait my dearest soon to be wife. You'll be mine Sarah. Only mine.
********
Langit Jakarta terlihat mendung semendung hati Sarah. Sarah sedang berada berada kantornya, mempelajari berkas proyek terbaru perusahannya.
Kemarin merupakan hari yang melelahkan baginya. Kepalanya sampai pusing tujuh keliling karena Brandon. Dia tidak tahu bahwa Brandon adalah vokalis dari grup band, The Storm.
Pantas saja begitu Sarah mendengar suara dari vokalis The Storm, suarnya terdengar tidak asing. Ternyata Brandon.
Sarah meletakan berkas yang di pegangnya di meja, disusul dengan kacamata yang dipakainya. Dia kemudian merebahkan tubuhnya di kursi kerja dan menatap langit-langit.
Tadi, begitu Sarah sampai di kantornya, karyawan-karyawannya memandangingya dengan tatapan penasaran.
Dia tidak mau menikahi Brandon karena hanya dengan alasan bahwa mereka berdua akan memiliki seorang anak dari darah daging mereka sendiri. Apalagi kalau mereka berdua tidak saling mengenal.
Hubungan Sarah dan Dimas tidak seperti hubungan pasangan kekasih pada umumnya. Tapi Sarah merasa sudah nyaman dengan Dimas.
Hubungan mereka adalah hubungan platonik. Mereka berdua memiliki pandangan hidup yang sama dan juga memiliki banyak kesamaan. Dimas dan Sarah memutusakan untuk berpacaran karena mereka berdua saling mengerti antara satu sama lain.
Walaupun Sarah dan Dimas berstatus sebagai sepasang kekasih tetapi mereka berdua tahu dengan benar bahwa mereka berdua tidak saling mencintai. Sarah peduli pada Dimas, begitu pun dengan Dimas. Dimas menyayangi Sarah, begitu pun dengan Sarah. Tapi Sarah tahu bahwa dia tidak mencintai Dimas. Sama halnya dengan Dimas tidak mencintainya.
Masalah pekerjaan dan status hiduplah yang mempersatukan mereka. Semenjak Sarah sibuk dengan perusahannya, dia jarang berhubungan dengan pria. Dimas merupakan anak dari kolega teman Ayahnya. Mereka berdua bertemu pada saat sedang mengatasi proyek secara bersama-sama.
Dimaslah yang menawarkan Sarah untuk berpacaran dengannya. Kata Dimas, Sarah merupakan seorang wanita yang bisa dengan mudahnya mengerti Dimas dan begitu pun dengan Dinas. Menurut Dimas jika mereka mencoba untuk melakukannya, mungkin saja mereka berdua akan benar-benar jatuh cinta.
Sarah sebenarnya mau menolak tapi mendengar alasan Dimas dan mengingat status umurnya yang sudah berada di usia yang sewajarnya menikah, akhirnya Sarah menyetujuinya.
Mengingat Dimas membuat hati Sarah terasa sakit. Dia sudah menghianati Dimas. Dia sangat menyesal melakukan hal seperti itu pada Dimas. Dia tahu bahwa Dimas tidak akan memaafkannya. Sarah hanya bisa berharap bahwa suatu saat nanti Dimas akan memaafkannya dan hubungan mereka bisa kembali seperti hubungan mereka yang dulu, teman.
Sarah menatap ponselnya dengan memberengut. Brandon baru saja mengirimkannya pesan menanyakan bagaimana kabar Sarah. Sarah tidak membalasnya, dia hanya menatap pesan Brandon itu lekat-lekat.
Mengetahui bahwa Brandon adalah vokalis The Storm sudah membuat Sarah mempertimbangkan ajakan Brandon menikah. Predikat Brandon di Indonesia juga lebih membuat Sarah berpikir dua kali menerima ajakannya itu.
Mendengar bagaimana kehidupan Brandon diluar sana sebelum Sarah bertemu dengan Brandon sudah membuat Sarah lebih yakin akan keputusannya itu. Dia berharap bahwa Brandon bisa menerima keputusannya dengan lapang dada.
Pernikahan tanpa cinta hanya akan membuat orang yang menjalani pernikahan tersebut merasa hidup seperti di neraka. Sarah tidak mau mengalami hal seperti itu.
Bisa-bisa belum setahun menikah gue udah di ceraiin.
************
Sudah dua jam semenjak Brandon mengirim pesan pada Sarah dan sampai sekarang Sarah masih belum membalasnya. Brandon juga sempat beberapa kali menelponnya tetapi tidak di angkat oleh Sarah.
Dia tidak mau memberikan isyarat lampu hijau pada Brandon. Dia takut Brandon menganggap Sarah menerima ajakan menikahnya itu. Sarah sudah yakin akan keputusannya itu. Dia tidak akan menikah dengan Brandon apapun alasannya.
Sorry Brandon. I can not marry you.
Berkas laporan tentang proyek barunya tergeletak berantakan di meja kerja. Sarah menghembuskan nafas berat menatap berkas tersebut.
Sementara mempelajari dan meneliti berkas-berkas tersebut, telepon kantor yang berada di atas meja berbunyi. Sarah kemudian menekan tombol jawab. Suara Dina, sekretarisnya itu terdengar dari speaker telpon.
"Maaf Bu Sarah. Ini ada Pak Brandon Rivaldo ingin menemui Bu Sarah" Ucapan Dina membuat Sarah kaget dan reflex berdiri.
What? ngapain Brandon kesini?
Sarah merapikan pakaiannya dan kembali duduk menjawab sekretarisnya, "Suruh naik saja ke ruangan saya" Sarah merapikan berkas-berkas yang ada di mejanya.
What he's thinking?
"Baik bu Sarah" Sahut Dina.
Setelah Dina memberitahukan kedatangan Brandon, Sarah merasa khawatir. Bagaimana kalau Brandon tidak menerima keputusannya. Bagaimana kalau Brandon tetap ingin menikahinya?
Nggak. Gue nggak akan ngebiarin diri gue menikah dengan playboy seperti Brandon.
Keputusannya sudah bulat, suka atau tidak Brandon terhadap keputusannya itu, Sarah tetap akan menolaknya.
__________________
Brandon mengetuk-ngetukan jari telunjuknya ke meja. Sudah hampir satu jam Sarah tidak membalas pesannya. Teleponnya juga tidak di angkat. Ia khawatir kalau terjadi sesuatu dengan Sarah dan janinnya.
Tiap detik Brandon selalu menoleh ke ponsel yang di letakannya di meja. Masih tidak ada tanda-tanda bahwa Sarah membalas pesannya itu.
"Muka lo kenapa kusut kayak baju yang nggak di seterika gitu?" Sahut Angga menepuk pundaknya. Mereka sekarang sedang berada di studio. Sedang latihan.
Brandon hanya mendesah. Tiba-tiba handphonenya berbunyi dengan ringtone pesan masuk, menandakan bahwa ada seseorang yang mengiriminya pesan.
Dengan cepatnya dia langsung mengambil ponselnya di meja. Brandon mengerutkan dahinya begitu mengetahui bahwa yang mengirimkan pesan ternyata adalah operator telkomsel yang mempromosikan tentang paket sms terbaru dari mereka. Dia kecewa.
Sialan.
Apa dia menghindari gue? kalo itu emang alasannya nggak bales sms gue dan angkat telpon gue, dia ngeremehin gue. Gue nggak bakalan mundur Sar. Gue pasti dapetin elo.
"Elo kenapa bro? apa ini ada hubungannya sama cewek yang di restoran kemarin?" tanya Angga dengan wajah sangat penasaran. Brandon hanya membalasnya dengan anggukan kepala.
Teman-temannya itu dari kemarin terus saja bertanya perihal Sarah kepadanya.
"Emang itu cewek siapa si? hebat banget bisa bikin elo, Brandon Rivaldo, vokalis The Storm yang banyak di gilai perempuan, galau kayak gini?" ledek Angga dengan tersenyum lebar.
"Sok tau lo, Ga. Cuma temen gue doang" Balas Brandon. Dia tidak pernah menjelaskan hubungannya dengan Sarah pada teman-temannya itu.
"Temen doang aja muka elo udah bisa ngalahin si blackie yang seremnya minta ampun, gimana kalo pacar elo" Sindir Angga dengan tertawa kecil.
Brandon menatapnya dengan tatapan tajam. Angga mengangkat kedua tangannya menandakan bahwa dia tidak akan mengatakan sesuatu lagi.
"Chill out bro" Ucap Angga tersenyum menepuk punggung Brandon dengan pelan.
Tiba-tiba saja Brandon tersenyum.
"Dilihat dari mata lo yang mulai berbinar-binar, kayaknya elo lagi ngerencanain sesuatu. Kasih tau gue dong" Sahut Angga dengan tatapan ingin tahu.
"Rahasia" Brandon berjalan pergi meninggalkan Angga yang sedang mencibir tidak senang.
****